06.

763 126 15
                                    

hayo yg blm vote mau paji gigit, hm?

hayo yg blm vote mau paji gigit, hm?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

* * *

Jihoon baru saja sampai dipenthouse, ia terkejut kala melihat ibunya yang sedang berdiri menatapnya. Ah, tatapan itu Jihoon sangat benci.

"Ada apa?"

Sang mama hendak mengusap pipi Jihoon, namun dengan cepat Jihoon menepisnya.

"Untuk apa kesini?"

"Mama kangen sama kamu, udah lama mama gak jenguk kamu" Jihoon terkekeh mendengarnya.

"Apa yang anda makan hingga seperti ini?"

Meira menghembuskan napasnya pelan, Meira menunduk kala anaknya menatap tajam. Tak bisa dipungkiri, hatinya sangat sakit. Meira benar-benar merindukan Jihoon.

"Maafin mama ya?" Jihoon terkekeh.

"Apa anda pikir saya akan memaafkan anda? setelah perselingkuhan dan membuhun ayah saya, apa anda pantas untuk dimaafkan?"

"Jihoon, mama mohon"

"Saya lelah, anda bisa keluar" ucapnya kemudian pergi meninggalkan Meira diruang tengah.

Jihoon meremat kuat jasnya yang ia pegang sedari tadi. Jihoon sangat benci pada Meira, ternyata penyerahan Zahra ada sangkut pautnya dengan keluarganya.

Jihoon pikir Meira akan menyayangi layaknya seorang ibu kepada anak. Namun ternyata Meira hanya membutuhkan harta dari papanya. Jihoon tidak menyesal atas kehadiran Zahra disini, dengan begitu Jihoon lebih leluasa untuk menyakiti ibunya dan juga adik tirinya itu.

Zahra, anak Meira sekaligus adik tirinya.

Aarrgghh

"Gue benci dia, dan juga anaknya"

Cklek

Jihoon menatap Asahi yang baru saja membuka pintu, kejadian lalu seketika terputar otomatis didalam kepalanya.

Mata Jihoon mulai memanas, baru kali ini Jihoon merasakan kembali yang namanya emosi. Asahi yang melihat itu hanya menampilkan wajah datarnya, ia tahu arti tatapan tajam Jihoon.

"Kenapa? rasa bersalah lo makin kerasa?"

Bughh

Asahi tersungkur hingga badannya terbentur meja. Pukulan Jihoon tidak main-main, Asahi bisa merasakan rahangnya yang sakit dan berdenyut. Pria itu bangun dan kembali menatap Jihoon dengan datar, Jihoon tidak menyukai tatapan Asahi.

Kepala Jihoon seakan-akan terbentur oleh benda berat, Jihoon merasakan sakit yang luar biasa dikepalanya.

"Gue harus bunuh dia"

"Iya, gue harus mastiin dia bener-bener mati ditangan gue"

"Bunuh dia, Ji..."

Arrgghhh

Twilight For Queen | Treasure [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang