03.

960 98 0
                                    

***

Sinar mentari mengganggu tidur Zahra pagi ini, matanya sangat berat untuk sekedar melek saja. Ia menatap wanita paruh baya yang sedang membuka jendela besar dikamarnya, hal itu tentu membuat Zahra terbangun mau tak mau.

"Ibu?"

Wanita itu menoleh kemudian tersenyum, "Maaf nyonya mengganggu tidurnya, tuan sudah menunggu dimeja makan"

Pagi ini Zahra sudah disadarkan oleh kenyataan yang ternyata orang tuanya sudah menukar dirinya dengan uang. Gadis itu menatap maid dihadapannya sebelum memegang kedua tangannya.

"Tolong bantu aku keluar dari sini," ucap Zahra memohon.

Maid itu tersenyum seraya membalas genggaman Zahra dengan lembut, ia menggeleng lemah. "Maaf, tapi saya gak bisa bantu kamu"

"Plis, aku mohon"

"Saya hanya akan memberi tahu jalan keluar dari penthouse ini saja"

Zahra mengangguk, secercah harapan akhirnya muncul. Sebelum suara tembakan dari arah pintu terdengar ditelinganya. Dan begitu mengejutkan, wanita paruh baya dihadapannya sudah tergeletak dilantai dengan darah segar yang keluar dari kepala bagian kanan.

Perlahan Zahra memundurkan tubuhnya untuk menjauh, gadis itu kehilangan keseimbangannya dengan tubuh yang menegang dan bergetar.

"Urus wanita tua itu," titah Jihoon kepada bawahannya.

Jihoon masuk kedalam kamar seraya menyimpan pistolnya kedalam saku belakang. Lelaki itu berdiri disamping Zahra dengan memandang darah yang menghiasi lantai dikamar itu.

Jihoon melirik gadis disampingnya, tangannya terulur untuk mengelus surai gadis itu. Elusan lembut yang berakhir dengan sebuah jambakan, Zahra memekik kesakitan dengan memegang tangan Jihoon agar segera melepaskan tarikannya.

"L-lepas sialan" Zahra berontak dengan air mata yang terus mengalir.

"Gak cukup dibilangin sekali?"

Jihoon geram dengan tingkah gadis dihadapannya. Jika tidak butuh, ia tidak akan segan-segan untuk membunuhnya sekarang.

"Lepasin gue anjing" cengkraman Jihoon dari rambut Zahra mulai terlepas.

Zahra meringis kala kakinya tak sengaja menginjak darah. Sialan, perutnya sangat mual. Jihoon yang melihat itu hanya tersenyum simpul sebelum beranjak pergi.

Zahra berlari menuju toilet guna membersihkan kakinya, ia terisak mengingat kejadian beberapa menit lalu. Gadis itu menundukan kepalanya, hatinya sangat menyesal karena memaksa wanita tadi untuk membantunya keluar dari sini.

"Apa yang harus gue pertahanin lagi?"

"Banyak"

Hyunsuk, lelaki itu menyahut dari ambang pintu. "Kita masih butuh lo" lanjutnya.

"Butuh? butuh apa? pemuas nafsu? atau butuh duit dengan cara jual organ gue? iya? itu maksud lo?"

Zahra terkekeh, "Bukannya temen lo sendiri yang bilang kalo organ gue gak bisa dijual karena harganya murah?"

"Istirahat" Hyunsuk menutup pintunya tak lupa menguncinya.

Twilight For Queen | Treasure [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang