***
Sesuai keinginan Zahra, gadis itu meminta pada Doyoung untuk mengizinkan dirinya bertemu dengan keluarganya. Zahra menangis saat selesai makan, dan itu tentu membuat pengunjung disana berpikir yang tidak-tidak tentang Doyoung.
Awalnya Zahra ingin meminta izin pada Hyunsuk, namun ponsel pria itu dipegang oleh Junkyu. Alhasil Zahra tak jadi untuk sekedar izin, biarkan ia membujuk Doyoung untuk menemaninya bertemu sang ibu.
"Gue takut dibunuh" cicit gadis itu bersembunyi dibalik tubuh tegap Doyoung.
Doyoung terkekeh melirik simungil yang dibelakang sebelum akhirnya menggenggam tangan Zahra dan menarik gadis itu menuju pintu rumah kediaman David.
Tidak ada rasa takut bagi Doyoung, karena sebelum turun dari mobil. Pria itu mengambil pistolnya untuk berjaga-jaga apabila ada kekacauan yang menyebabkan Zahra terluka.
Pintu itu dibuka oleh wanita paruh baya, Meira membelalakkan matanya menatap siapa yang datang. Bohong jika Meira tidak takut akan kedatangan Doyoung yang tiba-tiba, karena wanita itu tahu anggota yang paling ditakuti oleh target mereka adalah Doyoung. Karena pria itu lebih sering bermain dengan insting dan juga bergerak tanpa suara, maka tak jarang pengkhianat lolos begitu saja.
Doyoung mengusap punggung tangan Zahra dengan lembut, seolah mengisyaratkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Sayang? masuk nak"
Zahra menyunggingkan senyumannya menatap sang ibu yang justru membalas dengan tatapan bingung, jika kalian menebak bahwa Zahra akan tetap baik terhadap orang tuanya. Kalian salah, Zahra justru ingin sekali melihat keadaan ibunya yang seharusnya jauh lebih menderita daripada dirinya.
"Rencana apa lagi yang ibu susun?" tanya Zahra langsung pada intinya.
"Apa belum cukup bikin hidup aku hancur? kenapa harus Jihoon? yang statusnya anak kandung ibu?"
Meira benar-benar dibuat bungkam oleh Zahra, dari mana gadis ini tahu tentang Jihoon anaknya?
"Ibu gak perlu tau dari mana aku tau semuanya, aku cuma minta sama ibu berhenti. Jangan sakitin siapapun lagi"
"Kamu ngomong apa?" Meira mencoba meraih tangan Zahra, namun gadis itu dengan cepat bersembunyi dibelakang tubuh Doyoung.
Jeno hanya menatap kegiatan ibu tirinya dan Zahra dari lantai atas, ia tak minat hanya untuk sekedar menyapa sang adik. Karena bagi Jeno kedatangan Meira dan Zahra membuat keberadaannya semakin dijadikan alat oleh keluarganya sendiri.
Zahra juga tak sengaja melihat Jeno yang berdiri dibalkon kamar, namun pria itu memilih untuk masuk ketimbang harus bertatapan dengan Zahra. Jika ditanya siapa disini yang paling menyedihkan? jawabannya sama rata, Zahra yang sedari kecil sudah dijadikan alat tukar oleh orang tuanya dan Jeno yang diselalu dijadikan umpan untuk para target ayahnya.
"Kita ngobrol didalem ya? jangan disini"
Doyoung melirik Zahra hingga membuat gadis itu mendongak karena merasa ditatap. Doyoung mengangguk kemudian menggenggam tangan Zahra untuk masuk kedalam, lelaki itu tau jika wanita dihadapannya ini tengah menyusun rencana. Karena pasalnya sosok Meira ini tidak pernah berperilaku baik padanya maupun yang lain.
Terlebih setelah kejadian dimana Meira datang ke penthouse dan wanita itu mengaku bahwa merindukan Jihoon, padahal sudah jelas ia yang meninggalkan ia juga yang merasa paling tersakiti.
Doyoung dan Zahra baru saja duduk dan menatap Meira dengan datar, jujur saja jauh didalam lubuk hatinya Zahra ingin mendapatkan pelukan hangat dari sang ibu. Namun ia terlalu sakit atas kenyataan pahit yang baru saja ia tahu akhir-akhir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twilight For Queen | Treasure [REVISI]
Teen Fiction𝙋𝙚𝙧𝙞𝙝𝙖𝙡 𝙨𝙚𝙣𝙟𝙖 𝙥𝙚𝙢𝙗𝙖𝙬𝙖 𝙡𝙪𝙠𝙖. . . . ⚠️ Cerita ini mengandung kekerasan dan adegan dewasa [mohon bijak dalam membaca] ⚠️ Tidak untuk ditiru Start 24 Mei 2022 End 4 August 2022