Selamat Membaca :)
....
Beberapa saat sebelumnya, ketika Joni mendengar hentakan kaki yang banyak dari para madhorn.
"Hmm, mereka akan berada dalam kondisi yang buruk. Aku tak yakin jika mereka dapat bertahan hidup ketika kawanan madhorn itu datang." Joni mengamati kondisi Winsel dkk dari ketinggian. Ia juga melihat bagaimana keadaan mereka yang tadi sempat sedikit santai seketika berubah tatkala melihat kawanan madhorn lainnya yang datang.
Dari ketinggian, terlihat jelas kekacauan yang terjadi. Mereka mengalami kepanikan, terutama saat teman mereka yang juga sebagai warrior dengan senjata pedang dan perisai terluka parah karena melindungi seorang penyihir dengan kacamata dan rambut sebahu tersebut.
Dari atas joni merasa iba dengan kondisi mereka, ia yakin jika dibiarkan maka mereka semua akan mati tak lama lagi. Bahkan tak mungkin dapat bertahan selama setengah jam dalam pertempuran berat sebelah tersebut. Hanya dalam waktu singkat, satu lagi rekan mereka yang seorang penyihir bernama Celine juga terkapar saat menerima tusukan tepat di perut belakang ketika lengah.
"Apa yang sebaiknya kulakukan? aku ingin menolong tapi apa untungnya buatku? Aku bisa saja membunuh mereka saat lengah untuk mendapatkan poin exp, aku cukup yakin jika membunuh manusia pasti akan mendapatkan exp yang banyak mengingat jika manusia dan monster adalah musuh. Selain itu, mereka juga dibenci oleh Eldra." Joni terbang kesana kemari seakan tengah berpikir keras seperti berpikir tentang apakah ia akan memilih menikah atau memilih hadiah PS5.
Namun ini bukanlah tentang PS5, tapi tentang nyawa sekelompok manusia yang mana adalah mantan spesies dirinya dahulu kala. Tapi, ia merasa jika apabila ia tak menolongnya maka dirinya akan menyesal.
Yang jadi pertanyaan adalah, "apa yang akan membuatku menyesal?"
Saat tengah berpikir, seketika alasan untuk menyelamatkan mereka tiba-tiba terlintas di benak Joni. "Baiklah, ini alasan yang masuk akal dan menguntungkan untukku."
"Waktunya melakukan superhero landing." Joni menonaktifkan sayapnya, seketika ia pun terjatuh dan meluncur ke arah yang ia tuju. Berkat skill air manuver ia dapat mengarahkan jatuhnya dengan baik.
*whooshh
Tepat sebelum dirinya menyentuh tanah dan mengurangi dampak terluka, ia mengendalikan udara di sekitar namun tetap menimbulkan ledakan dan kepulan debu.
*BOOM
"Ahh, kali ini apalagi?!" Winsel menutupi matanya.
Untuk sesaat semuanya teralihkan ke benda yang jatuh itu, begitu pula dengan para madhorn yang ada.
Dari balik kepulan debu terlihat kilatan cahaya berwarna emas.
"Baiklah saatnya mencari poin exp, Blessing!" tubuh Joni memancarkan aura putih keemasan.
<ENERGY POINT -100>
"Accel!" Joni melesat.
<ENERGY POINT -40>
Sementara itu, Winsel masih dalam keterkejutan dan waspada apa yang baru saja mendarat. Dalam waktu singkat kilatan emas tadi disusul oleh pancaran aura putih.
*whoosh
Sesuatu melesat dari balik asap. Sebelum Winsel menyadarinya, madhorn disekitarnya sudah kehilangan kepala mereka. Darah bercucuran ke segala arah termasuk ke tubuh Winsel. Ini seperti sebuah pembantaian, rasa takut terlukis di wajahnya.
"Bagaimana mungkin ada beast dengan gerakan secepat itu di lantai atas? Ini tidak masuk akal, kita harus segera pergi dari sini selagi para madhorn dihabisi oleh makhluk itu." Winsel segera menyadarkan diri dari keterkejutan, "ahh Carla!" lanjutnya dan berlari ke arah Carla karena hanya ia yang masih sadar. Tapi kondisi mental Carla sepertinya sudah kacau setelah kejadian yang dialami sejauh ini.
"Carla sadarlah! Kita harus pergi dari sini, hanya kau dan aku yang masih sadar." Winsel menggoyang-goyangkan pundaknya, tak lama carla kembali ke dunia nyata. Raut wajahnya sudah tak terlukiskan lagi. Ia mengalami shock parah.
"Carla kita harus pergi dari sini, beast itu jauh lebih berbahaya dari madhorn, aku akan membopong Grom, apa kau mampu mengangkat Celine yang disana?"
"Ehh, ahh... b..baik kurasa aku bisa," Tangannya mengusap air mata yang tersisa. Ia segera melangkah ke Celine yang tak jauh dari mereka.
"Celinee?!!" Carla sedikit panik melihat kondisi Celine, ia terluka parah terlihat lubang di perutnya. Ia sudah kehilangan darah cukup banyak. Segera Carla membopongnya dan tak lama Winsel juga menyusul.
"Kita harus pergi sekarang!" mereka berdua segera bergegas.
Di sisi lain, Joni yang masih asik menjadi penjagal madhorn, melihat jika Winsel dan lainnya ingin pergi meninggalkannya. "Oh, kalian ingin pergi tanpa pamitan?" Joni mengaktifkan skill intimidasi, aura ditubuhnya yang semula berwarna putih keemasan berubah merah kehitaman.
<37 POIN PENGALAMAN DIDAPATKAN>
<37 POIN...>
<37 POIN...>
....
<40 POIN... DIDAPATKAN>
<INDIVIDU 'SEMUT ELDERREAP DIVINE LV. 20' MENJADI 'SEMUT ELDERREAP DIVINE LV. 21'>
<5 POIN STAT DIDAPATKAN>
Ia juga berhenti membantai, madhorn yang tersisa lebih memilih melarikan diri setelah joni menghentikan pembantaian. Aura intimidasi yang dikeluarkannya juga membuat mereka kabur, sementara itu Winsel yang merasakan aura Joni justru tak dapat bergerak, tubuh mereka gemetar dan merinding.
"Sial, apa-apaan aura intimidasi ini?!, aku merasa jika aku bergerak sedikit maka aku akan terbunuh" Winsel mencoba melihat rekannya Carla, hal yang sama juga terjadi pada rekannya, bahkan ia terlihat jika akan pingsan.
Sebelumnya, ia berniat pergi bahkan tanpa melihat sosok apa yang menghabisi madhorn. Namun tekanan aura itu perlahan melemah. Karena penasaran ia berbalik perlahan, betapa terkejutnya ia melihat sosok itu. Carla yang bergidik kaku tadi kini memberanikan diri juga untuk berbalik, dan melihat Winsel yang terkejut diam.
"Beast Semut?!" yaa, itulah yang terucap dari kedua mulut mereka ketika melihat wujudnya. Seekor beast yang tak pernah terlihat oleh mereka. Dan lagi sosok semut itu tidaklah biasa karena corak emas di tubuhnya dan warna mata yang berbeda satu sama lain. Untuk ukurannya sendiri bahkan manusia lebih besar darinya.
Mereka masih tak berani melangkah, kedua mata semut itu seakan akan menenggelamkan mereka dalam kehampaan. Di tengah ketakutan itu, semut itu menghilang dalam sekejap.
"Haahh....." keduanya menghembuskan nafas berat bersamaan, seakan baru bertemu malaikat maut.
"Itu gila, makhluk apa itu?! Aku tak pernah melihatnya di buku perpustakaan guild" Carla langsung nyerocos panjang kali lebar, bagaimanapun ia juga hobi membaca. Ia sama sekali belum pernah mendengar atau melihat tentang makhluk itu.
Winsel terkejut jika Carla dapat berbicara sebanyak itu. "K, kau benar. Kita harus kembali dan melaporkan hal ini pada pimpinan guild. Setelah menolong Celine dan Grom" ucap Winsel dan di iyakan Carla. Mereka pun bergegas pergi.
Yang mereka tidak tahu, jika Joni masih disekitar. Joni hanya menghilang dari hadapan mereka. Alasan ia menolong mereka ialah agar mereka menunjukan jalan keluar dari gua Xie ini. Joni mengikuti mereka dari jauh.
"Agak kasihan juga melihat mereka kesulitan seperti itu, membawa teman mereka." Joni kembali memantau dari ketinggian.
Tak butuh waktu lama, Joni merasa jika ia sudah mendekati ujung gua ini, terlihat dari lantai gua yang terlihat berbeda dari ketinggian. Itu seperti batu bata merah. Dan juga di samping kanan dan kiri jalan terlihat banyak penerangan buatan manusia. Seperti obor namun cahaya yang digunakan berasal dari batu jadi nampak layaknya lampu penerangan jalan di bumi.
"Aku rindu bumi"
Joni menemui jalan buntu alias dinding jika terbang. Ia pun turun perlahan dan menyembunyikan auranya. Dengan skill Accel ia dapat bergerak layaknya ninja tanpa membuat suara apapun, hanya seperti sebuah tiupan angin.
Joni mendadak terhenti, apa yang ia cari kini ada di depan mata. "Ternyata itu jalan keluar dari gua ini."
........ TBC .........
*Sfx
![](https://img.wattpad.com/cover/310916049-288-k581602.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Salahnya Menjadi Semut?!!
Fantasynote : Cerita ini memiliki alur yang sangat lambat, jika sabar silahkan baca. "Kekuatannya tak lebih seperti semut di matanya". Kalimat ini pasti selalu diucapkan oleh para kultivator. Memang apa salahnya menjadi semut?? Mengapa semut selalu menjad...