Tongkrongan

1.2K 65 0
                                    

Suara tawa yang sangat bahagia terdengar di antara pepohonan yang rindang. Tidak, itu bukan suara tawa makhluk halus, melainkan suara tawa anak-anak muda yang sedang berkumpul di sebuah rumah pohon.

"HAHAHA~ JOROK NIKO!!"

"BANTUIN BANG!- IHH SIALAN!!"

Semuanya tertawa terbahak-bahak melihat Niko, salah satu teman mereka yang terkena kesialan hari ini. Dari mulai pakaian Niko yang kotor karna dia terpeleset di lumpur, terjatuh di tangga saat ingin menaik ke rumah pohon, dan sekarang ulat bulu menjatuhkan dirinya di atas rambut lelaki hitam itu.

"Ketawa lo semua!" teriak Niko sambil membenarkan rambutnya yang berantakan.

"HAHAHA~ TOLONG PERUT GUE SAKIT..." ungkap Nanda yang masih tertawa sambil memegangi perutnya dan berakhir bersandar pada orang di sebelahnya tak kuasa menahan rasa lemas karna terus tertawa.

"Udah dek, kasian temen lo." lirih Gio lalu dia tertawa setelahnya.

"Yang lain kemana? Lama banget." tanya lelaki berambut cokelat sambil menghembuskan asap rokok dari mulutnya.

"Aga, gue mau itu..." baru saja Nanda ingin merebut rokok dari tangan temannya, lelaki berambut cokelat itu langsung menepisnya.

"Lo masih bocah, ga boleh." ucap Arga membuat Nanda berdecak kesal.

"Abang aja ngebolehin gue kok!" Kesal Nanda dan mendapatkan anggukan kepala dari Gio.

"Boleh sih boleh, tapi jangan keseringan. abang aja jarang ngerokok."

"Bohong tuh, bohong..." ucap Arga pada Nanda, dan berakhir di lempari kulit kacang oleh Gio.

"Kenapa ga ke sungai? sapa tau yang lain ngumpulnya disana." pikir Niko sambil menyuapi kacang kedalam mulutnya.

"Iya juga, ya..." jawab Nanda dan terdiam sesaat.

Mereka berempat saling bertatapan satu sama lain, tanpa tahu senyuman lebar terukir di wajahnya.

"Gue duluan-" Gio dengan terburu-buru menuruni tangga yang melingkar, meliliti batang pohon yang besar dan kokoh itu.

"Bang, woi! Tungguin gue!" teriak Niko lalu berlari menyusul Gio yang sudah berada dibawah.

Saat Nanda ingin melangkah menuruni anak tangga dengan hati-hati, tiba-tiba lengannya digenggam erat oleh Arga yang membuat Nanda terkejut dan memundurkan langkahnya.

"Kalo gue jatoh gimana?! dasar Arga gila!" Arga terkekeh melihat wajah Nanda yang kesal.

"Nanda lebih gila." ucap Arga lalu menuruni tangga dengan cepat guna terhindar dari amukan Nanda.

"ARGA ANJING!" teriak Nanda.

"NANDA LEBIH ANJING!" teriak Arga tak kalah kerasnya sambil tertawa terbahak-bahak, berlari mengikuti jalan bebatuan yang akan membawanya ke sungai.

: ̗̀➛

"Kan, apa gue bilang... mereka disini." lirih Niko sambil berjalan menghampiri teman lainnya yang terlihat sedang memancing.

Nanda keluar dari semak-semak yang menutupi jalan bebatuan, hanya menatap teman-temannya yang sedang asik memancing ikan di pinggir sungai membuatnya sangat bosan.

"NANDA, ADA KUCING!" teriak Arga yang duduk di rerumputan, membuat yang terpanggil menghampirinya.

"Lagi tidur ya? Padahal gue mau gendong kucingnya." lirih Nanda sedih sambil memainkan buntut kucing tersebut.

"Jangan digituin Nan, lo kena cakar mamp-"

"AAAAKKHHH!!.." teriak Nanda saat kucing tersebut mencakar dan menggigit punggung tangannya.

"AGA! AGA! TOLONGIN GUE!!" Nanda berteriak kesakitan, tanpa memperdulikan Arga yang meringis karena rambutnya yang dijambak oleh Nanda.

Setelah susah payah Arga membantu Nanda lepas dari amukan kucing tersebut, akhirnya mereka berdua bernafas lega. Sedangkan Nanda, memperhatikan punggung tangannya yang sedikit terluka.

Di sisi lain, Arya berseru karna umpannya yang dimakan oleh ikan yang cukup besar membuat yang lainnya menganga lebar melihatnya.

"Bang, masukin kesini." kata Reyhan sambi memegang ember hitam.

"Besar banget gila... " ucap Evan

"Ikan bakar gas gak?" tanya Arya membuat Reyhan dan Evan terdiam.

"WOI! IKAN BAKAR GAS GAK?!!" teriak Reyhan mengalihkan pandangannya ke belakang.

"IKAN BAKAR? GUE MAU!"

"GAS, AYO!!"

"Gas katanya, bang." ucap Reyhan sambil cengengesan lalu Arya menganggukkan kepalanya.

"REYHAN! EMBER!.." teriak Gio membuat Reyhan langsung berlari sambil membawa ember berisi ikan yang sebelumnya di dapatkan oleh Arya.

Setelah puas memancing ikan di sungai, mereka memutuskan untuk kembali ke tongkrongan nya yang tak lain adalah rumah pohon yang mereka buat sendiri dari masa-masa sekolahnya. Meskipun ada beberapa kerusakan tapi mereka sudah membenarkan nya, agar rumah pohon yang menjadi tempat tongkrongan nya masih berdiri kokoh. Bersyukur juga karena mereka memilih pohon yang besar dan rindang, alih-alih takut jika ada penghuninya lagipula mereka tidak perduli.

"A-a-a-anjay ikan bakar..." Evan dengan hati-hati membawa daun pisang yang dibentuk sedemikian rupa agar terlihat seperti mangkuk yang didalamnya berisikan ikan bakar.

Evan menendang kaki Reyhan yang menghalanginya. "Rey, geser elah."

Tak lama yang masih berada di bawah, satu persatu sudah berada di rumah pohon. Mengobrolkan suatu hal yang konyol sampai tertawa terbahak-bahak ditemani dengan dua porsi ikan bakar yang besar, menyantapnya bersamaan.

Merasa tenggorokannya terasa serat, Nanda mengambil botol air mineral tanpa tahu itu milik siapa.

"Punya gue Nan." ucap Arga.

"Bodo amat." jawab Nanda acuh.

"Tanpa sadar, kalian cipokan secara tidak langsung." kata Arya santai dan melanjutkan makannya. Sedangkan Nanda terbatuk-batuk karena tersedak.

Gio menyeringai. "Coba cipokan secara langsung, gue mau liat."

"Gila lo anjing!" ucap Arga.

"Pasti adek gue mau. Iya, kan Nan?" goda Gio.

Nanda langsung melototi Gio yang terlihat santai-santai saja. "Enyah lo bang!"

"Gue aduin ke tante Renatta, mampus lo." lirih Nanda lalu mengeluarkan ponselnya dari saku celana.

Mendengar ucapan Nanda, Gio langsung duduk tegak. " Renatta nyokap lo dek!"

"Ya, nyokap lo juga bang!" sentak Nanda, membuat teman-temannya kembali tertawa.

"Ya, lo kenapa bilangnya tante?" tanya Gio geram dengan tingkah Nanda.

"Suka-suka gue. Apa lo? Hah? Ga suk-AAAKKHHH ABANG SAKIT!!.." Nanda berteriak keras saat pipinya dicubit oleh Gio, meninggalkan bekas kemerahan di sana.

"Udah woi, berantemnya." kata Reyhan mererai kakak beradik itu yang masih beradu mulut.

Matahari perlahan mulai tenggelam dan mereka semua memutuskan untuk pulang ke rumahnya masing-masing. Masih ada waktu lagi jika ingin berkumpul bersama seperti ini, jika tidak di sibukkan oleh waktu kerja mereka.

─┉┈◈ To Be Continue ◈┈┉

Jangan lupa vote dan komen
Terimakasih >.<

I Love You! [YoonMin]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang