18. Minggu.

8 1 0
                                    

Minggu, waktunya berlibur di akhir pekan. Mengistirahatkan otak dan semua tentang sekolah.

Di minggu seperti biasa, Binara akan berangkat kerja dari mulai pukul 9 pagi sampai 6 sore.

Tidak mengambil sampai malam karna besok adalah hari Senin. Dirinya tidak mau mengambil resiko untuk selanjutnya.

Bangun pukul 7, sedikit kesiangan dan langsung memasak sereal dan susu hangat.

Selesai, langsung memakannya dalam hening.

Rencananya hari ini dirinya akan sedikit telat masuk.

Karna berhubung hari Minggu dirinya akan pergi berdoa sebentar dan akan berlanjut bekerja.

Sebelumnya kepala manajer juga sudah tau dan memakluminya.

Sudah pukul 8 dirinya bergegas pergi karna dibuka pukul setengah 9.

Menunggu di halte bus sendirian tumben sekali Minggu ini sepi.

Cukup lama bus tidak datang dan ada mobil silver berhenti didepannya.

"Dia lagi" batinnya.

Seorang itu turun, dan menghampiri nya. Tanpa berucap Dirinya ditarik paksa untuk memasuki mobil itu.

Masih diam, seorang itu juga sama sama diam.

Melaju dengan kecepatan sedang, berbelok ke arah kiri dan Binara tau.

"Gue tau Lo" ucapnya dan Binara akhirnya menengok kearahnya.

Binara hanya tersenyum tipis karna ucapannya.

Senyum yang ditujukan hanya kepadanya dan ibu panti itu,kini kembali.

"Kamu tau" Binara bersuara

Kini keduanya sudah sampai dihalaman parkir tempat mereka berdoa setiap Minggunya.

Belum sama sama keluar, masih diam dan akhirnya seorang itu bersuara.

"Gue biasa lewat disana dan kebetulan ada Lo jadi gue bawa"

"Iya"

"Gausah ge er, gue kasian sama Lo"

"Iya tau"

"Dah sana Lo turun"

"Makasih, aku turun duluan" seorang itu hanya menjawab dengan deheman.

"Aku tau kamu juga"

"Tau apa Lo tentang gue" Binara dicekal kembali olehnya.

"Aku tau kamu gimana, jadi stop kasar sama aku ya aku capek sama kamu"

"Lo mau gue stop" tanyanya

"Iya"

"Lo pindah dari Binsana"

Terkejut, dirinya langsung menggeleng keras.

"Aku g mau"

"Lo keluar baru gue stop "

"Kamu tau kan gimana perjuangan aku buat masuk ke Binsana "

"Aku mati Matian ngejar kalian buat bisa masuk kesana. Tanpa bantuan beasiswa karna aku ngga bisa masuk jalur itu dan akhirnya jalur yang sama kaya kalian"

"Aku tau, tau banget aku ngga kaya kamu. Mati Matian aku lakuin semuanya tapi kamu nyuruh aku pergi dari sana, aku g mau"

"Dahlah males gue"

"Mending aku pilih disakitin terus sama kamu daripada aku pergi dari sana"

"Oke kalo itu mau Lo, gue jabanin"

"Kali ini aja kamu ngerti sama aku"

"Kali ini Lo bilang, udah dari dulu gue ngertiin Lo, tapi Lo yang..akh sialan Lo"

Cengkraman pada stir mobil dieratkan kembali olehnya sampai dirinya menelungkup kepalanya diatasnya.

"Pergi ngga Lo"

"Aku turun, makasih buat tumpangannya"

"Aku selalu kaya dulu"

Itu kata terakhir sebelum turun dari mobilnya dan berjalan masuk kedalam untuk berdoa.

Sedangkan seorang yang didalam masih terdiam dan akhirnya ikut masuk kedalam berjalan di belakang Binara tanpa diketahui oleh Binara.

Binara masuk dan langsung berdoa, orang orang mulai keluar dan mulai sepi.

Mulai menutup mata dan berdoa.

Seorang itu berdoa disebelahnya dan menatap lama Binara yang sedang berdoa sampai air mata mulai turun dari mata tertutup Binara

Seseorang itu tertegun sejenak, apa yang Binara panjatkan sampai menangis.

Selalu seperti ini, setiap kali mereka berdoa Binara lah yang akan menangis.

Saat mereka pertama bertemu pun Binara sudah seperti ini.

Tidak ingin memusingkan dirinya, seorang itu mulai berdoa.

Binara membuka matanya dan langsung bertemu dengan nya yang sedang berdoa juga.

Tidak mau menganggunya, Binara berjalan keluar untuk menaiki taksi.

Terpaksa jika sehabis berdoa , taksi yang akan menjadi kendaraannya. Karna disini jauh dari halte bus meski ditengah kota.

Kebetulan taksi lewat ,dirinya langsung berjalan mendekati dan kemudian menaikinya.

Meninggalkan seorang yang baru selesai berdoa, dan mencarinya.

"Selalu saja" batinnya

_______

Binara mulai memasuki cafe yang sudah ramai dan berjalan kebelakang untuk berganti baju.

"Udah selesai Nar" tanya salah satu rekan kerja nya.

"Udah"

Kemudian dirinya pamit untuk menuju ketempat nya.

Stand cofe dibuka. Pelanggan langsung memesan beberapa cofe.

"Matcha 2"

"Hot apa ice"

"Ice aja"

"Totalnya 60 ribu"

"Ini nanti sekalian sama makanan ya mba nomor 24 mejanya"  Binara mengangguk tanda mengerti.

Ngga terasa udah hampir magrib, cafe dan resto untuk sementara di close karna waktu magrib tiba.

Hanya waktu magrib yang diclose sementara dengan waktu istirahat.

Binara kini sendirian, tidak ada ponsel hanya duduk dikursi dekat jendela. Berarti langsung melihat persimpangan jalan raya didepan.

Cafe ini terletak di dekat persimpangan jalan raya yang tidak pernah sepi meskipun waktu dini hari.

Menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi dengan mata tertutup dan tangan yang bersedekap.

Dalam kesehariannya dirinya jangan menggunakan ponsel kecuali jika hari sekolah, jika Sabtu Minggu dirinya akan lepas dari ponsel.

Beberapa pekerja mulai masuk kembali, tadi dirinya sempat membereskan peralatan di stand cofe karna sudah habis.

Dirinya berdiri dan menghadap kepala manajer untuk izin pulang.

Diperbolehkan, karna memang saat itu dirinya meminta perjanjian jika hari Minggu dirinya tidak bisa lembur.

Berjalan keluar dengan tas bahu yang selalu dirinya bawa. Hari masih sore dan dirinya langsung menaiki taksi untuk ke apartemennya. Karna bus jika malam yang beroperasi hanya sedikit.

Sampai di apartemen dirinya langsung mandi dan membuat makanan malam. Setelahnya seperti biasa dirinya akan belajar bab baru untuk disekolah.
















Selesai di part ini.

Binara (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang