13 : RAPUNZEL YANG TERSELAMATKAN

982 103 9
                                    

BUDAYAKAN VOTE TERLEBIH DAHULU <3

JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR :v

SELAMAT MEMBACA!!

***

"ASSALAMUALAIKUM!! RAPUNZEL! PANGERAN DATANG!!"

Plak

"Awwsshh! Sakit, Ga," ringis Guntur pada Svarga. Punggungnya terasa panas karena pukulan ringan yang ia dapatkan.

"Jangan malu-maluin," tegur Svarga.

"Waalaikumsalam. Pada ngapain?" tanya Nattaya berkacak pinggang di depan pintu.

"Selamat malam Tante Nattaya yang sangat cantik, pangeran Guntur ingin mengunjungi Rapunzel karena dia baru saja meminta pertolongan."

"Apa-apaan sih?" ketus Nattaya menggeleng heran. "Boleh masuk asal kalian tetap di dalam, gak ada yang boleh bawa Kalrevas keluar rumah."

"Yah kok gitu, tan? Kita main ke markas boleh ya?" bujuk Guntur memasang ekspresi imut.

"Jangan buat Tante makin marah, Guntur," ujar Nattaya. "Masuk sana."

Guntur melemaskan bahunya. "Tante kejam," gumamnya sebelum berjalan masuk.

"Maaf, tante," ujar Svarga.

Nattaya tersenyum, ia merangkul lengan Svarga dengan lembut. "Gimana keadaan kamu? Lukanya gimana?"

"Udah mendingan kok, tinggal tunggu lukanya kering aja," jawab Svarga melirik tangannya yang masih di perban.

Nattaya mengangguk. "Naik gih, nanti bibi antar cemilan untuk kalian."

Svarga mengangguk, ia segera menyusul Guntur yang pasti sudah sampai di kamar Kalrevas.

"Rapunzel, Flynn Rider datang untuk menyelamatkanmu. Tolong ulurkan rambutmu!!" seru Guntur setelah berhasil membuka pintu kamar Kalrevas.

"Flynn Rider usus lo," ketus Kalrevas galak. "Ngapain lo kesini?"

"Dih, siapa yang ngadu kalau dia di kurung kayak Rapunzel?" tanya Guntur mendelik sebal.

Kalrevas mendengkus, ia tidak merubah posisinya yang masih telungkup di atas kasur. Guntur melompat dan ikut berbaring di kasur sedangkan Svarga langsung duduk di kursi belajar.

"Lo di skors tiga hari?" tanya Guntur.

"Hm."

"Anak-anak pada gak ada otaknya, mulutnya gak bisa di filter banget. Kesel gue, panas kuping gue dengar mereka gosipin lo."

"Biarin aja, biar dosa mereka nambah dan dosa gue berkurang."

"Kasihan Tita."

Ucapan Guntur mampu membuat Kalrevas semakin menggalau, ia kembali memikirkan Tita.

"Kangen Tita," lirih Kalrevas memeluk bantal guling.

"Harusnya jangan bahas Tita dulu," gumam Guntur menyesali perkataannya tadi.

"Jean lapor ke gue kalau ada yang jahatin Tita," ujar Kalrevas. "Selama gue gak sekolah, gue mau kalian jagain Tita. Kirim perintah ke anak-anak, bilang kalau gue mau mereka awasi orang-orang yang mau jahatin Tita walaupun cuma dengan omongan."

"Kal," lirih Guntur memandang Kalrevas dengan pandangan sendu. "Gue tau lo depresi karena di kurung, tapi jangan sampai otak lo jadi bodoh juga dong. Lo cuma gak boleh keluar, bukan berarti gak boleh berkomunikasi."

KALREVAS [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang