Bab 31-Monster yang tidak biasa

23 3 0
                                    


Enjoy reading, jangan lupa vote nya ya

***

"Akkkhhk" teriakan melengking menggema di ruangan gua, saat kaki Qildor terpotong oleh belati Kein. Namun efek pembusukan tetap terjadi dan terus menyebar naik ke atas. Melihat itu Kein sangat panik lalu menatap Roby di kejauhan.

"Roby!" Tanpa memberitahupun, Roby segera mendekati Qildor dan merapalkan sihir Heal nya ke arah Qildor yang tengah mengerang kesakitan. Sihir yang dilakukannya tidak berefek untuk menghentikan pembusukan yang terjadi.

"Ini buruk, sihir Heal ku tidak bisa menghentikan efek pembusukan di kaki Qildor!" teriaknya.

Melihat sihirnya tidak bekerja, panik dan bingung menerpa mereka semua. Sementara itu, Maggot yang gagal menyantap Qildor semakin murka dan menghempaskan kabut beracun lebih banyak ke sekitar, perlahan batuan yang terkena mulai terkikis seperti terkena cairan asam yang sangat pekat.

"Bagaimana lagi cara mengalahkan monster ini!" Kein hanya bisa menatap monster itu yang seakan menatap balik dan merendahkannya. Kein mengepalkan tangannya keras. Ia tidak tau lagi bagaimana. Sekarang ia menyesali keputusannya untuk menahan monster itu, namun nasi sudah menjadi tai, waktu tidak bisa terulang kembali.

Ia menatap ke Roby dan Qildor, rekannya yang sudah bersama-sama melewati banyak suka duka, rintangan halangan, hidup dan mati. Qildor masih memejamkan mata dan meringis kesakitan, Roby wajahnya sudah mulai pucat, energinya tidak akan bertahan lama lagi, dan Kein sendiri sudah terlalu banyak bergerak dan menggunakan Nyx Sight yang membuat pandangannya mulai kabur.

*Brugh

"Ughh". Roby terjatuh, energinya kali ini benar-benar sudah habis berusaha menghentikan pembusukan Qildor. "Roby!!" teriak Kein, kali ini yang masih bisa bertarung hanya dirinya saja, namun tanpa efek antidote dari Roby sama saja dia menjemput kematiannya jika pergi ke lokasi Giant Maggot saat ini berada. Monster itu seperti bersifat angkuh dan tertawa di mata Kein, namun ia tidak mampu membalasnya.

Giant Maggot menghempaskan ekornya dan bergerak begitu cepat menuju Kein dan membuatnya tersentak. "Monster sialan!" umpat Kein. Lalu dia merasakan sesuatu juga datang dari arah belakang, dia menengok dan melihat di udara sebuah tombak api melesat dengan kencang.

*Whooshh

Angin kencang dan panas melewati tubuh Kein dan lainnya membuat rambut mereka berkibar bebas sekaligus menghempaskan debu ke udara.

"Boommm

Ledakan kuat terjadi, tepat di mana Giant Maggot berada. "Apa itu tadi?" Kein melihat lagi ke belakang mencari sumber dari serangan itu. "Itu?!"

***

Beberapa saat sebelumnya.

"Hei, kapan kita akan sampai di lokasi?"

"Diamlah, kau sudah menanyakan itu 3 kali. Jaraknya sudah tidak jauh lagi, tepat di depan sana." Doku menunjuk ke depan, dijawab helaan nafas oleh Joni.

"Kau juga sudah mengatakan hal yang sama 3 kali, bilangnya depan sana, depan sana, tapi mana? Sampai sekarang masih tidak sampai juga"

"Itu karena kau terbang sangat lambat!"

"Owhh, kau mengejekku ya?" Joni merasa kesal dengan ucapan Doku.

*ssccriicchhtt

Lengkingan terdengar jelas masuk ke kepala Joni, Doku pun juga mendengar hal yang sama. "sudah ku bilang tepat di depan sana. Cepat lah!"

"Oke, Accel!"

*whooosh

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa, kau gila Joniiiii!!!!!!" Doku pegangan dengan sangat kencang di punggung Joni yang terbang dengan sangat cepat, air mata keluar dari kedua bola matanya. Mulutnya tidak bisa tertutup menahan hempasan angin ke tubuhnya. Kakinya melambai-lambai tersapu oleh angin. Jika ada manusia yang melihatnya, itu akan menjadi pemandangan yang langka melihat seekor kodok dibawa terbang oleh semut.

Tak lama Joni tiba di posisinya saat ini yang berada di puncak batuan stalaktit yang sangat tinggi menyerupai menara. Ia berenti membuat Doku terguling ke depan nyaris terjatuh dari tubuh Joni.

"Joni, kau gila! Kau mau membuatku jadi Kodok balon hah?" teriaknya dan memukul kepala Joni, namun Joni mengabaikannya.

