BAB 1: DIA

25 5 6
                                    

ㅤㅤㅤ

13 TAHUN KEMUDIAN. MUSIM SEMI, 1802 ALMANAK ZARD.

NOUSTFRAD, MYTH.

KAKINYA melangkah di antara semak-semak hutan yang menutupi jalan setapak. Sepatu boot yang tinggi membantu melindungi kakinya dari duri-duri semak liar, walau nasib gaunnya berbeda. Awalnya hal itu terasa sangat menyebalkan tentu saja, mendapati gaunmu robek sana-sini karena ranting atau duri. Namun, lambat laun Gracle terbiasa dengan hal itu. Pergi keluar hanya dengan mengenakan pantalette-nya bukanlah pilihan bijak, sebab cuaca di Myth cenderung dingin dan menggigit tulang. Ia pernah mencobanya sekali dan telah memutuskan untuk tidak mengulangi kesalahan fatal itu.

Sore itu merupakan sore yang biasa, sebenarnya. Matahari sore menyeruak masuk melalui celah-celah pepohonan Myth yang menjulang tinggi dan rindang. Beberapa hewan mulai kembali ke tempatnya bernaung selagi sebagian yang nokturnal mulai muncul, sementara peri-peri tumbuhan mulai berkeliling untuk memastikan seluruh penghuni hutan dalam keadaan baik sebelum akhirnya mereka pun beristirahat.

Ia ingat apa yang orang-orang katakan mengenai hutan paling dalam di bagian selatan Noustfrad—Hutan Gelap yang disebut Myth dari generasi ke generasi; tempat para monster, iblis, dan segala hal jahat lainnya lahir. Pada kenyataannya, tidak semua hal jahat. Ada pula hal-hal baik, seperti para peri baik, monster-monster (yang sebenarnya Gracle tak tahu mengapa mereka disebut monster, apakah karena penampilannya yang berbeda dan cenderung aneh) sebenarnya sebagian pun baik.

Myth, kontras dari apa yang para orang tua ceritakan pada anak-anak, kurang lebih hanyalah sebuah ekosistem normal menurut Gracle. Well, beberapa monster memang jauh lebih buas dan berbahaya (ia sendiri pernah menemuinya dulu, saat masih kecil), dan ada pula Peri-peri Hitam yang selain licik dan menyebalkan, mereka juga terkadang menyerang kalau sedang butuh daging atau tumbal.

Namun untuk menyebut Myth sebagai tempat dimana segala hal yang jahat lahir? Ah, berlebihan. Ia yang masih kanak-kanak mungkin akan menahan nafas, membeku digerogoti rasa takut ketika mendengar Myth dan segala isinya. Berbeda dengan ia yang sekarang, yang hanya akan memutar kedua matanya sembari menahan diri untuk tidak menghela nafas lelah sekaligus kesal. Sebagai orang yang telah tinggal di Myth selama belasan tahun, sepertinya opininya cukup valid untuk mengatakan bahwa Myth nyaris tidak ada bedanya dengan dunia di luar sana.

Para manusia itu menyebut Myth sebagai sumber kejahatan dan kegelapan, seolah-olah dunia yang mereka tinggali tidak sama buruk dan busuknya. Menyebut makhluk lain monster dan iblis, seolah-olah mereka tidak bertindak sama mengerikannya. Kalau boleh jujur—sejujur-jujurnya—Gracle bahkan tidak bisa menjabarkan monster itu apa. Makhluk yang buruk rupa? Atau makhluk yang busuk tabiatnya? Karena kalau ia menilik manusia-manusia di luar sana yang bahkan enggan untuk mengakui bahwa mereka manusia hanya karena kemampuan—

"Gracle!" seru suara kecil yang membuyarkan lamunannya. Suara itu berasal dari peri mungil (ukurannya mungkin hanya sejengkal Gracle), dengan surai kuning keemasan dan sayap yang berwarna senada. "Di dekat sungai utara ada manusia yang diserang Para Peri Hitam—sebentar lagi rasi-rasi bintang mereka koalisi, kurasa mereka sedang mencari tumbal."

Manusia. Tidak, ia bukannya sudah lama sekali tidak bertemu dengan manusia, justru cukup sering. Ia masih harus ke pemukiman untuk membeli beberapa baju dan keperluan rumah tangga, kan? Hanya saja—ia harus memastikan apakah manusia yang disebut peri mungil ini merupakan manusia yang sesuai kodratnya, atau manusia pada umumnya yang digunakan dalam norma sosial? Para Peri Hitam hanya mencari tumbal dengan kekuatan sihir atau supranatural yang kuat atau besar. Kalau manusia yang dimaksud adalah manusia yang sesuai kodrat, maka bisa saja orang ini merupakan necromancer, sorcerer, enchanter, atau mereka-yang-dirasuki-esensi-iblis.

GRACLE BLACKSMITHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang