junxie tengah berbelanja bahan makanan ketika merasa perutnya sedang bermasalah. tubuh kecilnya berdiri pada lorong kasir menunggu semua belanjaanya dihitung.
rasanya mual, junxie sampai harus menutup mulutnya sendiri agar tidak meloloskan sesuatu yang bukan seharusnya--didepan umum. ia melirik pada bibi lim yang tampak asik mengamati belanjaanya, mengecek bebeberapa barang yang ia beli.
"bibi," yang dipanggil menoleh, ia langsung melototkan mata ketika melihat sang majikan yang berwajah pucat dan seperti menahan sesuatu. ia tahu akhir-akhir ini renjun tidak enak badan, bibi lim sampai harus membuatkanya beberapa teh herbal setiap malam. jeno bahkan sudah mewanti-wanti agar renjun dibawa ke rumah sakit saja tetapi si empu-nya malah menolak.
"astaga, tuan renjun.."
"aku harus ke toilet sebentar," junxie langsung berlari begitu saja meninggalkan bibi lim yang panik setengah bingung. ingin mengejar sang tuan tetapi belanjaan mereka tidak bisa ditinggal.
akhirnya bibi lim memilih tetap ditempatnya, menghubungi supir mereka sejenak untuk menyusul sang tuan di toilet. sedangkan junxie sudah memuntahkan air liurnya di salah satu bilik toilet. rasa pusing mendera kepala. junxie tidak mudah sakit, sungguh, ini pertama kali ia sakit hingga kakinya tidak mampu menahan berat badanya sendiri.
junxie lemas, ia keluar dari bilik toilet kemudian netranya langsung menangkap kehadiran lee jeno yang menatapnya khawatir. "jeno?"
jeno maju beberapa langkah, memeriksa keadaan suaminya yang pucat tak bertenaga, "you okay, babe?"
"no, i'm not. i dunno just--"
"--let's go to the hospital." ucap sang dominan tegas, jeno langsung memapah junxie dengan lembut. sebetulnya ia bisa saja menggendong pemuda itu, tetapi ini ditempat umum--ia tidak ingin menarik perhatian publik. terlebih mereka adalah orang yang mudah masuk dalam berita utama televisi.
jeno masuk ke dalam mobil, membiarkan junxie bersandar pada dada bidangnya. jeno dapat merasakan junxie yang berkeringat dingin. ia geram jujur saja, tidak bisa membayangkan bila ia tidak menyusul kemari tadi.
jeno tahu sejak awal renjun berkeras kepala tidak ingin memeriksakan diri lebih dini, kemudian ia justru dikejutkan oleh laporan penjaga rumah yang mengatakan junxie ikut berbelanja bersama bibi lim. jeno marah, apa junxie berniat mencari penyakit? sudah tahu dirinya tidak enak badan dan malah memaksakan diri ikut berbelanja. akhirnya jeno menyusul menuju supermarket kemudian mendapati laporan dari bibi lim bahwa renjun berada dikamar mandi dalam keadaan pucat pasi.
perjalanan mereka tidak memakan waktu lama, hanya lima belas menit kurang lebih. dan karena jeno adalah seorang pengusaha elite yang tersohor di negerinya otomatis ia langsung mendapatkan pelayanan utama.
junxie diperiksa dengan cepat hingga sang dokter dapat menarik satu kesimpulan dari hasil tes usg mereka. mereka pikir memang ada yang bermasalah dengan perut junxie--ia diracuni barangkali--hal itu sering terjadi pada kalangan elite. tetapi bukan, ini lebih kepada junxie yang memiliki kehidupan lain didalam perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
summer apocalypse
Fanfiction« jeno, renjun » huang renjun sangat menyukai kehidupan yang ia jalani. ia mendedikasikan hidupnya untuk membantu orang lain, bertemu dengan orang asing dari berbagai belahan dunia, dikenal masyarakat sebagai malaikat berwujud manusia. renjun amat...