"Hei Doku, apa itu monster yang kau sebut penguasa Gua ini?!"

"Hah apa? Owh, ehem-"

"Ya, kau benar. Dialah penguasa Gua ini Curse of Poisonous Giant Maggot." Lanjut Doku.

"Ukurannya benar-benar gila, bagaimana caraku mengalahkannya?"

"Keluarkan saja serangan terbaik mu, saat ini aku yakin dia tidak menyadari kita disini, dengan begitu kau bisa menembak dengan leluasa ke titik lemahnya." Jelas Doku. Dibalas dengan anggukan oleh Joni.

"Baiklah aku mulai." Joni mengarahkan kedua tangannya ke atas, udara berkumpul di satu titik, Doku yang melihatnya hanya terdiam. Perlahan tapi pasti, dari kumpulan udara mulai membentuk bilah tombak yang semakin membesar. Debu-debu disekitar mulai berterbangan, suara dengungan terdengar lirih.

"Kau memang semut yang aneh Joni" Doku menggeleng heran, kini ia melihat tombak udara yang sangat besar berada mengambang di atasnya.

"Aku belum selesai." Joni mengingat bagaimana dampak yang di timbulkan serangannya ini dan bergabung dengan api milik Great Dog saat itu. Dia menyemburkan api dari mulutnya ke arah tombak udaranya, seketika api membesar dan menyelubungi tombak udara miliknya. Udara yang lembab berubah menjadi panas.

"Rasakan ini monster jelek!" Joni melempar tombak apinya, dan seketika langsung melesat dengan cepat berkat dorongan udara di belakangnya.

*Whooshh

Nyala tombak begitu membara memenuhi ruangan dengan warna merah menyala. Kein yang merasa ada sesuatu di belakang segera menoleh, dan melihat Tombak api melesat dengan kecepatan mengerikan menuju Giant Maggot yang seakan mendatangi tombak api itu. Menyaksikan kematian di depannya, Giant Maggot berusaha menghindar namun dia gagal.

*Scciiitcchh

*Boom

Tombak api tepat mengenai sasarannya dengan sempurna menciptakan ledakan luar biasa, gua bergetar dengan keras membuat batuan runtuh. Pilar pilar di sekelilingnya berguncang. Kein dan lainnya terhempas akibat efek ledakan yang kuat, mereka terhempas ke belakang namun bisa bertahan. Setelah efek ledakan menghilang, mereka melihat ke arah sumber serangan itu, dan menemukan suatu makhluk sedang terbang mendekati mereka.

"apa itu?" awalnya mereka masih tidak bisa melihat dengan jelas makhluk itu.

"Bukankah itu semut? dan-" perlahan sosok lain mulai terlihat di pandangan mereka tengah menaiki punggung semut itu. Itu adalah "Katak?!"

"Muka katak itu jelek sekali" Qildor membuka suara, dan dilihat oleh kedua rekannya.

Doku yang merasa dihina menjadi marah "Manusia sialan!!!" teriaknya namun tidak terdengar oleh Kein dan lainnya, yang terdengar oleh mereka hanya suara katak pada umumnya dan juga raungan-raungan.

Joni mendarat tak jauh dari Kein dan lainnya. Mereka memasang sikap waspada, bagaimanpun monster semut itu terlihat tidak biasa. Kein segera berdiri maju mencoba melindungi teman-temannya.

"Kein, berhati-hatilah! Aku sama sekali tidak tau mengenai monster semut ini!" ucap Qildor memperingati. Dia punya banyak wawasan mengenai beast meski monster cacing sebelumnya di luar pemahamannya.

"Aku tau", jawab Kein. Ia lantas mengangkat kedua belatinya dan memasang kuda-kuda. Ia mengumpulkan segenap tenaga yang tersisa, lalu dengan cepat melesat ke arah Joni yang sedang berjalan mendekati mereka.

Joni hanya diam melihat Kein menghilang, lalu Kein tiba-tiba berada di belakangnya dan ingin menebas Joni. "Accel"

Joni bergerak sangat cepat seakan menghilang tanpa bisa diikuti oleh mata Kein dan lainnya, tiba-tiba Joni berada di belakang Kein. Kein yang menyadari Joni di belakangnya telat memberi reaksi, dan sebuah ledakan udara yang kuat menghempas perut Kein hingga terlempar ke belakang.

"Kuaakh"

Seteguk darah keluar dari mulutnya, dia merasa seperti dihantam oleh benda yang sangat keras. Kein jatuh berlutut, menatap Joni yang berdiri di posisi yang sama.

"Bukankah tidak sopan menyerang orang yang menyelamatkan kalian?!" suara mengintimidasi terdengar dari semut itu.

Kein dan lainnya terkejut.

***TBC**

Apa Salahnya Menjadi Semut?!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang