***
Karin menatap ponselnya yang saat ini mendapatkan telepon masuk, sedari malam pun ponsel wanita itu terus berdering. Namun bagaimana bisa Karin mengangkat teleponnya jika posisi dia diikat pada kepala ranjang?
"Halo?"
"..."
"Iya bentar lagi pulang, mau nitip apa?"
"..."
"Iya sekarang aku pulang, kamu gak---"
Karin menatap layar ponselnya yang gelap, seseorang itu telah mematikan teleponnya sepihak. Sejujurnya Karin ingin sekali memaki orang tersebut, namun apa boleh buat? dia hanyalah budak yang diperalat agar rencana orang tersebut berjalan dengan lancar.
Karin mengganti bajunya sebelum keluar, ia sempat memberi pesan pada kekasihnya bahwa ia harus segera pulang dengan alasan orang tuanya sakit.
Alhasil Jihoon mengijinkan dan menyuruh bodyguard disana mengantarkan Karin pulang.
"Kemana te?" Karin melirik Junkyu yang saat ini sedang fokus pada ps.
"Ngomong sama gue?" Karin menunjuk dirinya sendiri.
"Ya iya lah, te yang gue maksud kan tante"
"Sialan"
Wanita itu tak lagi menyahut panggilan Junkyu, sudah cukup tadi pagi ia dibuat darah tinggi oleh makhluk dipenthouse ini.
Karin masuk kedalam mobil Jihoon, dengan pikiran yang kalut. Sebentar ia memejamkan matanya, karena bayangan kejadian dua hari yang lalu sungguh membuatnya frustasi.
Banyak sekali yang ia alami selama hidup dengan orang baru, ia yang dijadikan budak, dijadikan alat pancing bahkan ia juga hanya dibutuhkan saja tanpa dipandang sedikitpun.
Ada banyak penderitaan yang Karin alami setelah ia dijual oleh orang tuanya, namun Karin tetap menikmati hidup layaknya manusia normal meskipun ia tidak pernah diperlakukan baik oleh orang-orang.
Karin lahir dari keluarga yang hancur dan jahat, jika boleh memilih mungkin wanita itu lebih memilih untuk tidak dilahirkan ketimbang harus dijual oleh orang tuanya sendiri. Sampai kapanpun luka itu akan tetap ada dan membekas. Sekalipun nantinya Karin akan mati.
45 menit berlalu, kini Karin sudah mengijakkan kakinya didepan rumah orang tuanya. Rasanya sekedar untuk bernapas saja sangat sesak, Karin benar-benar tidak ingin melihat wajah orang tuanya terlebih saat ia sudah dibeli oleh orang lain.
"Sayang..."
Wanita paruh baya itu hendak memeluk Karin, namun Karin segera menghindar dan menampakkan raut wajah kecewa.
"Karin kesini bukan mau ketemu mama, tapi ketemu Yoshi"
* * *
Suara ketukkan pintu diruangan Jihoon terdengar jelas, namun pria itu enggan untuk membuka pintu. Karena ia sedang malas melihat wajah manusia yang memuakkan, namun sedetik kemudian pintu itu dibuka paksa oleh oknum bernama Junkyu.
"Orang ganteng mau masuk aja mesti buka pintu sendiri, gimana sih lo?"
Jihoon asik dengan ponselnya namun ia tetap mendengar gerutuan sahabatnya. Pria itu duduk hadapan Jihoon membuat Jihoon mau tak mau mendongak untuk melihat apa yang akan dilakukan Junkyu.
"Kata gue, lo parah"
"Parah apanya?"
"Lah si monyet kirain paham"
Jihoon mendengus tak mengerti arah pembicaraan Junkyu yang selalu bertele-tele. Junkyu mengeluarkan ponselnya dan mencari sesuatu disana sebelum akhirnya diperlihatkan kepada Jihoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twilight For Queen | Treasure [REVISI]
Teen Fiction𝙋𝙚𝙧𝙞𝙝𝙖𝙡 𝙨𝙚𝙣𝙟𝙖 𝙥𝙚𝙢𝙗𝙖𝙬𝙖 𝙡𝙪𝙠𝙖. . . . ⚠️ Cerita ini mengandung kekerasan dan adegan dewasa [mohon bijak dalam membaca] ⚠️ Tidak untuk ditiru Start 24 Mei 2022 End 4 August 2022