📙 13. Drama

174 11 0
                                    

Maira menghela napasnya, membenarkan kerudung pasminanya agar lebih rapih. Setelah itu Maira mengambil tasnya dan berjalan keluar dari kamar. Ia akan pergi ke kampus untuk mengikuti ospek, badannya sudah agak enakan, hanya saja ia masih pusing ringan.

"Dengar-dengar Gus Wafa sama Gus Yusuf lagi cari calon istri deh, aku diberi tau sama Mbak Nahla, dia kan abdi ndalem. Pas itu dia enggak sengaja dengar pembicaran kyai sama cucu-cucu beliau pas Mbak Nahla ngasih minum buat kyai, gus sama ning," kata Fahsya-Adik kandung Nahla dengan nada heboh kepada segrombolan santri senior yang ada di bawah pohon.

"Yang benar? Bisa juga tuh kalau kita daftar. Siapa tau, ya dipilih sama gus-gus yang guaanteengnya masyaallah banget itu," timpal Rahma dengan nada semangat, lalu tersenyum girang.

"Duh, kok bisanya dua gus ganteng itu ngejomblo. Kuat banget imannya, mungkin kalau aku jadi gus-gus itu, udah borong santri putri dong," sambung Putri lalu mereka terkekeh panjang.

Maira yang mendengar sekilas obrolan mereka hanya menghela napas sambil tersenyum tipis. Maira berjalan keluar dari asrama putri, matanya langsung disambut oleh Wafa yang tengah ada di depan kantor pengurus, sedang memakai sepatu. Dari kejauhan Wafa terlihat sangat tampan dan keren, penampilan Wafa sangat rapi.

"Subhanallah, ganteeeng," gumam Maira sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Maira langsung berjalan sedikit cepat kala ia melihat angkot sudah tiba di depan gerbang pesantren. Maira takut ia ketinggalan angkot.

Wafa yang menyadari Maira berjalan sedikit cepat itu hanya mengernyitkan kepalanya, apakah Maira tidak tau jika angkot yang datang adalah angkot khusus untuk laki-laki saja. Dasar Maira, selalu terburu-buru.

"Neng, maaf ya. Ini angkotnya khusus buat orang laki-laki," kata pengemudi angkot ketika Maira hendak masuk ke dalam angkot, di sana hanya ada satu laki-laki tua membawa tas besar.

"Hah?! Maaf ya, kayaknya saya salah angkot," kata Maira sambil menyengir kuda, lalu Maira segera berjalan lagi menuju gerbang pesantren.

"Udah dibilangin, jangan suka buru-buru. Masih aja dilakuin," kata Wafa sambil bersimpangan dengan Maira yang wajahnya masam.

"Gus Wafaa!?" pekik Maira dengan wajah cemberut, Wafa hanya menoleh sebentar lalu melajukan motornya.

Maira hendak berjalan ke asrama, namun tiba-tiba angkot khusus perempuan datang. Maira langsung berjalan ke arah angkot dan duduk dengan perasaan yang masih sebal kepada dirinya sendiri. Bisa-bisanya Maira salah angkot, jadi malu kan sama Wafa.

"Pak, saya turun di depan gerbang kampus aja, ya. Jangan diturunin di perempatan," kata Maira kepada sopir.

Angkot sampai di depan gerbang kampus, ia membayar ongkos dan melangkah menuju kampus. Maira memberhentikan langkahnya, kala namanya dipanggil oleh seorang wanita dari arah gasebo kampus yang ada di taman, tak jauh dari letak Maira sekarang.

Maira mencari sumber suara, ternyata yang memanggilnya adalah wanita kemarin yang Maira jumpai di parkiran. Maira memebelalakkan matanya, demi apa di gasebo itu juga terdapat Wafa beserta dua temannya.

"Sini kamuu!" titah wanita itu sambil melambaikan tangannya kepada Maira. Maira menghela napasnya pelan, ada urusan apa wanita itu dengan Maira.

Maira berjalan menuju gasebo tersebut sambil melihat jam yang ada di tangannya, menunjukkan pukul setengah tujuh. Masih banyak waktu untuk meladeni wanita kepo itu, pikir Maira. Wanita itu menatap Maira seperti orang tidak suka, ia memasang tatapan sinis.

"Ada apa?" tanya Maira dingin, disertai dengan tatapan malas. Wafa dan dua teman lainnya itu sedang sibuk dengan laptop, mereka sedang mendesain sesuatu.

Hug Me When Halal (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang