Sudah hampir tiga jam Eunseo tak beranjak dari tempatnya. Lelaki itu terus duduk disamping ranjang dengan menggenggam tangan Luda. Sesekali dia menciuminya dan mengosokannya dengan lembut saat merasakan Luda yang bergerak gelisah dan mulai meracau tak jelas.
Padahal besok mereka berdua harus melakukan penerbangan untuk pergi ke Alaska. Namun mendadak pagi tadi Luda terkena demam yang tinggi dan sampai sekarang demamnya belum kunjung turun.
Jadi kemungkinan besar mereka harus menunda berpergian sampai Luda benar-benar sembuh.
Sembari menunggui Luda, Eunseo melakukan pekerjaannya dengan mengerjakan beberapa proposal yang memang sengaja dia bawa pulang.
Eunseo beberapa kali meregangkan badannya yang terasa kaku setelah banyak menulis dan mengetik, bahkan beberapa kali juga Eunseo terkantuk kantuk dan nyaris ketiduran.
Eunseo pun memutuskan untuk membasuh muka terlebih dahulu agar terlihat segar, lalu mampir ke dapur untuk membuat kopi yang mungkin bisa membuatnya lebih terjaga.
Bertepatan dengan Eunseo yang pergi meninggalkan kamar, Luda terbangun dan spontan terduduk bersama peluh keringat yang membanjiri pelipis. Luda berusaha mengatur nafasnya yang tersenggal tak karuan, dan tangannya secara reflek meraba seluruh tubuhnya setelah tertarik dari bunga tidurnya yang terasa sangat nyata.
Luda baru saja bermimpi jatuh dari gedung tinggi, lalu terlempar ketempat asing, dimusuhi oleh semua orang, dan ditinggal oleh Eunseo.
Rasanya sangat menyeramkan, tapi juga terasa aneh. Karena baru kali ini merasakan mimpi dengan berbagai banyak macam adegan yang tercampur jadi satu, lalu menyerangnya bertubi-tubi seolah tidak memberinya jeda untuk bernafas.
Tiba-tiba saja rasa takut dan panik menyerang ketika mencari sosok Eunseo yang ternyata tidak ada disekitarnya setelah mencarinya kemana-mana. Entah kenapa Luda merasa jika mimpi tadi itu memang benar adanya.
"Eunseo-ya?! Eunseo-ya?!" Luda semakin dibuat panik karena tidak bisa menemukan Eunseo.
Seperti orang kesetanan, tanpa alas kaki Luda keluar dari rumah dan terus meneriaki nama Eunseo, bahkan Luda hampir saja pergi dari area pelataran rumah jika tangannya tidak segera ditarik oleh Eunseo yang ternyata langsung menyusul keluar.
Bersama air mata yang sudah berderai Luda memeluk Eunseo erat dan menenggelamkan kepalanya didada bidang lelaki itu yang kebingungan dalam beberapa saat.
"Kamu kemana aja, huh?!"
"Sayang, aku nggak kemana-mana. Tadi aku didapur lagi buat kopi giling." Jelas Eunseo sedikit terbata. Dia segera membalas pelukan Luda setelah diam beberapa saat, lalu menepuk punggung bergetar Luda yang semakin terisak, berusaha menenangkannya.
"Kenapa?" Tanya Eunseo khawatir, perlahan mengendurkan pelukannya. Tangannya tergerak untuk mengecek kening Luda yang teryata masih terasa panas, lalu memperhatikan wajah Luda secara seksama yang terlihat sembab dan semakin pucat.
Luda menyeka wajahnya kasar. "Maaf. Nanti akan kuceritakan."
"Mimpi buruk ya?" tebak Eunseo. Dan Luda mengangguk kecil.
Eunseo tersenyum tipis. Dia mengamit tangan Luda untuk dituntun masuk kedalam rumah, lalu langsung mengajak duduk bersama disofa.
"Kita berdua orang dewasa, sudah tau jika mimpi buruk itu tidaklah nyata."
"Tapi ada kenyataan yang ternyata lebih mengerikan dari mimpi buruk, kan?"
Eunseo meraih kedua tangan Luda untuk diletakan diatas pangkuan dan digenggamnya erat. Lagi-lagi Eunseo melempar senyumannya.
"Tapi itu sedang tidak terjadi, kan?"
Bersama kedipan matanya yang bergerak lambat, Luda menatap Eunseo lurus dan lekat. Dia mengangguk kecil, lalu menundukan kepalanya dalam.
"But, I'am so scared." Gumam Luda nyaris berbisik. Tidak tau saja Eunseo, jika mimpi yang baru saja Luda alami, ada yang nyaris menjadi nyata dan sudah berhasil membuatnya takut secara tak wajar.
Buru-buru Eunseo merengkuh tubuh Luda. "It's okay. I'am here always with you, dear." Bisiknya lembut. Eunseo mencium kening Luda yang perlahan memejamkan mata karena terhanyut akan kenyaman dan kasih sayang yang lelaki itu berikan.
~~~~~~~~~~
Happy Reading ^_^
Hello, Discover comeback ^^
How Are You?
KAMU SEDANG MEMBACA
Discover : Time, Love, & Died
Short StoryKisah bagaimana caranya untuk kembali mengatur waktu mencari kebahagiaan cinta sesungguhnya diantara mereka semua, meskipun harus dipisahkan oleh maut. Tapi bukankah hati masih tetap menetap bukan? Cinta juga tidak akan hilang begitu saja, kan? | Di...