***
"Zahra?"
Gadis itu mengerjapkan matanya sebelum berakhir didalam pelukan Jeno, rasanya seperti mimpi bisa bertemu dengan Jeno setelah sekian lamanya.
Jeno hanya diam membeku tak membalas pelukan Zahra. Dirinya tentu terkejut dan sedikit merindukan adiknya, kebiasaan Zahra dirumah terlintas dalam otaknya. Mau bagaimana pun, Zahra tetap adiknya meskipun hati pria itu tetap untuk tidak menyukai Zahra.
"Kak, plis bawa gue pulang" lirih Zahra dalam pelukannya.
Aahhkk
Haruto menarik kasar Zahra, ia tak peduli jika Zahra kesakitan. Haruto bisa melihat dari cara bicara serta perlakuan Zahra yang sepertinya memang merindukan sosok kakaknya.
"Jangan kasar sama adek gue," Jeno hendak menarik tangan Zahra, namun gadis itu lebih dulu ditarik kebelakang oleh Haruto.
Dimeja, Jeongwoo sempat melirik Haruto yang sepertinya sedang berbicara dengan orang lain. Dan tunggu, mengapa gadis yang bersamanya tadi Haruto genggam?
"Haru," bukan Haruto yang menoleh, melainkan Zahra dan Jeno.
"Sebaiknya kau pergi, dan jangan berbuat apapun" Haruto berucap dengan tekanan disetiap katanya.
Demi apapun atmosfer disekitarnya sangat mencekam, Zahra memegang pergelangan tangan Haruto oleh tangan kirinya. Zahra mengelus pelan, berharap pria dihadapannya ini tidak melakukan kekerasan pada kakaknya.
Jeno tersenyum singkat, namun dimata Haruto dan Jeongwoo senyuman itu seperti senyuman meledek.
"Gue gak bakal ikut campur urusan kalian," Jeno melirik pada Zahra yang sudah berkaca-kaca dibelakamg tubuh Haruto.
Akhirnya Jeno memutuskan untuk pergi dari restoran dan meninggalkan sang adik yang masih didalam genggaman bos ayahnya.
"Kak!" Zahra berteriak dengan isakan tangis.
Namun sedetik kemudian Zahra merasakan sakit yang luar biasa akibat jambakan dari Haruto. Banyak pasang mata yang menatapnya terkejut, namun mereka tetap diam tanpa melakukan apapun.
Zahra berteriak meminta Haruto untuk melepaskan jambakannya, laki-laki itu hanya mengendurkan tangannya kemudian ia menarik rambut Zahra hingga gadis itu terjatuh akibat tarikan yang begitu kencang. Zahra tersungkur pada ujung kursi yang lumayan lancip, badannya terasa sakit dan ngilu.
Gadis itu terdiam dengan tangisan, Zahra merasa dirinya sedang terancam oleh perlakuan manis Haruto dan teman-temannya.
Namun tak lama Jeongwoo membantu Zahra bangun dan kembali duduk dimejanya, mereka menyelesaikan makan siangnya meskipun awalnya Zahra menolak. Gadis itu baru makan ketika mendapatkan tatapan dingin dan menusuk dari Haruto.
"Mau kemana dulu?" kini Jeongwoo yang bersuara.
Zahra sempat melirik Haruto karena sedari tadi Haruto hanya diam dan menghembuskan napas saja.
"Jangan menatapku seperti itu, sialan!" Haruto berdesis menatap Zahra dengan tajam.
Jeongwoo memejamkan matanya sebentar, ternyata Haruto masih didalam mode seriusnya. Baiklah, kali ini Zahra yang akan ia jaga.
"Mau jalan-jalan dulu? atau jajan?"
Tolong beri tahu Zahra bahwa pria yang baru saja mengajaknya ngobrol adalah satu-satunya pria yang akan memperlakukannya dengan baik.
Zahra mendunduk memainkan ujung bajunya, ia tak sanggup mengeluarkan suara. Terlebih badannya sudah remuk dan ngilu disetiap bagian tertentu.
"Ke pantai mau?" Zahra mendongak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twilight For Queen | Treasure [REVISI]
Teen Fiction𝙋𝙚𝙧𝙞𝙝𝙖𝙡 𝙨𝙚𝙣𝙟𝙖 𝙥𝙚𝙢𝙗𝙖𝙬𝙖 𝙡𝙪𝙠𝙖. . . . ⚠️ Cerita ini mengandung kekerasan dan adegan dewasa [mohon bijak dalam membaca] ⚠️ Tidak untuk ditiru Start 24 Mei 2022 End 4 August 2022