20. Dinan?.

10 1 0
                                        

Selasa, Binara berangkat awal dengan membawa macbooknya. Berjalan dengan sedikit terburu untuk sampai lebih dulu masuk kedalam ruang osis karna dirinya yang membawa kunci.

Berhasil, langsung masuk dan menyiapkan semuanya untuk rapat pagi ini lagi.

Mungkin beberapa hari kedepan dirinya akan sibuk Lagi.

Tanpa meletakan tas didalam kelas karna dirinya selalu tidak membawa tas jika seharian ini hanya acara osis.

Membuka macbooknya dan merevisi surat proposal yang dikirim oleh Ria semalam.

"Permisi"

Mengalihkan pandangan dari macbooknya dan ternyata Ria.

"Masuk" jawabnya

"Udah dari tadi Nar" tanya Ria

"Barusan" sambil menatap macbooknya

"Gimana bener kan apa ada typo"

Masih diam karna sedang meneliti tulisan dan terus bergulir kebawah.

"Aman"

Ria sesekali ikut melihat dan sesekali mengangguk tanda setuju.

"Tolong nyalain printer Ri" tolong Binara.

Ria menyalakan printer dan Binara menyambungkannya tinggal menunggu hasil printer.

Sambil menunggu, Binara mengecek ponselnya supaya tidak bosan.

Jam masih menunjukan pukul setengah tujuh pagi, mereka masih berdua.

"Rio mana" tanya binara tanpa mengalihkan dari ponselnya.

"Piket dia didepan sama si Ahdan" jawab Ria

Mereka berdua kembali diam karna Ria sedang membuat poster ajakan organisasi osis.

"Nar sini bentar"

Binara menurut dan mendekat kearah Ria dan melihat apa yang sedang dikerjakan.

"Menurut lo cakep ngga"

"Bagus kok"

"Serius Nar jangan becanda"

"Serius"

"Kan lo cakep kalo urusan edit"

"Serius cakep"

Edit by: Canva

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Edit by: Canva.

"Tinggal print"

Mereka menunggu hasil printer poster dan akan dimasukan kedalam mading.

"Selesai Nar" tanya Ria

"Beres'

"Tinggal jilid ayo didepan" ajak Ria

"Harus banget sekarang"

"iya dong biar kelar"

Mereka berdua keluar dan mengunci pintu ryang dan kunci diletakan dalam kotak kecil yang nempel didinding sebelah kanan pintu.

Berjalan kedepan dengan membawa setumpuk kertas yang lumayan banyak, mereka berdua sesekali ditatap murid murid.

"Jam berapa sih sekarang" tanya Ria

"Tujuh kurang lima"

"Pantes rame"

"Ayo cepetan Nar"

Sampai didepan gerbang mereka berpapasan dengan Ahdan dan Rio.

"kemana" tanya Ahdan

"Jilid kertas" Ria yang menjawab Binara hanya diam

"Gue aja sini jalan lagi rame" ucap Rio

"Gausah kita aja" kali ini Binara

"Lagi rame geulis bahaya" Rio lagi

"Ayo" ajak Ria, tetep keras kepala dia.

Ahdan dan Rio hanya bisa pasrah oleh mereka berdua yang kelewat keras.

Ahdan memandang punggung BInara yang mulai menjauh. Hal itu dilakukan oleh si Rio juga yang ikut memandang punggung Ria.

Kembali ke Ria dan Binara, mereka berdua akan menyebrang jalan, dirasa sepi mereka bedua bergegas jalan.

Binara tertinggal dibelakang sambil memgangi dada bagian kirinya yang tiba tiba nyeri.

Ria sampai diujung jalan dan melhat Binara ditengah sedang kesakitan.

"BINAR' teriaknya

Binara mendongak dan terkejut, ponselnya terjatuh diikuti dirinya yang meluruh kebawah sampai terduduk dijalan.

Ahdan dan Rio langsung lari mendatangi dirinya.

Rio mengambil kertas dan ponselnya, sedangkan Ahdan mengangkat tubuh Binara ke tepi jalan.

"Dinan" panggil Ahdan cemas

Binara yang menutup matanya seketika perlahan membuka matanya kembali.

Posisi Binara kini kepalanya berada dipangkuan Ahdan.

Tersenyum sangat kecil dan seketika Ahdan terkejut karena dirinya salah memanggil.

"sakit" ucap Binara nyaris seperti bisikan.

Ahdan ngeblank dan kembali sadar ketika Binara mengelus punggung tangannya.

"Terimakasih"

Dan seketika Binara pingsan, Ahdan panik dan langsung mengangkat tubuh Binara masuk kedalam mobilnya dan membawa kerumah sakit.














Hallo guys, aku comeback.
Jangan lupa baca sama voment ya aku butuh dukungan dari kalian.
see you dipart selanjutnya.

Binara (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang