39. Unknown Number

93 13 1
                                    




Warning!!!
Didalam cerita ini ada unsur delapan belas coret, jadi para pembaca dimohon untuk menyikapi cerita ini dengan baik.

Terima kasih






"Sayang, kamu yakin?" tanya Eunseo menanyai keseriusan Luda yang hari akan menghadiri event di Silicon Valey. Dan anggukan mantap dari Luda membuat Eunseo semakin ragu membiarkan wanita itu pergi.

"Dirumah aja ya? Aku temenin kamu. Kita cuddle seharian gimana?" Eunseo menatap Luda penuh harap bersama alis yang naik turun menggoda yang sayangnya dibalas cibiran.

Luda menyikut perut Eunseo yang langsung pura-pura mengerang kesakitan. "Itu sih maunya kamu aja biar nggak berangkat kerja."

"Aku ijinin kamu pergi, tapi kamu harus janji sesuatu sama aku." Eunseo menjulurkan jari kelingkingnya, dan Luda dengan pasrah juga sedikit terpaksa membalas uluran tersebut bersama hembusan nafas putus-putus.

"Nggak boleh kelamaan berdiri, nggak boleh banyak gerak, harus dibanyakin duduk manis, jangan makan sama minum yang aneh-aneh. Kalo ngerasa ada yang sakit langsung kabarin Son Eunseo."

Eunseo menarik jari kelingkingnya dari tautan bersama hembusan nafas pasrah, tapi dia juga sedikit merasa senang karena Luda tetap mengingat pesannya setiap mereka akan berpisah yang memang selalu membuat Eunseo merasa khawatir setiap meninggalkan wanita itu atau membiarkan Luda pergi.

"Tuh, nafasmu aja udah berat banget. Nggak usah pergi ya? Kamu kan juga udah cuti." Ujar Eunseo tidak menyerah membujuk Luda agar membatalkan rencana pagi ini dan tetap berdiam diri drumah.

"Lagian cuman sebentar, aku juga cuman liat-liat aja. Nggak sampai jam makan siang udah pulang. Maksimal jam dua belas aku pasti udah dirumah." Luda juga tidak mau menyerah, dia berusaha menyakinkan Eunseo agar memberinya ijin pergi.

"Lagian kan kalo---"

"Iya, aku tau." Potong Eunseo cepat, lalu mengecup bibir dan naik mencium kening Luda cukup lama.

Percuma saja membuang waktu untuk mendebat Luda jika wanita itu sudah bersikukuh dan keras kepalanya kumat lagi, pasti dia akan kalah, di situasi dan kondisi apapun meskipun kondisi wanita itu sedang susah sekalipun.

Mengenai janji pun juga sama hal nya, dan Eunseo sudah kebal. Luda sering membuat janji dengannya, tapi pasti secepat kilat akan langsung diingkari sendiri. Jadi Eunseo tidak akan tertipu lagi kali ini.

Eunseo menggandeng tangan Luda yang baru saja keluar dari kamar bersama dua tas dan jas kerjanya.

"Aku anterin."

Luda tersenyum cerah. "Terima kasih, dan dengan senang hati tuan."

Eunseo dengan hati-hati menuntun Luda untuk keluar, lalu membawanya ke mobil setelah mengunci pintu rumah.

Begitu didama mobil, Eunseo juga langsung membantu Luda memasangkan seatbelt dengan sangat hati-hati.

"Nyaman? Nggak terlalu kenceng kan?"

Luda mengangguk. "Thank's dad."

Melihat Luda yang tersenyum cerah dan terlihat sangat antusias, membuat Eunseo tertular ikut tersenyum, lelaki itu mengacak pelan rambut Luda karena gemas.

Discover : Time, Love, & DiedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang