17 : It's Not Weird

2 0 0
                                    


Jiya pagi itu dengan hati berbunga-bunga bersiap untuk pergi ke sekolah. Suasana hatinya luar biasa bagus hari ini. Rating suasana hati hari itu; sepuluh per sepuluh. Jiya total suka dengan senyum dan penampilannya hari itu. Padahal tidak ada yang berubah, masih pakai seragam seperti biasanya. Kerudung instan ukuran M seperti biasanya. Tidak ada yang berubah. Mungkin suasana hatinya benar-benar memberi pengaruh kepada penampilannya. 


Sarapan, pamit, dan berjalan kaki menuju halte dengan riang. Sudah lama Jiya tidak tersenyum selebar ini dalam perjalanannya menuju sekolah. Tapi apa penyebab dari semua ini? 


Begitu ia keluar dari gang dan mendekati halte bus, ia melihat Anha yang sedang membaca buku yang ia pinjamkan dengan tenang. Jiya mengulas senyum senang melihatnya. Membuatnya mendekat dengan langkah dipelankan agar Anha tidak terganggu dengan suara sepatu ketsnya. 


Namun Anha sepertinya tidak begitu larut dalam dunianya sendiri sehingga mudah menyadari keberadaan orang lain di dekatnya. Maka dari itu, Anha menoleh cepat ke arah di mana menurutnya Jiya berada. Jiya menunjukkan cengiran bodoh dan mendekat tanpa mengendap. "Apa aku ganggu waktumu?"


"Not at all." jawab Anha dengan gelengan dan senyum terulas tipis namun manis. Jiya pun duduk di samping Anha. Jarak yang ada seperti biasanya. Begitu pula bersama hening yang sibuk kembali duduk di antara mereka. Tapi tidak canggung lagi. Jiya sudah paham Anha sibuk dengan dunianya sendiri. Dan melihat dunia apa yang sedang Anha selami membuat Jiya tersenyum kecil. 


PUAS MERACUNI ANHA BIAR JADI WIBU.g


Anha nampak serius membaca buku yang ia pinjamkan. Jiya tidak pernah mengekspektasikan seseorang untuk menaruh banyak ketertarikan dalam sesuatu yang ia suka tapi baru untuk orang tersebut. Anha teman pertama yang memperlakukannya seperti ini. Apa yang ada dipikiran Anha saat memutuskan untuk meminjam buku miliknya dan menonton anime yang menjadi inspirasi ide untuk cerpen baru mereka? Padahal Jiya tidak meminta Anha untuk menonton tapi dia berinisiatif sendiri.


Kemarin dia bilang apa? 


"Lagian ... it's fun—! To learn about you anyway."


Wow. Iya, dia terang-terangan bilang itu kemarin.


Jiya menutup mulutnya sendiri. Pipinya agak panas pagi ini, apa dia sakit? Atau tangannya yang dingin? Apa pagi ini suhunya dingin? Tangan dan kakinya lebih mudah kedinginan dibandingkan badannya. Mari kita asumsikan kalau pagi ini memang agak dingin. Semalam hujan cukup deras, mengetahui musim hujan akan segera datang. Jadi maklum-maklum saja kalau pagi ini suhu terasa dingin.


"Oh! Bisnya," gumam Jiya saat melihat bis umum kota mulai mendekat ke arah mereka. Anha yang awalnya menunduk sibuk membaca novel pinjamannya itu ikut menoleh. Kemudian meletakan pembatas buku di halaman terakhir yang ia baca. Sebelum akhirnya ikut berdiri bersama Jiya.


Keduanya masuk ke dalam bis dan duduk di tempat yang sama seperti biasanya. Berhubung bis masih sepi, jadi mereka masih bisa duduk. Tempat seperti biasanya; sama-sama paling dekat pintu masuk, tapi sebrang-sebrangan. Anha dari bagian laki-laki dan Jiya dari bagian perempuan. Setelah membayar, Anha lagi-lagi sibuk dengan buku pinjamannya. Jiya memiringkan kepalanya setelah memperhatikan cukup lama ini. Anha serius juga?

BreathtakingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang