twone; a traitor?

1.2K 185 11
                                    

"jeno?" yang dipanggil menoleh dengan mata pandanya, badanya terasa remuk bukan main namun bibirnya masih dapat menyunggingkan senyuk tipis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"jeno?" yang dipanggil menoleh dengan mata pandanya, badanya terasa remuk bukan main namun bibirnya masih dapat menyunggingkan senyuk tipis.

"halo, mama.." ucapnya, tanganya membentang meminta pelukan. junxie dengan sigap langsung memberinya kekuatan magis itu.

"ada masalah dikantor?" tanya junxie sembari mengusap-usap punggung suaminya sayang.

"huum, banyak sekali.. para investor menarik saham mereka disaat perusahaan sedang genting seperti ini." suara jeno lemas, dominan itu benar-benar tidak bertenaga. ia tertekan, ini pertama kalinya perusahaan mereka diambang kebangkrutan. jelas bukan semuanya, namun tetap saja membangun perusahaan bukan hal yang mudah--tetapi dalam sekejap perusahaan itu mampu hancur dan menguras banyak kepercayaan publik kepadanya.

ingat, sm corp adalah raksasa ekonomi negara mereka.

junxie tersenyuk tipis, semakin mengeratkan pelukan. "maaf aku tidak bisa banyak membantu,"

"no no no, it's okay.. ini cukup membantu," jeno menyengir lucu, semakin mendusalkan kepalanya dibahu junxie.

mereka melakukan kegiatan itu selama beberapa menit dalam keheningan, hingga akhirnya jeno melepas pelukan itu terlebih dahulu. membawa junxie mendekat ke sebelah ranjang dan duduk dipangkuanya.

tangan berotot itu mengelus lembut calon bayi mereka yang masih berada di trimester pertama, ia menyunggingkan senyum, "halo, aegi.. how are you today?"

"kamu tidak banyak merepotkan mamamu, kan?" junxie tertawa pelan.

"tidak, tidak merepotkan sama sekali kok. justru karena ada aegi aku jadi lebih produktif sekarang."

jeno mengangguk, mencium pipi junxie kilat. "padahal dulu kamu penganut childfree garis keras ya.. tidak aku sangka sekarang menjadi bucin kepada anak seperti ini."

junxie tidak langsung menjawab ditempatnya, "ya, itu dulu.. lagipula aegi itu bisa disebut sebagai bukti cinta kita kepada satu sama lain." kedua pasangan itu tersenyum, tidak ada lagi hal yang perlu dikatakan--jawaban itu benar.

jeno mulai menyandarkan kepala pada dada sang submissive, hidungnya mengendus penuh khidmat aroma junxie yang bagaikan diazepam untuknya. aroma itu memang agak berbeda daripada biasanya. ya, jeno menyadari itu dan mulai membiasakanya.

barangkali suami kesayanganya itu memang sengaja ingin mengubah beberapa hal dalam dirinya ketika menikah untuk dapat dengan mudah beradaptasi. jeno tidak ada masalah dengan hal itu selama ia pun nyaman dengan perubahan renjun.

renjun bahkan semakin feminim, entah karena bawaan bayi mereka atau memang renjun yang rasanya semakin cantik dimata jeno setiap harinya--entahlah.

"oh, iya.. sepupuku akan menginap disini."

"hm? siapa?"

"lee haechan namanya, bukankah kalian sempat bertemu di jerman?" junxie diam, sebentar, ini bukan menjadi rencana mereka. renjun sama sekali tidak membicarakan haechan sebagai sosok yang memang sudah harus dikenalnya.

summer apocalypse Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang