ㅤㅤㅤ
NOUSTFRAD, MUSIM GUGUR 1807.
"IBU, aku menyayangi Ibu walau tidak pernah benar-benar hidup."
Gracle terlonjak bangun di atas ranjang. Jantungnya berdegup kencang, keringat mengalir di pelipisnya. Cuaca yang dingin langsung menerpa kulit wajah, membuatnya sedikit bingung bagaimana ia bisa berkeringat. Ia berusaha bangkit duduk di atas ranjang, menarik selimutnya yang tebal untuk melindungi diri dari dinginnya udara pagi.
Suara yang barusan ia dengar... mimpi?
"Selamat pagi, Istriku yang Luar Biasa Cantik," sapa Grey dari ambang pintu. Ia tersenyum lembut, bersandar ke pinggiran kayu tempat engsel pintu dipasang, lalu melangkah ke ranjang tempat Gracle duduk.
Gracle tertawa pelan melihat tingkah suaminya. Wajahnya memerah hangat saat Grey mengecup keningnya, kemudian memutuskan untuk duduk di samping dan memeluknya erat-erat. Gracle menyandarkan kepalanya ke pundak Grey, mengusapkannya perlahan sebelum mendaratkan ciuman di pipinya.
"Selamat pagi, Sayang. Kau bangun pagi sekali," kata Gracle.
"Aku ingin menyiapkan sarapan untuk istriku yang sedang hamil anak kedua," balas Grey dengan senyum lebar dan binar mata yang penuh afeksi. "Kuharap kau menyukai kue dadar buatanku."
Mendengus lembut, Gracle kembali mencondongkan tubuhnya ke arah Grey dan mencium sebelah pipinya. "Kau tahu aku suka kue dadar, terutama buatanmu."
"Mau kubawakan sarapannya ke ranjang?" tanya Grey.
"Tidak perlu, aku sarapan di ruang makan saja. Ayo, ada dua perut yang harus diisi," jawab Gracle sembari mengerling. Ia langsung turun dari ranjang, meraih mantel tidurnya, lalu mengamit lengan Grey sepanjang perjalanan ke ruang makan.
Senyumnya sedikit demi sedikit luntur ketika ia mengingat apa yang Grey katakan—ia sedang mengandung anak kedua mereka.
Anak mereka.
"Ibu, aku menyayangi Ibu walau tidak pernah benar-benar hidup."
Walau ia tak melakukan semua ritual ini, anak mereka juga tidak akan pernah hidup, kan? Mereka saudara, walau bukan dari silsilah langsung atau silsilah dekat. Tapi tetap saja, mereka sedarah, kan? Meski ia menjalani kehamilan normal tanpa melakukan sesuatu sekalipun, bayinya tidak akan pernah selamat.
Ia tidak membunuh anaknya, kan?
"Ibu, Ayah sudah membuat semua ini!" suara Kay yang masih anak-anak memecah lamunannya.
Gracle menatap anak laki-laki itu, melihat jauh ke dalam matanya dan melihat sosok pria yang membesarkannya selama ini. "Iya, Ayah hebat ya?" suaranya terasa berat dan mengganjal ketika melewati kerongkongan.
Entah kenapa ia mulai merasa mual dengan semua ini. Apa karena ia sedang hamil dan ini merupakan morning sickness?
"Grey, kurasa aku akan makan di kamar saja," ujarnya pelan.
"Kau baik-baik saja?" Grey yang sudah mengambil piring langsung menghampiri Gracle.
Gracle tersenyum tipis, mengangguk. "Kurasa ini morning sickness. Belum mau muntah, tapi akan lebih nyaman duduk di ranjang."
"Baiklah, aku akan membawakannya ke kamar. Kau kembalilah duluan," kata Grey.
"Terima kasih."
"Ini kewajibanku untuk meringankan bebanmu, Gracle." Grey tersenyum lebar, lalu mengecup kening Gracle lagi sebelum akhirnya wanita itu kembali ke kamar.
Gracle bergegas kembali ke ranjangnya, bergelung di balik selimut. Begitu ia sendirian dan Grey kembali membawakan sarapannya, ia tidak lagi merasa mual. Sudah dipastikan, ia harus segera menyelesaikan semua ini.
Pindahkan kekuatan Dagon, membuat Darius dan Jade membayar seluruh kekejian mereka di masa lampau, lalu membawa Grey kembali ke Myth untuk hidup damai sendirian. Ia hanya perlu menyelesaikan kewajibannya, tugasnya, lalu ia bisa pulang.
ㅤ
ㅤ
✧ ✧ ✧
ㅤ
ㅤ
Setelah sarapan, Grey perlu pergi ke istana untuk mengurus dokumen. Gracle menyiapkan lilin-lilin hitam untuk ritual begitu Grey berangkat. Ritual ini membutuhkan kekuatan sihir yang kuat juga, terlepas dari tujuannya untuk memindahkan kekuatan sihir. Hanya yang kuat yang mampu melakukannya. Dan hanya satu orang yang benar-benar bisa melakukannya, meski yang lain dapat memberi dukungan kekuatan.
Gracle mulai merapal mantra, membuat lilin-lilin itu menyala terang dan membentuk garis-garis berwarna merah kehitaman yang bersinar di lantai. Ia lalu membuka bajunya, menyisakan gaun tidur putihnya, kemudian menarik pedangnya dari udara dan meletakannya di atas lingkaran sihir. Rune berwarna ungu berpendar di bilah pedangnya.
"Vathaend," seru Gracle dalam-dalam.
Ia mengangkat gaunnya hingga sepaha, lalu perlahan-lahan berlutut di atas lingkaran sihir, di depan bilah pidangnya. Kay melihat dari samping, menyaksikan wanita bersurai perak di hadapannya membunguk kesakitan, bersamaan dengan tetesan-tetesan darah yang jatuh dari selangkangan. Gracle mulai mengerang kesakitan, namun ia tetap mengulang-ulang mantra itu.
Sebelah tangannya menengadah di bawah selangkangan, seolah menunggu sesuatu. Tak lama, janin yang belum sempurna lahir. Gracle membawa bayinya yang belum berkembang sempurna keluar dari balik gaun, lalu meletakannya di antara dirinya dan bilah pedangnya. Plasenta bayi jatuh seutuhnya di antara kedua kakinya, tapi Gracle tidak menaruh atensi ke sana sedikit pun.
Ia mulai merapal mantra lainnya. Kay berjalan mendekat, dan Gracle mulai menulis rune di tangan anak itu dan tangannya sendiri dengan darahnya. Lalu, ia menulis rune yang sama di bilah pedangnya. Gracle mengatur nafasnya, lalu mulai mengambil bilah pedangnya.
"Achtja atentiae," ujarnya dengan lantang, lalu menghunuskan pedang itu tepat pada jantung bayinya.
Rune ungu yang pertama di bilah pedangnya berpendar kuat, kemudian pecah. Kabut-kabut hitam keluar dari pedangnya, namun lingkaran rune berwarna merah kehitaman yang sama dengan yang Gracle tuliskan dengan darah mengekangnya. Kali ini rune-rune yang baru berpendar terang, dan kabut-kabut hitam itu mulai bersinar merah kehitaman dari dalam, lalu cahaya itu terserap ke tubuh Gracle dan Kay.
Selama proses pemindahan kekuatan, Gracle hanya mengatur nafasnya dan memejamkan mata. Ia bisa merasakan kekuatan baru yang mengalir di dalam dirinya, kekuatan yang jelas berbeda dari yang selama ini ia miliki. Mirip, tapi berbeda.
Cahaya-cahaya itu mulai redup, dan Gracle mulai membuka matanya lagi. Rune-rune di tangan mereka berpendar, kemudian menghilang. Ritual telah selesai. Mereka berhasil menyerap kekuatan Dagon, dan kini saatnya mengendalikan Cye dan Lars.
"Ayo," ujar Gracle yang sudah memunculkan awan sihirnya. Ia dan Kay kembali merapal mantra, dan sosok kedua target mereka pun muncul. Sekarang saatnya menghubungkan sihir, benang pengendali, lalu—
"Gracle?"
Gadis itu langsung menoleh ke belakang, nafasnya tercekat melihat siapa yang membuka pintu kamar dan kini berdiri di ambang pintu. Kay mundur perlahan, sedang Grey melangkah masuk ke kamar sembari melihat sekeliling.
"Ini... apa yang kau lakukan?" tanyanya, kemudian tatapannya jatuh pada awan sihir Gracle yang menunjukan sosok dua orang.
Cye dan Lars yang sedang saling menyerang satu sama lain.
ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
: : bersambung : :
ㅤㅤㅤ
KAMU SEDANG MEMBACA
GRACLE BLACKSMITH
Fantasíaㅤ | ❛Ketika malaikat, iblis, dan penyihir bertemu―siapa yang akan berpihak pada siapa?❜ Gracle Blacksmith telah tinggal di Myth, Hutan Gelap Noustfrad, selama lebih dari sepuluh tahun. Suatu hari, ia menyelamatkan seorang gadis bernama Cye dan seja...