BAB 12: MALAM TERAKHIR

3 0 0
                                    


6 HARI KEMUDIAN. NOUSTFRAD, HOUSE OF HILL

"LARS, apa kau sudah me—whoops—"

Pemuda bersurai legam itu dengan sigap menangkap tubuh Cye yang lebih mungil. "Hati-hati, Cye, ini sudah ke sekian kalinya untuk hari ini."

"Kurasa aku terlalu gugup." Cye tersipu malu seraya berusaha berdiri tegap kembali.

Hari berlalu cukup cepat. Rasanya baru kemarin mereka membawa Gracle ke kediaman Hill, dan malam ini sudah merupakan pesta untuk merayakan hari terakhir pertunangan mereka sebelum besok upacara pernikahan dilaksanakan. Walau dikatakan ini hanya merupakan pesta formalitas (yang terpenting adalah yang besok, pernikahannya), tapi tetap saja Cye sangat gugup.

Sebentar lagi ia dan Lars bukan lagi sepasang kekasih ataupun tunangan, melainkan sepasang suami istri. Well, memang, secara politik sebenarnya pertunangan seperti ini bukanlah hal yang luar biasa. Ada banyak sekali pernikahan antar bangsawan yang dilaksanakan tanpa ada rasa sedikit pun, hanya untuk kepentingan politik belaka. Namun kali ini berbeda. Pangeran Vecidetua dan Putri Noustfrad tidak serta merta menjalin pernikahan untuk politik, melainkan karena mereka berdua juga saling mencintai satu sama lain.

Ini hari yang telah Cye tunggu-tunggu sepanjang hidupnya. Berjalan ke altar dengan gaun putih, mengenakan kerudung sutra cantik dan menunggu sang calon suami untuk menyibaknya—

"Ada apa kau mencariku?" tanya Lars, membuyarkan lamunan Cye.

"Oh, benar—aku hanya ingin mengingatkanmu untuk mengenakan perhiasaan dari Gracle," ujar gadis itu dengan rona merah di kedua pipinya.

"Jangan khawatir, aku ingat dan sudah mengenakannya," balas Lars dengan senyum tipis, tersirat rasa bangga karena memahami calon istrinya.

Cye memerhatikan daerah leher tempat bros Lars disematkan. Senyum cerah mengembang, dan detik berikutnya ia sudah memeluk pemuda itu erat-erat. Lars tampak terkejut, tapi ia hanya tersenyum tipis sembari memeluk Cye balik.

"Kau benar-benar bersemangat sekaligus gugup ya hari ini," komentar pemuda itu.

Tawa pelan menyahut bersamaan dengan anggukan kecil Cye. "Benar. Aku sangat bersyukur semuanya lancar. Semoga sampai besok pun lancar."

"Pasti." Lars mengusap rambut Cye dengan hati-hati agar tidak mengusutkannya. "Pasti lancar."

Cye mengeratkan pelukannya sebentar lagi, sebelum akhirnya melepaskannya. "Baiklah, aku akan kembali ke ruanganku untuk menata rambut. Sampai nanti?"

"Sampai nanti, Yang Mulia." Lars menjawab seraya memajukan tubuhnya ke arah Cye, merunduk dan mengecup lembut kening gadis itu. "Saya akan menunggu langsung di ruang pesta."

Cye hanya menatap Lars dengan kedua mata terbelalak dan wajah memerah bagaikan tomat matang. Mereka memang tidak banyak melakukan kontak fisik selama ini, jadi melihat Lars yang tiba-tiba lebih berani sekarang—ya Tuhan, Cye nyaris meleleh di tempat. Ia tak ingin mencuci mukanya rasanya. Atau mungkin mencucinya tapi menyisakan bagian kening.

"Ah—um—oke—sampai nanti!" Cye langsung berbalik, bergegas menuju ruangannya.




✧ ✧ ✧




Gumpalan awan mungil berwarna putih kusam melayang di tengah-tengah ruang kamar, menampilkan Cye yang kini sudah beranjak menuju ruangannya lagi sendirian. Kedua netra kirmizi Gracle masih menatap awan sihir itu lekat-lekat. Dengan lamban ia memiringkan kepalanya selagi tatapannya tetap fokus, dan jemarinya yang lentik bergerak perlahan. Cye tampak berhenti sebentar di depan pintu, mengangkat tangan kanannya seolah hendak mengetuk pintu, kemudian menariknya kembali dan membuka pintu begitu saja.

Senyum puas terukir di wajah Gracle begitu melihat kejadian tersebut. Dalam sekejap, awan di hadapannya menghilang, dan ia kembali menyalakan lilin-lilin di penjuru kamarnya dalam sekejap mata.

"Sihirnya benar-benar berhasil." Sebuah suara berkata dalam benaknya.

"Tentu saja," jawab Gracle dengan santai, "kita sudah melatih sihir ini bertahun-tahun dan menemukan media terbaik untuk menjalin benang boneka ini. Batu-batu mulia itu mungkin tidak benar-benar memiliki kekuatan sihir seperti Amber dan Amethyst, tetapi mereka sangat baik sebagai media perantara untuk sihir pengendali."

"Kalau begitu, saatnya kau bersiap-siap untuk pesta juga. Jangan sampai ada yang curiga karena kau terlalu banyak berdiam diri di kamar."

Gracle mendengus pelan mendengar hal itu. "Jangan konyol. Aku yang selama ini mengerjakan bagian bersosialisasi, kau tidak perlu mencerewetiku soal ini. Setidaknya tidak perlu lagi, aku bukan lagi anak-anak."

"Aku hanya mengingatkan," tukas suara itu dengan ketus.

"Oh, tentu saja, seorang awam mengingatkan yang ahli," balas Gracle dengan sama ketusnya. "Terima kasih."

Tak ada jawaban lagi usai ia mengatakan itu. Setelah memastikan bahwa kamarnya sudah benar-benar 'bersih', Gracle membunyikan bel untuk memanggil pelayan. Saatnya bersiap-siap untuk ke pesta. 




: : bersambung : :



GRACLE BLACKSMITHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang