02.

1K 111 4
                                    

***

Zahra memandangi laut dari dalam kamar, pikirannya masih melayang pada ucapan lelaki yang bernama Hyunsuk itu. Lagi dan lagi Zahra dibuat pusing dan sakit hati.

Tenang, ini baru sakit hati, belum sakit mental.

Gadis itu tidak menoleh sedikitpun, tatapan kosongnya masih setia menatap indahnya laut. Seorang pria dengan kaos coklat dan training hitam berdiri disamping Zahra membuatnya mau tak mau menoleh.

"Gak uaah dipikirin omongan Hyunsuk tadi, lo gak punya salah apapun" ucap Doyoung yang kemudian ikut menatap laut.

"Kalo gue gak punya salah, kenapa gue ada disini?!" Zahra mulai meninggikan suaranya.

"Kenapa gak tanya orang tua lo?"

Demi tuhan, apa dosa dia dikehidupan sebelumnya? kenapa harus dia yang mempertanggung jawabkan kelakuan orang tuanya?

Zahra tak menyahut lagi ucapan Doyoung, gadis itu sibuk bertanya pada dirinya sendiri milik siapa daging serta organ yang ada didalam tas ayahnya? Rasanya kepala Zahra akan segera meledak kala rasa sakit itu kembali menyerangnya.

"Mending lo tidur" - Doyoung

Gadis itu terkekeh, "Mending lo yang keluar, gue sibuk cari cara buat kabur soalnya. Jadi gak bakal sempet tidur"

Kali ini Doyoung yang tertawa, "Lo mau berenang sampe ujung sana?" tunjuk Doyoung pada pulau yang terdapat diujung Barat, terlihat sangat kecil seperti tidak ada kehidupan disana.

"Anjing, lo" umpat Zahra.

Doyoung tak menggubris umpatan gadis itu, ia berbalik dan meninggalkan Zahra yang mulai panik akan keadaannya disini.

Ia menemukan kebenaran tentang kedua orang tuanya yang ternyata ikut gabung dengan pembisnis kotor. Zahra membayangkan berapa banyak nyawa yang sudah orang tuanya renggut hanya demi uang?

Gadis itu mulai terisak pedih, bagaimana tidak? ia akan menjadi korban berikutnya, itu karena keserakahan orang tuanya. Zahra terlarut dalam pikirannya hingga tak menyadari bahwa ada seseorang diluar sana sedang menatapnya dengan tatapan dingin.

Lelaki berhoodie hitam dengan masker dan juga kaca mata itu terus memandangi Zahra, lelaki itu segera mengeluarkan ponselnya untuk memberi tahu pada temannya bahwa anak dari si penghianat sudah ditemukan.

Bruk

Zahra kehilangan kesadarannya.

* * *

Jeno memandang kedua orang tuanya dengan malas dan muak. Ia terlibat bisnis kotor seperti ini sebab orang tuanya yang mengancam dengan berbagai cara.

"Mas, paru parunya Cia masih bagus. Kalo dijual pasti harganya mahal" kekeh Meira menatap sang suami yang saat ini tengah mengeluarkan beberapa organ lainnya dari dalam tas.

Lee Davidson ikut tertawa pelan, "Apa kataku? temennya Zahra gak pernah ada yang gagal"

Rasanya Jeno ingin memuntahkan seluruh isi perutnya lantaran mendengar perkataan ayahnya mengenai korban yang tak lain adalah teman adiknya sendiri.

Jeno jengah, ia ingin sekali membunuh ayah dan ibunya. Namun apa boleh buat? dirinya yang saat ini tengah dijadikan boneka hanya mampu terdiam dan membantu pekerjaan mereka.

Drrttt... drrttt...

David mengangkat telepon itu dengan bantuan sang anak.

Twilight For Queen | Treasure [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang