Apel pagi selesai. Mereka semua membentuk bundaran tiap grup OSIS juga. Agar lebih gampang saat membagikan sarapan pagi.
Dirinya tidak ikut membentuk bundaran karna sedang berada diruangan OSIS menyiapkan menu sarapan untuk mereka.
Dengan ditemani Septian,selaku pemimpin acara ini dirinya ikut membagikan makanan.
Septian membawa air mineral sedangkan dirinya membawa nasi serta lauk pauknya yang sudah dibungkus dengan wadah putih, Styrofoam.
Membagikan satu persatu dengan keadaan masih lemas, semua anggota OSIS setiap acara harus memakai alamamaternya kecuali malam hari.
Alhasil dirinya berganti pakaian dari Hoodie dengan alamamater.
Tangan kanan dirinya tergores pinggiran Styrofoam tepat di telapak dekat ibu jari.
Tidak memikirkan hal itu, dirinya tetap fokus membagikan makanan.
Sampai di depan si Rama, dirinya ditanyai olehnya.
"Teh tangannya"
Tetap diam tanpa menjawab, sampai semua selesai. Kemudian Septian dan dirinya berdiri didepan dan dengan bersama berucap.
"SUDAH SEMUA".
"SIAP,SUDAH"
Kembali hening, mereka makan dengan tenang karna diberi waktu setengah jam.
Dirinya duduk dipojokan untuk mengawasi mereka agar tidak membuang makanan,harus habis.
Selalu dirinya yang mengawasi, karna dirinya tidak bisa sarapan pagi atau tidak biasa. Pernah sekali ditanya dirinya hanya menjawab gelengan singkat
15 menit berlalu, mereka ada yang sudah selesai, kemudian dirinya berdiri.
"JIKA SUDAH, DIBUANG DITEMPATNYA,DAN MASING MASING ANAK MENGAMBIL BUAH 2 BIJI"
Suara yang biasa lirih kini menggelar dilapangan utama, mereka semua menatap dirinya kagum, karna bisa setegas itu pembawaan suaranya.
Kini dirinya ikut mengambil buah, didepan meja panjang tersedia buah apel,pisang,melon,jeruk,dan lainnya.
Dirinya mengambil buah apel dan jeruk. Mereka semua berpencar setelah mengambil buah itu.
Dibebaskan tanpa membentuk bundaran karna memang masih sisa waktu 15 menit.
Si Rama, menghampiri dirinya. Tapi dirinya tiba tiba ditarik kasar oleh ketos,Ahdan Pratama namanya.
Ditarik sampai ke lapangan indoor kemudian dijatuhkan lagi.
Sakit, sudah terlalu lemas untuk berdiri dirinya hanya diam sambil mendongak menatap ketos itu.
"Lo siapin keperluan buat nonton film, gue sama anak anak mau siapin yang lain"
Perintahnya seperti mutlak, tanpa bantahan dirinya berdiri dan si ketos pun berjalan keluar.
Berjalan keluar ke lapangan utama untuk mengumumkan acara selanjutnya.
"PERHATIAN, WAKTU SARAPAN HABIS DAN KALIAN KE LAPANGAN INDOOR SEKARANG".
Suaranya bergema keras, tapi beda dengan mukanya yang pucat bibirnya pun pucat.
Semua murid baru berjalan berbaris sesuai grup mereka menuju ke lap indoor.
Mereka duduk rapi,sedangkan Binara, gadis itu berjalan kesana kemari untuk mengambil peralatan untuk menonton film.
Murid baru hanya diam menatap dirinya yang sibuk menyiapkan semuanya, sekitar setengah jam semua beres.
Tubuhnya seperti mati rasa sudah terlalu lemah tapi tetap dikuatkan. Tinggal satu mencolok kabel dengan stopkontak tapi selalu gagal karna penglihatan yang mulai kabur.
"Sini teh saya bantu"
Rama tiba tiba berdiri disampingnya hendak membantu tapi suara Ahdan terdengar
"SIAPA YANG SURUH KAMU BANTU DIA, BIARKAN DIA BEKERJA SENDIRI KARNA MEMANG SUDAH TUGASNYA"
Kicep, mereka kicep karna suara keras dan tinggi dari si ketos itu. Binara sempat tersentak kecil tapi berusaha untuk tenang.
Rama kembali ke barisannya sambil memandang Binara kasihan, sedangkan Binara menatap kearah lain.
Film dimulai, dengan durasi kurang lebih 2 jam kini mengalun di lap indoor.
Tiba tiba adegan pemain yang tertabrak mobil muncul. Sampai terpental jauh kemudian terlindas oleh truk peti kemas besar.
Dirinya kaget dengan spontan bergerak mundur dengan wajah lebih pucat. Hendak berdiri tiba tiba tidak sanggup rasanya.
Sedangkan didepan sana si ketos tersenyum evil lagi.
"Tuhan bantu aku" batinnya menjerit
Semua mata menatap kearahnya,karna dirinya duduk dibarisan samping grup 1,sendirian.
Berhasil berdiri kemudian berjalan pelan keluar dari lapangan indoor. Diikuti Rama dengan alibi hendak ke kamar mandi.
"Teteh ga papa" tanyanya
Dirinya berjalan sambil pegangan dinding dengan mata terpejam.
"Jangan sentuh" nada dingin itu keluar.
Rama kaget wajah Teh Binara sangat pucat, hampir jatuh tapi tetap dipaksa berdiri.
"Jangan sentuh,pergi"
Rama diam, menatap punggung seniornya dengan prihatin, hingga terdengar suara pintu yang dikunci.
Binara mengunci ruangan UKS dari dalam kemudian menutup korden hingga ruangan kini menjadi gelap,sunyi.
"Maap teh ngga bisa bantu" batin Rama.
Setelahnya Rama berbalik menuju lapangan indoor untuk melanjutkan kegiatannya.
Jangan lupa baca ya follow juga.
Saya butuh dukungan kalian sebagai rasa timbal balik
Terimakasih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Binara (ON GOING)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA SAYA MINTA TIMBAL BALIKNYA BUAT SAMA SAMA HARGAI KARYA ORANG TERIMAKASIH. Jika ada kesamaan nama tokoh atau tempat pemain saya mohon maaf karna tidak sengaja,ini murni karangan saya sendiri. Tentang Binara, Si gadis pe...