Bab - 1 Jarum Pengembali Waktu

335 24 6
                                    

*Trank... Trank...


*BOOM!! BOOM!!


Suara benturan pedang disertai ledakan yang seakan bersahutan terdengar di mana-mana. Sejauh mata memandang begitu banyak mayat-mayat yang bergelimpangan dengan sungai darah kecil yang mengalir. Langit yang semestinya biru, kini berubah menjadi gelap akibat asap dan debu yang membumbung tinggi ke langit.


"Kemana Jianjun itu berada?! Apa dirinya takut dan bersembunyi?!" seorang pria paruh baya dengan tanduk di dahinya bertanya dengan suara lantang pada pria yang menghadapnya.


Mendengar hal itu, pria yang menjadi lawannya begitu marah, "jaga ucapanmu Raja Iblis Elba Claude, kau harus memanggilnya dengan sebutan Dewa Semesta."


"Hmm, aku tak peduli hal itu, yang jelas aku tak ingin berhadapan dengan keroco semacam dirimu atau dewa lainnya. Yang pantas berhadapan dengan ku adalah Jianjun itu."


"Hahaha, kau sungguh lucu."


Melihat lawannya tertawa, Elba Claude tidak mengerti. "Apa maksudmu?!"


"Tentu saja... Kau belum pantas melawannya Raja Iblis Elba, lawanlah kami terlebih dahulu. Lagipula kau pasti kalah melawan kami, atau lebih tepatnya cukup diriku saja yang melawanmu."


Elba Claude tersenyum kecut karna merasa diremehkan. "Hmm, kau terlalu sombong Lu Nianzu."


"Biar waktu yang akan membuktikan!"


Lu Nianzu maju dengan cepat untuk melancarkan serangan menggunakan pedangnya dan diterima oleh Elba Claude.


Elba Claude menahan serangan Lu Nianzu dan segera melancarkan serangan balik.


Benturan pedang maupun energi terus terjadi mengakibatkan hembusan angin kencang menerpa sekitarnya.


Pertarungan keduanya, membuat para iblis maupun dewa yang berada di sekitarnya menjaga jarak karna mengetahui perbedaan level kekuatan mereka dengan kedua makhluk itu.


Hal yang tak jauh berbeda juga terjadi di tempat Dewa Dunia dan Dewa Langit yang berhadapan dengan ke empat jenderal Raja Iblis Elba. Awalnya mereka terlihat seimbang, namun tak lama kemudian terlihat jika perbedaan kekuatan diantara mereka cukup jauh, yang mana kedua dewa itu lebih unggul.


Setelah beberapa saat kemudian hasilnya terlihat ketika keadaan ke-empat jenderal Elba Claude yang terpojok dan dua diantaranya sudah tergeletak tak sadarkan diri, sedangkan lainnya mulai kesulitan bernafas dan bertumpu dengan lututnya.


Kedua pria yang menjadi lawan mereka, salah satunya berbicara dengan rekannya.


"Hong Jin, apa kita habisi saja mereka?" tanya salah satu pria yang mengenakan pakaian hijau dengan syal berwarna biru muda yang melilit di lehernya.


"Itu tidaklah perlu Liu Ping," jawab pria yang bernama Hong Jin itu.


"Jika kita membunuh mereka, maka tidak ada perang yang menarik lagi kedepannya." lanjut Hong Jin dengan kaki yang menginjak kepala salah satu jenderal Elba Claude yang tubuhnya berbentuk kerangka. Sebuah senyuman merendahkan pun terlukis di wajahnya.
Liu Ping yang mendengar kalimat yang keluar dari mulut rekannya menatap kebingungan. "Apa maksudmu? Bukankah sudah tugas kita sebagai dewa untuk menghabisi segala hal yang mengancam kehidupan dunia dan alam semesta ini?!"


"Hahaha, kau tidak mengerti Liu Ping? Jika kita menghabisi mereka, maka kedepannya kehidupan akan terlalu damai. Aku bisa-bisa mati kebosanan di dunia atas nanti. Biarkan mereka hidup dan kembali balas dendam pada kita suatu saat nanti." ucap Hong Jin seraya menendang kepala jenderal itu.

Apa Salahnya Menjadi Semut?!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang