Akhir

633 19 1
                                    


"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan." 

Maira mengusap wajahnya bersamaan dengan Wafa ketika dengan satu tarikan napas Wafa mengucapkan ijab qobul dan langsung disambut dengan kata sah. Maira meraih tangan Wafa lalu menciumnya dengan air mata yang mulai luruh. Tangan dingin mereka sama-sama bersatu sekarang.

"Tanda tangan di kertas-kertas ini," ajak seorang penghulu kepada Maira dan Wafa.

Mereka menandatangani surat-surat tersebut dengan singakat. Mereka kini menyalami banyak tamu yang hadir di acara pernikahan mereka. Dengan senyum hangat yang tulus mereka menyambut kedatangan tamu yang hadir.

"Maira?" panggil Wafa ketika mereka telah menyalami banyak tamu yang hadir. Pada saat ini, tamu sedikit longgar. Maira menoleh kepada Wafa dan mengajak Maira duduk.

Wafa tersenyum manis kepada Maira dengan tatapan intens. Sumpah, Maira sudah tidak kuat lagi menatap senyuman Wafa yang over manis kini benar-benar ada di hadapannya. Maira menghela napas kecil ketika Wafa menempelkan jempolnya di kening Maira.

"Saya sampai lupa tidak melelakukan sesuatu," kata Wafa lalu tersenyum kepada Maira. Maira mengernyitkan dahinya sambil terkekeh kecil.

"Allahumma ini as'aluka min khairiha wa khairi ma jabaltaha, 'alaihi wa'audzubika min syarriha wa syarri ma jabaltaha alaihi."

Maira mendengarkan dengan khusu setiap lafadz doa yang diucapkan pleh Wafa. Dengan tidak sadar air matanya luruh begitu saja. Wafa yang menyadarinya segera memeluk Maira dan mengusap kenkngnya pelan.

"Jangan menangis, sayang. Ini hari bahagia kita, lihatlah suamimu ini. Apakah suamimu menangis sekarang? Tersenyumlah, seperti ini," kata Wafa lalu tersenyum menampakkan deretan gigi rapinya itu di hadapan Maira.

"Mentang-mentang udah halal, nih. Lihat di sini kaum jomblo, dari tadi meronta-ronta pingin nikah gara-gara lihat kalian semua," kata Maulana dan Yusron yang kini duduk di jajaran kursi tamu itu. Sesuai janjinya dulu, apabila Wafa menikah denga Maira maka akan mendesain ruangan akadnya, sekarang mereka wujudkan janji itu. Menyulap ruangan yang awalnya biasa menjadi megah dan penuh bungga yang sejuk dipandang mata.

🕊🕊🕊

Wafa masuk ke kamar Maira ketika Maira baru saja keluar dari kamar mandi. Maira tersenyum kaku dan langsung memakai handuk untuk menutup kepalanya. Wafa hanya tersenyum kecil dan menghampiri Maira yang kini duduk di tepi ranjang sambil memainkan kucing peliharaan Dirwa yang sedang bermain di kamar Maira.

"Jangan takut, gus kamu ini sekarang suami kamu. Sudah sewajarnya apabila suami kamu melihat rambut kamu," kata Wafa sambil mengelus teratur bahu Maira yang sedikit basah terkena rambut Maira yang baru keramas.

"Kamu keramas, hm?" tanya Wafa sambil mendekatkan wajahnya kepada Maira. Membuat Maira sedikit menjauhkan wajahnya dari Wafa dan tersenyum kaku.

"Iya, gerah. Maira juga emang kalau keramas tuuh udah kebiasaan satu hari satu hari keramas," jawab Maira sambil membenarkan letak handuk yang menutupi rambutnya itu.

"Sini, mas sisirkan," kata Wafa sambil meraih sisir yang ada di nakas. Maira membelalakkan wajahnya tak percaya, jika Wafa seperhatian ini kepada Maira. Maira mengangguk kecil.

Wafa mengambil handuk kecil warna putih itu dari kepala Maira. Bersamaan dengan mengambil handuk tersebut, hidung Wafa langsung mencium wanggi vanilla dari rambut Maira. Wafa tersenyum tipis dan langsung menyisirkan rambut Maira yang panjangnya sebahu itu.

Hug Me When Halal (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang