Disebuah ruangan serba pink, nampaklah seorang laki-laki baya tengah memeriksa kondisi seorang gadis yang terlihat sangat pucat pasi. Bahkan jantungnya terdengar lebih kencang dari debaran jantungnya orang yang normal."Gimana dok?" Tanya pemuda yang dari tadi membersamai mereka.
"Dia hanya kecapean, jangan banyak pikiran dan istirahat yang cukup ya, dek manis!" Laki-laki baya yang disebut dokter itu mengusap kepala sang gadis dengan tersenyum lembut.
"Kalo sudah beres anda boleh melanjutkan aktivitas anda lagi, dokter Mehra, terimakasih atas pengobatannya" Ujar pemuda itu dengan nada tidak suka. Jelas sekali ucapan itu seakan mengusir sang dokter. Meskipun kedengarannya tidak sopan, tapi dokter Mehra memahaminya.
"Baiklah, saya pamit undur diri. Jangan lupa diminum ya obatnya! Semoga lekas sembuh!" Dokter Mehra melambaikan tangannya ceria pada gadis yang terbaring lemah itu. Lantas sang gadis pun membalasnya dengan senyuman andalannya saja. Manis.
"Jangan lama-lama senyumnya!" Kejut pemuda yang tiba-tiba duduk disampingnya.
"Napa? Iri karena Dayna bisa lebih sering tersenyum dari pada kak Zefan, balem mulu?!"
"Pujian atau hinaan?" Tanyanya dengan dingin.
"Terserah kak Zefan nganggepnya apa!" Gadis itu memalingkan wajahnya kesal. Dia merasa malu bukan kepalang atas kejadian tadi. Kalo saja ia tau bahwa sebenarnya Zefan hendak menelepon, ia tidak akan bertingkah aneh seperti itu. Mana Zefan malah kepo terus nanyain kenapa lagi. Kan jadi repot Dayna palsu harus jawabinya gimana.
"Okey! Makasih atas pujianya!" Tiba-tiba saja ia tersenyum lebar sembari menatap sang gadis.
Dirasa heran, gadis itu mengerjap beberapa kali menatap sang empu penuh tanya.
'Ganteng si, tapi nakutin!' Batinya ngeri."Okey! Kalo kamu lagi ada masalah, jangan ragu untuk memberi tau ku!"
"Sebenarnya lagi ada, sih..." Daya memainkan selimut yang dipakainya.
"Tell me what?" Zefan menatapnya serius.
"Tapi... Kak Zefan janji dulu ya, gak akan marahin Dayna!" Ia memicingkan matanya menatap Zefan.
Zefan mengangkat alisnya heran. "Okeh?"
"Sebenarnya...."
Ting tong!
Suara bel rumah berbunyi.
"Mbok!" Panggil Zefan seraya keluar dari kamarnya Dayna.
Ting tong!
Bel rumahnya terus saja berbunyi. Dikira mbok hanurnya sedang tidak ada dirumah, Zefan pun lantas inisiatif sendiri untuk melihat siapa yang bertamu.
Kriiet
Zefan mulai membuka pintunya. Lalu nampaklah seseorang dengan wajah tertutup masker dan topi hitam. Ia juga memakai kacamata hitam.
"Hai" Ucapnya lalu melepaskan kacamatanya.
"Kenapa kau kemari?!" Langsung saja Zefan menyeretnya keluar dari rumah itu.
•••••
"Austin, apa pelakunya sudah ditemukan?" Tanya seorang gadis yang tengah duduk manis disofa depan rumah mereka.
Sang empu yang ditanya pun menjawab. " Belum kak, tapi Austin mencurigai seseorang!" Ia menekan-nekan tombol layar monitor didepanya.
"Apa yang sedang kau lakukan?" Tanya gadis itu heran.
"Ya mencari informasi lebih detail" Jawabnya santai.
"Informasi apa lagi?" Gadis itu pun menghampirinya dan duduk disampingnya melihat kegiatan sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Became a Mafia Family ✅
FanfictionArea Transmigrasi Modern-Mafia Dayna Hermonio Agatha . Gadis malang yang harus meninggal dengan kasus ditutup atas nama kesalahan kekasihnya. Padahal, Dayna ditembak tepat pada kepalanya oleh kakaknya sendiri! Karena keluarga Dayna adalah salah satu...