BUDAYAKAN VOTE TERLEBIH DAHULU <3
SELAMAT MEMBACA!!
***
"Ini kalau jatuh gimana, Kalrevas?" tanya Tita sembari berpegangan erat pada pagar beton yang tengah ia naiki.
"Mati," jawab Kalrevas santai. "Ngarepin apa emang?" tanyanya sembari berkacak pinggang dan mendongak pada Tita yang masih di atas sedangkan ia sudah di bawah.
"Ih, Tita gimana turunnya, Kalrevas? Kalau mati gimana? Tita masih mau hidup."
"Lompat."
"Gak mau!! Nanti mati."
"Lompat, Ta. Gue tangkap, buruan."
"Nanti mati, Kalrevas. Kata Kalrevas kan gitu."
Ingin sekali Kalrevas memeluk tubuh mungil Tita dengan erat hingga seluruh tulangnya patah.
"Buruan, nanti ketahuan bu Ilmi. Mau di hukum?" tanya Kalrevas menakuti Tita.
"Takut," cicit Tita.
"Lompat, kan biasanya juga lompat," ketus Kalrevas.
Tita mengerucutkan bibirnya, ia mengambil ancang-ancang untuk lompat. Dalam hatinya ia menyesal mengikuti Kalrevas untuk terlambat, meski ini bukan yang pertama kali, tapi ini yang terparah karena tidak ada meja yang biasa ia gunakan untuk turun.
Brukk
Tita mendarat sempurna di tanah, ia tersenyum lebar karena tubuhnya di peluk Kalrevas. Sedangkan Kalrevas menatap datar Tita dan mengetuk kening Tita yang di tutupi poni.
"Bagus, sudah terlambat, sekarang malah mesra-mesraan."
Kalrevas menoleh, ia mendengkus pelan ketika mendapati guru BK yang berdiri tak jauh darinya. Dengan jurus andalan, Kalrevas berlari menarik Tita memutari halaman belakang sekolah.
"KALREVAS!!"
"JANGAN KABURR!!!"
Tita kewalahan mengimbangi langkah Kalrevas, lagi dan lagi ia kembali mendapatkan situasi seperti ini bersama kekasihnya.
"Woy, tahan bu Ilmi," ujar Kalrevas pada adik kelas yang masih bersantai di depan kelas.
"Siap, bang!!"
Siapa yang berani melawan Kalrevas, lagi pula mereka itu adalah anggota Kalrevas dan jelas mereka akan mendukung ketuanya.
"HEI! KALREVAS!!"
"BU ILMII!!"
Langkah bu Ilmi terhenti, ia melotot pada tiga siswanya.
"Bu, kenapa lari-lari? Ada yang ngejar ibu? Bilang ke Ribut, bu. Biar Ribut hajar yang ngejar ibu," ujar Ribut heboh.
"Eiittsss!! Jangan sok jadi pahlawan, biar gue aja yang jadi pahlawan bu Ilmi. Ayo bu, sebut tiga keinginan ibu, nanti Bilal kabulkan," sela Bilal mendorong Ribut.
"Apa-apaan kalian ini? Minggir," ketus guru berbadan sedikit berisi dan pipi chubby itu.
"Ibu jangan marah-marah, ini masih pagi, nanti kecantikan ibu berkurang," celetuk Aman hingga bu Ilmi langsung memegang pipinya.
"Ibu makin gemes, jadi pengen cubit," ujar Bilal.
Plak
Bu Ilmi menggeplak tangan Bilal pelan. "Kalian pasti di suruh Kalrevas, mending minggir sebelum saya masukkan nama kalian ke buku hitam."
KAMU SEDANG MEMBACA
KALREVAS [HIATUS]
Teen FictionKalrevas Zeus Angkara, si tampan yang memiliki julukan galak, kejam dan berbahaya. Namun semua itu tidak berlaku pada Titania Al Husein, si imut yang selalu menjadi ratu di hati Kalrevas. Kalau kata Guntur, Kalrevas itu suka seenaknya. Termasuk saa...