Prolog

2.6K 147 2
                                    

⚠️ bahasa kasar, adegan kekerasan, 18+
⚠️ alur sedikit berat & menguras emosi
‼️ kontrol ketikan saat berkomentar

* * *

Mungkin sebagian orang akan menghabiskan waktu malamnya bersama keluarga, teman atau pekerjaan. Namun itu tidak berlaku untuk seorang gadis yang tengah menatap koper-koper dihadapannya.

Zaqueenna Lee Azzahra, gadis yang lahir pada tanggal 8 Agustus itu kini harus pergi dari rumah lamanya. Meninggalkan semua kenangan kecilnya disana bukanlah hal yang mudah, kamar yang selalu menjadi saksi bisu ketika dirinya tertawa, menangis dan mengeluh kini akan menjadi kenangan.

"Bisa agak cepetan packingnya?" Zahra melirik kearah pintu kamar yang dimana sang ibu tengah menatapnya kesal.

"Udah kok, tinggal dibawa aja" balas Zahra seraya mengambil tas selempangnya dan menarik kedua koper besar.

Zahra sedikit kesulitan saat menuruni anak tangga, ia melirik kebawah guna mencari sang ayah. Namun ternyata tidak ada siapa-siapa hingga dirinya dikejutkan oleh sebuah tangan besar yang mengambil kopernya dengan kasar.

Lee Jeno, kakak tertua Zahra yang memiliki sifat cuek, acuh namun peduli. Zahra tersenyum hangat membiarkan Jeno membawa kopernya kebawah, sedangkan ia kembali ke kamar untuk mengambil dus yang berisikan buku dan sedikit barang lainnya.

Setelah membawa seluruh kepentingan kuliahnya, Zahra berlari kecil menuruni anak tangga. Ia keluar dan menyimpan dus tersebut dibagasi mobil, melihat Jeno yang masih sibuk membantu sang ayah membuat Zahra kembali tersenyum.

Gadis itu kembali masuk guna membantu ibunya yang masih sibuk mengemasi barang.

"Mah? mau dibantu gak?" Zahra menyundulkan kepalanya disela-sela pintu, karena ia tidak pernah diizinkan untuk masuk ke dalam kamar orang tuanya.

Meira sang ibu mendongak, kemudian berpikir sejenak, ia tidak mungkin menyuruh anaknya itu membantu mengemasi barang didalam kamar.

"Di depan ada tas besar, bawa itu ke mobil. Tapi hati-hati, berat soalnya" Zahra mengangguk kemudian menutup pintu kamar sang ibu dan berjalan menuju ruang tengah.

Gadis itu berhenti tepat didepan tas besar, ia bingung harus membawa yang mana. Pasalnya kedua tas dihadapannya itu sama-sama besar dan juga berat.

Tanpa berpikir lama-lama Zahra mengambil tas besar yang berwarna hitam, ia sedikit kesulitan karena mungkin barang didalamnya cukup banyak.

Dua menit Zahra menyeret tas tersebut, akhirnya ia sampai didepan bagasi mobil. Zahra mengangkat tas tersebut hati-hati, namun belum sempat disimpan dibagasi resleting tas itu terbuka.

Bau anyir menyengat hingga Zahra mundur beberapa langkah, ia menatap tas hitam itu dengan ragu. Namun rasa penasarannya begitu besar hingga dirinya nekat untuk membuka tas tersebut dengan lebar.

Cukup terkejut dengan isinya, Zahra berlari kearah depan dan memuntahkan isi perutnya. Sang ayah yang melihat itu pun segera menghampiri Zahra, begitupun Jeno yang ikut berlari karena mendengar suara adiknya.

"Kamu sakit?" tanya David ayahnya.

Zahra mengusap sisa muntahannya dan menunjuk bagasi mobil, "Di dalam tas itu ada semacam daging, tapi itu apa? baunya nyengat banget"

Gadis itu kembali muntah membuat Jeno sedikit khawatir dan segera mengambil tissu dan air putih yang terdapat dimobil, sedangkan David justru pergi kearah bagasi dan segera menutup tas tersebut.

"Jangan pernah buka tas orang sembarangan lagi!" bentak David setelah berdiri disamping Zahra.

* * *

Di dalam mobil Zahra masih terdiam seraya melihat keluar, ia bingung harus bereaksi seperti apa. Terlebih setelah melihat beberapa organ dan juga lumuran darah membuat lidahnya semakin kelu untuk sekedar menjawab pertanyaan sang ibu pun.

"Kata kakak tadi, kamu muntah? masuk angin?"

Zahra melirik sang ibu kemudian mengangguk, ia kembali menatap keluar membuat Meira sedikit mengernyit atas sikap anak bungsunya.

DOR

David kesulitan mengarahkan setirnya ketika ban mobil mereka seperti ditembak oleh sesuatu, pria paruh baya itu memberhentikan mobilnya saat dua mobil hitam mengahalangi akses jalan.

Meira yang melihat itu membelelakkan kedua matanya, ia segera turun menyusul David. Namun sayang, suaminya itu sudah dipukul oleh salah satu anak buah bosnya.

Zahra yang ingin ikut turun pun ditahan oleh sang kakak.

"Kak! ayah butuh lo!" bentak Zahra menepis cekalan Jeno.

Gadis itu turun dan berlari kearah ayahnya yang tengah dipukul oleh tongkat baseball.

"STOP! JANGAN PUKUL BOKAP GUE, SIALAN!" Zahra menarik baju salah satu pria yang tengah menghabisi David secara brutal.

Kegiatan pria itu terhenti dan memilih mundur karena suara yang keluar dari alat pendengarannya menyuruh dirinya untuk berhenti dan membiarkan anak dari pengkhiat itu menarik ayahnya.

Meira pun sama halnya dengan Zahra, mambawa David mundur.

"LO SEMUA SIAPA HAH? BERANINYA KEROYOKAN!" Kelima pria itu hanya diam.

Suara teriakan Zahra membuat Meira melotot, ia tidak mungkin membiarkan David mati. Ia tidak ingin kehilangan orang yang dicintainya, tanpa aba-aba Meira justru mendorong Zahra hingga gadis itu terjatuh tepat dihadapan kaki pria, yang ia kenali sebagai bos dari sang suami.

"Ambil dia sebagai gantinya" ucap Meira membuat Zahra terkejut.

Lelaki itu tersenyum kecut menatap Meira, "Anda pikir semudah itu?"

"Terserah, mau kalian bunuh atau kalian pakai sekalipun. Jangan pernah sentuh suami saya"

Jeno yang sedari tadi menahan amarah pun segera turun hingga membuat atensi mata mengarah padanya.

"Ma! Zahra anak mama!" bentak Jeno hendak menarik sang adik namun lebih dulu ditarik oleh Meira.

"Mama gak ada pilihan lain, sekarang ayo kita pergi" ucap Meira memaksa agar anak tertuanya membantu memapah David.

Zahra bangun dan berlari sekuat tenaga menghampiri mobil ayahnya, ia memukul kaca mobil kemudi dengan sangat keras.

"Kak! tolongin aku kak, aku gak mau sama mereka"

Jeno yang berada dikursi kemudi hanya menatap sang adik dengan datar, namun jauh dilubuk hatinya dia benar-benar hancur kala harus meninggalkan adiknya sendirian dengan orang-orang jahat seperti mereka.

"MA! KAK JENO JANGAN TINGGALIN ZAHRA!" gadis itu berteriak saat mobil ayahnya pergi.

"Dramanya udah selesai?" tanya pria tinggi kepada salah satu temannya.

"Ji?"

Lelaki yang disapa Ji itu menoleh kemudian tersenyum miring, "Not bad, bawa dia ke mobil"

* * *

cast :
1. Member Treasure ft Ha Yoonbin, Mashiho & Yedam
2. Member NCT
3. Member Enhypen
4. Member IKON
5. Member WINNER

Twilight For Queen | Treasure [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang