seven; that days

1.6K 292 9
                                    

renjun menarik napas dengan gugup ketika mobil jemputanya sampai disebuah pekarangan rumah yang begitu luas--oh, barangkali ini tidak bisa disebut rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

renjun menarik napas dengan gugup ketika mobil jemputanya sampai disebuah pekarangan rumah yang begitu luas--oh, barangkali ini tidak bisa disebut rumah. ini mansion. mansion keluarga tersohor kim, yang katanya sih--luasnya nyaris sama dengan istana presiden.

ya, meskipun renjun tahu itu berlebihan. luas kok, namun tidak seluas blue house juga.

renjun datang sendirian, benar-benar sendiri. tidak ada lucas maupun jaemin karena ini acara private khusus keanggotaan keluarga kim. sejujur-jujurnya renjun enggan untuk datang--namun apalah daya ia tidak enak hati menolak keinginan orang tua. lee donghae maksudnya. bahkan pria paruh baya itu sampai hati mengirimkanya jemputan pribadi.

ya, orang kaya memang berbeda.

"tuan, kita sudah sampai."

"eoh? oh, iya.. terima kasih banyak." renjun memberikan senyum ramahnya, segera membuka pintu dan melangkah masuk ke dalam pesta.

ada dua tipe pesta yang renjun pernah masuki, pertama pesta anak muda--penuh kebebasan ekspresi dan hingar bingar yang memekakan telinga. yang kedua pesta orang tua--penuh dengan tatapan penilaian dan arogansi juga menjunjung tinggi sopan santun.

dan renjun tidak pernah tahan dengan yang ini--terlebih ia tidak terbiasa berada di lingkungan seperti itu. sialnya kini renjun dituntut untuk beradaptasi denganya, melempar senyum penuh anggun, sedetail mungkin memperhatikan sekitar dan tingkah lakunya--supaya tidak menjadi bahan bicara macam-macam dan yang pasti, mencoba beradaptasi dengan topik pembicaraan mereka.

"ah, apa kamu huang renjun?" seorang wanita paruh baya--barangkali sudah berkepala lima mengajaknya berbicara.

renjun tersenyum ramah, "ne, saya huang renjun." wanita itu mengangguk, kemudian memindai renjun secara terang-terangan mulai dari kaki hingga kepala--meskipun renjun tidak melihat adanya tatapan meremehkan. tetapi tetap saja tidak nyaman, dikira koleksi tas kulitnya apa?

"wah, aku dengar kamu pernah menjadi relawan di maroko, apa benar?"

"ah, iya.. aku pernah kesana sebagai relawan,"

"kalau begitu kamu pasti mengenal kim junkyu, dia seorang dokter relawan disana." renjun diam, kepalanya berputar mengingat-ingat nama itu. "anak sulungku itu sudah aku larang untuk pergi ke negara-negara itu, tetapi memang dia yang memiliki jiwa seperti itu ya bagaimana.. ia juga sempat makan malam dengan raja maroko, wah aku sendiri bahkan sempat tidak percaya."

haha, beginilah orang tua. renjun memasang raut antusias untuk menghargai reputasinya sendiri.

"wah, renjun ya?" datang lagi, seorang wanita paruh baya dengan dress maroon berkilaunya, kali ini dengan tatapan meremehkan. "teman satu angkatan lee felix, kan?"

"iya, benar.. bagaimana kabar felix sekarang?" felix adalah teman jauh renjun, mereka pernah begitu dekat saat menjadi mahasiswa baru namun sayangnya mereka jarang berada dikelas yang sama. itu sebabnya mereka tidak begitu akrab.

summer apocalypse Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang