Sebuah Pengungkapan

436 52 0
                                    

Arga berjalan menelusuri jalan bebatuan yang cukup licin karena hujan masih turun dengan derasnya. Jalan menuju rumah pohon memang seperti ini. Setelah Arga bertemu dengan mantan kekasihnya entah kenapa tujuannya hanya ingin ke sini, ke rumah pohon.

Penglihatannya agak terhalang oleh kabut, hingga Arga memijakkan kakinya di rerumputan yang sudah tidak jauh lagi jaraknya dari rumah pohon. Arga berjalan perlahan menuju ke rumah pohon, matanya menatap pepohonan rindang yang ada disekitarnya sampai pandangnya terhenti dan terpaku saat melihat seseorang yang sedang berdiri sambil memegang pagar kayu yang menjadi pembatas di setiap sisi rumah pohon. 

Tidak merasa takut ataupun merinding, tapi Arga terus menatapnya dari bawah. Seseorang yang mengenakan hoodie berwarna cokelat, terdiam di atas sana menatap lurus ke depan. Dan orang itu tidak menyadari keberadaan Arga.

Arga memajukan langkahnya berharap dia bisa melihat siapa orang itu. Sesuai keinginannya, Arga dapat melihatnya dengan jelas dari bawah, jantungnya berdetak lebih cepat dan senyuman terukir di wajahnya.

"Nanda? Iya, itu Nanda..." gumam Arga dan tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya yang telah lama hilang.

Sedangkan Nanda yang berada di atas sana, dia terus menghela nafas untuk yang kesekian kalinya. Hujan yang membasahi seluruh tubuhnya, cukup membantunya juga untuk menyembunyikan air mata yang terus mengalir keluar sedari tadi.

"Hidup gue penuh dengan cobaan? Atau penuh dengan kekonyolan? Dari permintaan keluarga sampe permintaan seorang teman, apa gue harus ngelakuin hal itu?" Nanda tidak peduli dengan tubuhnya yang sudah menggigil kedinginan. Nanda membiarkannya saja, jikalau dia sakit pasti juga akan sembuh.

Nanda memejamkan matanya saat kilatan petir terlihat, dan tak lama suara langit yang bergemuruh terdengar keras. Tangan Nanda meremas kuat ujung hoodie nya, matanya terus terpejam seakan tidak berani untuk membukanya. Sekarang Nanda kembali membenci petir, benar-benar membencinya. Awalnya kebencian terhadap petir, itu tergeserkan oleh seseorang yang membuatnya merasa tenang. Tapi sekarang kebencian itu pudar, dan Nanda merindukannya.

"AYO PULANG!!" Nanda sontak membuka matanya, dan mengedipkan nya dengan cepat. Teriakan itu? Teriakan itu berasal dari mana?

Arga tersenyum lebar melihat orang yang berada di rumah pohon nampaknya gelisah, dan menolehkan kepalanya ke berbagai arah mencoba mencari tahu dari mana asal teriakan itu.

"Bener, lo Nanda." gumam Arga dan terus memperhatikan Nanda.

"Siapa? Tadi siapa? Gue gak salah denger 'kan?" Nanda terus mencari sumber teriakan yang tadi terdengar sangat jelas. Benar-benar sangat jelas, hingga....

"PULANG NAN, PULANG SAMA GUE!!!" Nafasnya tercekat di tenggorokan. Nanda memundurkan langkahnya. Tahu, dia tahu itu suara teriakan Arga, yang tidak tahu berasal dari arah mana.

Arga dengan cepat berlari menuju tangga rumah pohon, menaiki anak tangga satu persatu dengan cepat tidak peduli akan keselamatannya jika dia bisa saja tergelincir dan terjatuh. Arga mengatur nafasnya dan dapat melihat dengan jelas Nanda yang berada di hadapannya.

Mata mereka saling bertemu. Nanda memundurkan langkahnya untuk menjauhi Arga, sebelum dirinya yang langsung di peluk erat oleh Arga. Lengan Arga yang melilit di pinggangnya bagaikan ikat pinggang yang benar-benar kuat dan susah untuk di lepaskan.

"Kangen, gue kangen. Lo kemana aja? Semua nyariin lo." Arga melepaskan pelukannya dan membenarkan rambut Nanda yang berantakan. Lengannya berhenti bergerak, melihat wajah Nanda yang pucat. Dan Arga dapat melihat juga bibir Nanda yang bergetar, mengigil kedinginan.

"Muka lo pucat," Arga mengusap pipi Nanda, "ayo, gue anterin lo pulang. Di sini ding--"

"PERGI BANGSAT!" teriak Nanda dengan kasarnya, dan mendorong tubuh Arga hingga terhuyung ke belakang.

I Love You! [YoonMin]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang