16 : RAHASIA TERSEMBUNYI

813 95 7
                                    

BUDAYAKAN VOTE TERLEBIH DAHULU <3

SELAMAT MEMBACA!

***

Kalrevas tengah berlari di koridor rumah sakit, ia baru saja mendapat kabar jika Kalvares jatuh tak sadarkan diri lalu di larikan ke rumah sakit.

Sampai di UGD, namun Kalrevas tidak bisa menemui Kalvares karena ternyata remaja itu sudah di pindahkan ke ruang rawat. Dengan segera Kalrevas mencari kamar inap adiknya.

Ceklek

Pemandangan pertama yang Kalrevas lihat adalah Kalvares terbaring di brangkar dengan berbagai alat rumah sakit yang melekat di tubuhnya.

"Res," lirih Kalrevas menatap kembarannya.

Tidak ada siapapun di sana, orang tua Kalrevas tidak ada di Jakarta sedangkan Kalrevas juga bingung kenapa Kalvares bisa ada di Jakarta sekarang.

Ceklek

Pintu kembali terbuka, Kalrevas menatap Aditya, pengawal pribadi Kalvares.

"Dia kenapa?" tanya Kalrevas cepat.

"Penyakitnya kambuh," jawab Aditya.

"Sebenarnya dia sakit apa? Kenapa bisa separah ini?"

"Maaf, saya tidak bisa menjawabnya. Kalvares akan memberitahu Anda nanti."

Kalrevas mendengkus, ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul empat sore.

"Kenapa bisa di Jakarta?" tanya Kalrevas.

"Kalvares ingin bertemu dengan anda, tapi saat sampai ia mengeluh pusing dan jatuh pingsan. Tuan Amar sedang dalam perjalanan ke sini, begitu juga dengan tuan Keenan dan nyonya Nattaya."

"Kalvares sakit apa, Aditya?" tanya Kalrevas penuh penekanan. "Jangan bohong dan jangan sembunyikan apapun lagi, tolong jawab dengan jujur."

"Maaf, saya tidak bisa," ujar Aditya sebelum pergi dari sana.

"Bangsat," umpat Kalrevas mengepalkan tangannya.

Tak ada yang bisa Kalrevas lakukan selain menunggu Kalvares sadar, banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan dan ia harus segera mendapatkan jawabannya.

Satu jam berlalu, dua jam menunggu dan akhirnya Kalvares membuka matanya. Sedangkan Kalrevas yang tadinya sedang berbaring di sofa ruangan pun langsung menghampiri adiknya.

"Hei, kenapa? Butuh sesuatu?" tanya Kalrevas ketika Kalvares membuka paksa masker oksigen yang ia kenakan. "Jangan di lepas, Res."

"Minum, bang."

"Iya, bentar." Kalrevas langsung membantu Kalvares untuk minum.

Tubuh yang semakin kurus, wajah pucat serta tatapan mata yang sayu. Kalrevas tidak sanggup melihat adiknya seperti ini, apalagi ia merasakan lemas di tubuhnya sendiri.

"Mami sama papi lagi di jalan, mereka ada proyek di luar kota jadi lo harus nunggu. Kakek juga dalam perjalanan kesini," jelas Kalrevas.

"Bang, lo harus kabur. Jangan mau ketemu kakek," lirih Kalvares.

"Kenapa?"

"Dia pasti mau bawa lo ke Semarang, dia gak butuh gue lagi. Dia bakal bawa lo dan nikahin lo sama Zalina."

Penjelasan Kalvares membuat Kalrevas terdiam, satu-persatu teka-teki mulai ia dapatkan jawabannya.

"Lo sakit apa?" tanya Kalrevas pelan. "Jangan sembunyikan apapun lagi ke gue, dek."

KALREVAS [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang