19 : SEMAKIN RUMIT, NAMUN SELALU ADA JALAN

813 99 20
                                    

BUDAYAKAN VOTE TERLEBIH DAHULU<3

SELAMAT MEMBACA!

***

Kalrevas tersentak saat merasakan gerakan dari Kalvares. Ia langsung memeriksa adiknya yang meringis.

"Kenapa?" tanya Kalrevas pelan.

Kalvares menggeleng, bibirnya yang pucat membuat Kalrevas semakin khawatir.

"Kenapa?" tanya Nattaya baru bangun, ia langsung menyentuh pipi Kalvares dan memastikan anaknya baik-baik saja.

"Enggak, mi." Kalvares menjawab.

Kalrevas melirik keluar markas, hari sudah pagi dan ia mulai memikirkan apa yang akan ia lakukan setelah ini.

Kriet

Pintu terbuka dan membuat Kalrevas segera bangkit.

"Bang!"

Ribut datang bersama Bilal dan Aman, ketiga remaja itu menatap sendu Kalrevas.

"Ngapain?" tanya Kalrevas.

Bilal maju dan memeluk Kalrevas membuat Kalrevas terkejut. "Harusnya lo telpon gue semalam," kata Bilal.

"Kalian ngapain kesini?" tanya Kalrevas mendorong Bilal. "Jangan temuin gue, kalian bisa dapat masalah."

"Bang Guntur titip ini," kata Aman memberikan sebuah amplop.

Kalrevas menggeleng. "Gue gak bisa terima ini, ini bisa jadi masalah untuk kalian semua."

"Kalrevas benar," ujar Nattaya ikut berdiri. "Kami berterimakasih, tapi ini bahaya untuk kalian."

"Tante, bang Svarga sama bang Guntur bilang kalau ini aman. Mereka blokir nomor bang Kalrevas dan tante tapi mereka minta tolong kita untuk temuin kalian," jelas Bilal.

"Kita gak bisa lama-lama, tapi kita harap tante terima ini," kata Aman memberikan amplop itu. "Dan ini alamat rumah kakak saya, tante datang ke sana dan bawa bang Kalvares, kakak saya bisa bantu rawat."

"Man," tegur Kalrevas menggeleng. "Kalian tuh gak paham, kalian gak ngerti. Kalau kalian bantu kita dan kakek gue tau, kalian bisa dapat masalah."

"Masalah apa sih, bang?" tanya Ribut terkesan sarkas. "Kita ini teman, kita saudara. Apa artinya Vegastor bagi lo?" tanyanya membungkam Kalrevas. "Vegastor itu keluarga. Keluarga kita bertiga gak punya hubungan apapun sama kakek lo, bang. Sekarang datang ke rumah kakaknya Aman, dia bakal bantu lo."

"Percaya kita, tante, di sana bakal aman, mertua tante gak akan tahu. Asal lo buang kartu lo bang," ujar Bilal.

Kalrevas melirik Kalvares yang terbaring lemah, lalu ia melirik Nattaya yang seakan menyetujui. Tanpa ragu Kalrevas membanting handphonenya hingga hancur.

"Ayo kita pergi, mi," ujar Kalrevas.

"Makasih, makasih banyak. Gue gak tau harus balas ini semua gimana, gue beneran berterimakasih," kata Kalrevas memeluk ke tiga temannya.

"Jangan ragu untuk minta bantuan, bang. Gue bakal nyusul lo kalau udah balik sekolah, sekarang lo ke rumah kakak gue," ujar Aman.

Kalrevas kembali menggendong Kalvares. Mereka semua bersiap keluar dari markas, namun sebelum itu Ribut lebih dulu memeriksa keadaan.

"Kita bakal lewat jalan belakang, tolong cariin taksi dan minta sopirnya ke depan warung kopi depan pagar drum," ujar Kalrevas.

"Oke bang, hati-hati. Lo tunggu aja, kita bakal cari taksi," kata Bilal lalu keluar.

KALREVAS [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang