"kalian terlihat begitu serasi," renjun menengok ke belakang menatap junxie yang sibuk memandangi foto-fotonya bersama jeno diruang keluarga, bahkan televisi yang menyala tidak membuatnya tertarik sama sekali.
ia tersenyum tipis, mencuci tanganya sejenak setelah selesai membersihkan alat makan mereka selanjutnya berjalan mendekati sang adik. pasti banyak hal dari mereka yang ingin mereka ceritakan satu sama lain, atau setidaknya mereka harus menghabiskan waktu bersama dengan menonton film maupun berjalan-jalan menikmati hari ini.
"ah, renjun!" sang kakak menaikan alis ketika junxie mulai berbalik, ikut duduk bersila menghadapnya di sofa.
junxie terdiam cukup lama, matanya bergerak ragu untuk menyampaikan tanya. tetapi renjun tersenyum dan mengangguk manis menatap kedua manik sang adik memberikan pesan tersirat. "itu--apa yang sebenarnya terjadi semalam? bagaimana dengan pria itu dan bagaimana kamu menemukan aku?"
renjun diam, dari sekian banyak pertanyaan junxie justru menanyakan sesuatu yang seharusnya tidak ia tahu. "dia tidak akan menyakitimu lagi dan mereka tidak akan bisa menemukanmu. kamu bebas junxie, itu bukan urusanmu lagi."
junxie diam lagi, apakah renjun membunuh pria itu? ia masih mengingat betul bagaimana ekspresi kesakian pria itu didepan matanya darah mengalir deras dari tenggorokanya yang sobek. "apa dia meninggal?"
renjun menyeritkan dahinya, "tidak, dia hanya pingsan. temanku memukul pria itu tepat ditekuk dengan keras dan itu membuatnya langsung tidak sadarkan diri. sekarang ia ada di kantor polisi."
"lalu.. hanwo?" renjun mengingat betul pria itu, pria yang menginjak-injak mayat ibunya dan membuatnya koma selama seminggu. pria itu juga yang selama ini menjadi perantara bisnis ilegal anak-anak dibawah umur hasil penculikan maupun anak-anak terlantar yang bersuka rela bekerja untuk mereka.
"dia kabur, polisi sedang berusaha untuk mencarinya." junxie bernapas lega, setidaknya ketika jinix menjadi buronan pria itu tidak akan bisa banyak berkutik ditempatnya.
tetapi ada sesuatu yang mengganjal dibenaknya, "lalu, bagaimana keadaan pria itu?"
"kenapa kamu ingin tahu sekali, hm?"
"bukan begitu, hanya saja aku se--"
"--junxie, sudah. jangan mengingatnya kembali, oke? aku juga tidak mau mendengarmu membahas ini." renjun baru akan beranjak dari duduknya sampai kemudian junxie menahan bahu sang kakak. meminta maaf.
renjun tidak menjawab, ia hanya bergerak untuk merengkuh tubuh adiknya yang ukuranya tak jauh berbeda darinya itu. menepuknya lembut seolah memberikan seluruh energi dan kekuatan yang ia punya supaya membuat junxie kembali hidup. hidup secara harfiah.
"apa setelah ini kita akan selalu bersama?" pelukan terlepas, kedua mata saling memandang dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.
junxie memandang sedih renjun yang tampak tidak memberinya kepastian, ia menggeleng cepat. "renjun, jangan tinggalkan aku.."
KAMU SEDANG MEMBACA
summer apocalypse
أدب الهواة« jeno, renjun » huang renjun sangat menyukai kehidupan yang ia jalani. ia mendedikasikan hidupnya untuk membantu orang lain, bertemu dengan orang asing dari berbagai belahan dunia, dikenal masyarakat sebagai malaikat berwujud manusia. renjun amat...