05.

834 112 10
                                    

***

"Udah makannya?"

Zahra membalikkan tubuhnya kala mendengar suara itu. Lantas Zahra tersenyum kemudian mengangguk.

"Udah"

Hyunsuk mendudukan dirinya disamping Zahra, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Zahra merasa selama ia hidup dengan Jihoon dan teman-temannya sedikit merasa bahagia dan tersiksa diwaktu yang bersamaan.

Bahagia karena Doyoung dan Hyunsuk memperlakukannya dengan baik, meskipun terkadang ucapan mereka membuat Zahra sedikit tertohok.

"Diapain lagi sama Jihoon?" setelah hening beberapa saat, Hyunsuk mulai bersuara.

Zahra menunjukkan keningnya yang terbalut perban, Hyunsuk sedikit meringis melihatnya. Perlakuan Jihoon tetap kasar meskipun itu bukan targetnya sendiri.

Bahkan Jihoon tidak memandang gender dan status, dulu tepat saat Jihoon menginjak umur 20 tahun. Jihoon harus kehilangan ayahnya akibat kelakuan ibunya. Seluruh kekayaan yang ayahnya miliki habis oleh ibunya yang serakah akan harta, mungkin dari situ juga Jihoon selalu kasar kepada perempuan. Karena dimatanya, semua perempuan itu licik dan manipulatif.

"Lain kali jangan bantah Jihoon, kalo lo gak mau berakhir kayak gini"

Zahra diam saraya memainkan ujung bajunya, perlahan ia melirik Hyunsuk dengan mata yang sedikit memerah.

"Tujuan lo semua sekap gue disini apa sih sebenernya? kenapa harus gue?" lirih Zahra.

"Karena lo anak dari David, bokap lo bawa kabur orang yang seharusnya udah ditangan kita sekarang. Dan kenapa lo ada disini? karena bokap sama nyokap lo yang gantiin posisi orang tersebut sama lo"

Zahra masih memandang Hyunsuk dengan air mata yang mulai keluar, Hyunsuk yang melihat itu gelagapan. Apa dirinya salah ngomong?

Hyunsuk menarik tubuh Zahra untuk masuk kedalam pelukannya, Hyunsuk mengusap lembut surai Zahra yang semakin terisak membuat bajunya sedikit basah.

"Kalo lo butuh apa-apa bisa panggil gue"

Zahra menarik tubuhnya agar menjauh dari Hyunsuk, "Itu artinya nasib gue bakal lebih buruk kan? terus kenapa lo bersikap baik sama gue kalo akhirnya gue mati ditangan lo juga?"

"Harusnya lo bersyukur masih ada orang baik disini yang masih mau ngurus lo" ucap Junghwan yang baru saja balik dari dapur dengan membawa segelas susu cokelat.

"Wan..." Junghwan menaikan alisnya sebelah menatap Hyunsuk.

"Bener kan? harusnya dia bersyukur. Seenggaknya sebelum dia mati, hidup dia sedikit berwarna karena ada kita"

"Mending main ps" sela Hyunsuk bangkit dari duduknya. Sebelum pergi, Hyunsuk menyempatkan untuk menepuk bahu Zahra.

"Gak usah dipikirin" ucapnya kemudian menarik tangan Junghwan untuk kembali masuk kedalam.

Huuufftttt

Zahra menggerakan kakinya yang sedari tadi ia rendam dikolam renang. Pandangannya lurus kedepan, Zahra tidak tau harus berbuat apa selama ia dikurung disini.

Sudah cukup satu orang yang ia bunuh akibat memaksa untuk membantunya keluar dari sini. Zahra menundukkan kepalanya, rasa sakit dikepalanya masih terasa seiring ingatannya berjalan pada kejadian dimana maid yang ditembak tepat dihadapannya.

"Mau renang?"

Zahra tersentak melirik Doyoung yang berdiri disampingnya dengan kaos putih dan celana pendek diatas lutut.

Gadis itu menggeleng, "Lo sendiri?"

"Gue mau renang, ayo"

"Nggak, gue takut"

Twilight For Queen | Treasure [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang