Enjoy Reading
***
Di tengah ruangan yang tenang, namun diselingi dengan ketegangan yang menekan. Empat makhluk dengan wujud berbeda-beda dan tidak biasa tengah berlutut dengan pandangan ke lantai menghadap singgasana dengan ukiran perak berdarah yang di singgahi oleh sosok menyerupai anak kecil yang terbungkus dalam kegelapan yang hampa.
Sosok itu membuka matanya menampilkan iris mata merah darah dengan tatapan tajam menusuk. Keempat makhluk di depannya, tubuh mereka bergetar hebat merasakan tekanan yang sangat intens.
"Ada yang membunuh peliharaanku." Suaranya terdengar dingin dan pelan namun menggema ke seluruh ruangan itu. Keempat sosok itu tidak ada yang berani bersuara.
"Aku akan pergi sebentar." Makhluk itu berdiri.
"Baik tuanku!" serempak keempat sosok itu menjawab.
Makhluk bertubuh anak kecil yang di panggil 'Tuan' itu seketika menghilang seakan tidak pernah ada disana tanpa meninggalkan jejak apapun.
***
Sementara di Gua Xie.
"Kau?!, monster macam apa kau ini?!" Kein melompat mundur, kembali ke lokasi dimana Roby dan Qildor berada. Genggamannya pada belati semakin erat mendengar monster semut di depannya bisa berbicara. Tanpa dia sadari bagian tubuh Qildor yang membusuk sudah berhenti dan tidak menjalar lebih banyak lagi.
"Bukankah itu tidak perlu dijawab? Sekali lihat kau sudah tau aku ini monster apa." Joni memiringkan kepalanya. Kein tidak dapat merespons, kini di kepalanya sudah banyak pertanyaan, apa yang harus dia lakukan selanjutnya, jelas dia merasa monster di depannya ini tidaklah sembarangan karena dapat melakukan serangan dan juga gerakan secepat itu.
Keheningan berlangsung lama di antara mereka, tanpa peringatan aura di sekitar Joni mendadak berubah, Kein dan lainnya menyadari itu. "Sial apa-apaan tekanan ini?!" Kein jatuh berlutut, begitu pula Roby yang sudah nyaris pingsan karena kehabisan energi.
"Baiklah, aku akan melepaskan kalian kali ini." Ucap Joni dan menghilangkan skill intimidasinya membuat udara kembali normal. Kein terengah-engah, yang lain juga tidak jauh berbeda kondisinya.
Kein tidak memahami perkataan monster semut itu, lalu monster semut itu kembali berkata, "Aku akan dengan baik hati membiarkan kalian hidup. Tapi camkan perkataanku—"
"Malaikat maut tidak mungkin melepaskan targetnya dua kali" ucap Joni.
Ia melangkah menuju lokasi Giant Maggot berada. Kein yang melihat monster semut itu hanya melewatinya, membuat keringat bercucuran di dahi dan punggungnya. Dia tidak berani melakukan serangan tiba-tiba melihat gerakan semut itu sebelumnya.
"Kita harus pergi dari sini!" Kein membantu Qildor untuk berdiri dan sedikit terkejut dengan proses pembusukan kaki Qildor yang sudah berhenti, namun ia tidak bertanya lebih jauh dan segera menggendongnya, ia juga membantu Roby untuk berdiri dan berjalan.
"Hei Joni, kau yakin ingin melepaskan mereka?" tanya Doku meragukan keputusan Joni.
"Ya, tidak ada gunanya menambah musuh dari ras manusia, meski suatu saat aku akan berurusan dengan ras mereka."
"Tapi, bukankah mereka akan melaporkan ke rekan atau pimpinan mereka dan meminta untuk memburumu? Hanya ada hal buruk jika membiarkan mereka begitu saja." Doku melihat kembali dimana Kein dan lainnya sudah jauh dari pandangan mereka.
Joni hanya diam, lalu matanya bercahaya. Ia kini berada di lokasi Giant Maggot terbunuh. Dia melihat bola sinar dengan warna hijau kehitaman mengambang-ngambang di angkasa. Joni menyentuhnya, seketika bola sinar itu masuk ke tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Salahnya Menjadi Semut?!!
Fantastiknote : Cerita ini memiliki alur yang sangat lambat, jika sabar silahkan baca. "Kekuatannya tak lebih seperti semut di matanya". Kalimat ini pasti selalu diucapkan oleh para kultivator. Memang apa salahnya menjadi semut?? Mengapa semut selalu menjad...