XLVII. One Last Breath

1.8K 354 33
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Michael Giacchino - Exit through the lobby

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Michael Giacchino - Exit through the lobby

Hembusan angin malam menyapu kulit wajahnya yang dingin. Grace Carlton ada di sana, duduk sendirian di bawah langit bertabur bintang, sebelum sosok pria datang menghampirinya.

"Kenapa kau tidak mendekat saja?" tanyanya memecah keheningan. Harvey Dawson, pria itu datang sembari membawa selimut rajut dan secangkir teh hijau. Ia menyelimuti tubuh Grace hingga sang gadis merasakan hangat.

Grace Carlton tersenyum tipis, ia menyambut cangkir yang disodorkan Harvey, lalu menyesap minuman itu perlahan.

"Para peri hutan sedang melakukan tugasnya, aku tidak boleh mendekat," jawab Grace. "Ini sudah sangat larut, kenapa kau belum istirahat?"

"Kau tahu aku cukup susah untuk menyesuaikan diri di lingkungan baru. Aku tidak bisa tidur," Harvey mengambil tempat kosong di samping Grace. Ia turut memandangi beberapa peri yang terbang mengelilingi tempat di mana Sienna beristirahat. Ada cahaya emas seperti kembang api yang terpancar dari tubuh mereka.

"Itu adalah nyanyian mantra sihir," Grace Carlton menjelaskan sebelum Harvey berniat untuk bertanya. "Sihir baik agar Sienna tak merasa kesakitan selama masa sekaratnya. Hal ini sudah mereka lakukan sejak berhari-hari yang lalu. Sekaligus mempercepat waktu karena Sienna tidak boleh merasakan sakit lebih lama dari ini, itu membuat para Centaur lainnya sedih."

The Origin CoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang