ten; then what?

1.4K 258 47
                                    

sebuah lengan kekar memeluk pinggangnya dari belakang, dada bidang yang berukuran lebih besar darinya itu menabrak punggung dengan lembut, bahkan hempusan napas mulai renjun rasakan ditekuknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

sebuah lengan kekar memeluk pinggangnya dari belakang, dada bidang yang berukuran lebih besar darinya itu menabrak punggung dengan lembut, bahkan hempusan napas mulai renjun rasakan ditekuknya.

renjun jelas tahu siapa pelakunya. pemuda rubah itu mulai menyamankan diri dengan pikiran yang melayang kemana-mana.

malam ini mereka berdua menginap di kediaman tetua lee, mereka menyiapkan sebuah kamar yang berada tepat disebelah kamar utama dengan pemandangan langsung pada suasana mewah villa.

"kamu melihat rumah di arah jam 2?" ucap lee jeno sembari mencium kecil tekuknya. renjun bergumam ketika melihat sebuah rumah yang jeno maksud. rumah yang memang tidak sebesar rumah utama namun tetap saja besar.

"kita akan tinggal disana nanti," jelasnya, "itu memang rumah ayah, tapi ketika kakek meninggal nanti ayah yang akan menempati rumah ini dan rumah itu akan menjadi milik kita.. begitu pula seterusnya,"

"rasanya seperti mengoper bola," jeno tertawa kecil mendengar komentar renjun.

"memang seperti itu, karena dirumah utama ini seperti memang didesain untuk--" mulut jeno mendekat pada telinganya, berbisik "--orang yang sudah bau tanah."

renjun tertawa, lelucon jeno memang tidak benar-benar membuatnya lega namun ia bersyukur karena jeno sudah berusaha.

"maafkan aku renjun," jeno menatap matanya sesaat ketika renjun mulai membalikan tubuh. renjun mengangguk, mengusap rahang tegas jeno yang menjadi favoritnya setelah hidung bangir pemuda itu.

"it's okay," renjun tersenyum, kakinya sedikit berjinjit untuk dapat mengecup bibir sang dominan. "ayo tidur," kemudian meninggalkan pemuda itu tanpa rasa bersalah.

"damn, renjun. you always driving me crazy!"

renjun tertawa, namun kemudian terkejut karena lee jeno mendorongnya tertidur diatas ranjang dengan tatapan balas dendam.

"what going on, my boy?" ekspresi yang justru menggemaskan untuk renjun--ia semakin ingin menggoda jeno. namun dalam posisi ini--err renjun justru merasa sangat tidak percaya diri.

"dirty mind," jeno menaikan sebelah alisnya, tatapanya berubah.

"wtf! no, i don't." renjun memerah diseluruh wajahnya, membuat jeno tertawa sembari memeluknya erat kegemasan hingga renjun merasa sesak.

begitulah kegiatan terakhir mereka sebekum akhirnya keduanya saling terhanyut dalam mimpi masing-masing. 

renjun tidak bisa menyembunyikan kegelisahanya lebih lama, pemuda itu bahkan tidak benar-benar tidur setelah tiga jam lamanya.

ia beranjak dari ranjang, melirik pada jeno yang sudah terlelap di mimpinya. renjun mengambil segelas air putih sembari mengedarkan mata tajamnya ke segala arah--meskipun gelap ia cepat dapat beradaptasi.

summer apocalypse Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang