XLII. Feelings of Regret and Guilt

2K 395 14
                                    

Sepi, sunyi dan gelap gulita, entah sudah berapa lama ia terjebak dalam situasi seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepi, sunyi dan gelap gulita, entah sudah berapa lama ia terjebak dalam situasi seperti ini.

Tubuhnya mengapung bebas sendirian. Bella sama sekali tak dapat menggerakkan tubuhnya, bahkan seujung jari pun.

Tempat apa ini? Di mana dia sebenarnya? Kemana ia harus mencari jalan keluar?

Tenggorokannya tercekat setiap kali ia ingin berteriak. Air tawar pun terasa memenuhi paru-parunya, namun anehnya, ia tidak mati.

Tolong....siapapun tolong aku...

Dirinya menangis ketakutan setiap kali ada sekelebat bayangan yang mencoba menarik kakinya atau menutup matanya. Setelah itu, sayup-sayup ia mendengar seseorang bernyanyi, suaranya menggema seakan memenuhi gendang telinganya, namun Bella tak menemukan siapapun di tempat ini.

Ia benar-benar sendirian.

"Hei, sudah berapa lama kau terperangkap di sana?"

Bella terkesiap. Siapa yang berbicara? Berbeda dengan sebelumnya, suara milik seorang gadis ini terdengar sangat jelas dan lantang.

Oh tidak, lidahnya terasa kelu. Ia tidak dapat menjawab pertanyaan yang entah dari mana asalnya itu.

"Aku tidak bisa membebaskanmu, kau harus melakukannya sendiri."

Sosok itu berbicara lagi. Bella Yoraline hanya mengangguk sembari melihat ke sana-kemari. Berharap jika ia dapat menemukan gadis yang tengah berkomunikasi dengannya.

"Pejamkan matamu dan tarik nafas dalam-dalam. Setelah tiga detik, bukalah matamu namun jangan hembuskan nafasnya."

Bella menuruti perintah itu, ia memejamkan matanya perlahan dan menarik nafas. Untuk kesekian kalinya, tangannya tiba-tiba saja bergetar ketakutan.

Satu...

Dua...

Tiga...

Setelah sampai di hitungan ketiga, Bella membuka mata. Ia terkejut bukan main ketika melihat sebuah cermin di hadapannya, apalagi ketika mengetahui bahwa benda tersebut memantulkan bayangannya. Dirinya terlihat memakai sebuah gaun putih, rambut pirangnya terurai dan wajahnya pucat pasi. Penampilan yang sangat berbeda dari sejak terakhir kali ia sadarkan diri dan melihat dunia.

"Hembuskan nafasmu dan pecahkan cermin itu."

Bella menggeleng pelan. Tidak bisa, tubuhnya kaku dan sama sekali tidak dapat digerakkan.

"Jika kau tidak melakukannya sekarang, maka kau akan selamanya berada di tempat itu, Bella Yoraline."

"Berusahalah untuk lepas dari jeratannya dan pecahkan."

Gadis itu mengerang tertahan. Semakin ia mencoba menggerakkan tubuhnya, semakin hawa panas menggerogotinya. Namun Bella tidak menyerah, ia terus memaksakan diri hingga merasa jika kedua kakinya perlahan bebas.

The Origin CoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang