Langkah Lani sedikit terpaksa memasuki ballroom hotel dimana acara pesta pertunangan salah satu sahabatnya sejak kuliah, Rumi berlangsung. Pesta pertunangan yang tergolong mewah. Wajar saja, calon tunangan Rumi adalah anak seorang pemilik yayasan tempat Lani bersekolah dulu. Lani juga tidak paham yang mana orangnya karena saat ia SMA dulu, anak pemilik yayasan itu sudah tamat setahun sebelum Lani masuk SMA itu.
"Sumpah, tunangannya Rumi tajir abis ya? Gila, beruntung banget dia." celoteh Qila seraya mengedarkan tatapannya pada dekorasi yang bernuansa pinky violet bertaburan bunga anggrek ungu-pink dimana-mana.
"Pacarmu juga tajir, apa itu.. anak juragan kontrakan, udah gitu dia guru olah raga. Apa kurangnya coba? Daripada aku.."
"Makanya cari cowok dong."
Lani memutar bola matanya. Mengundang tawa Qila. Namun tak berapa lama Qila berpamit saat Langit Fikri Ramdani, pacarnya memanggilnya. Lani mengangguk tanpa keberatan.
Langkahnya membawanya menuju ke deretan kue-kue kecil. Ia mengambil piring kecil mulai sibuk meneliti aneka kue kecil. Tubuh rampingnya yang ia balut dengan dress hijau tosca selutut sedikit banyak mengundang beberapa pria untuk memperhatikannya. Tapi lagi-lagi Lani tak mau ambil pusing.
Sesaat ia hanya berdiri kaku saat hampir menabrak seorang pria bertubuh tegap dan tampan. Ditambah setelan jas mahalnya. Rambutnya ala masa kini. Lani menelan ludahnya susah payah ketika matanya bersirobok dengan manic mata kelabu itu. Itu.. Mata itu seperti milik seseorang yang telah pergi darinya. Milik seseorang yang pernah dekat dengannya. Milik seseorang yang membuatnya jatuh cinta tanpa sadar.
"Sorry.." ucapnya datar kemudian berlalu tanpa menoleh sedikitpun. Sementara Lani masih terdiam membeku.
"Dylan.." ucap Lani lirih masih menatap punggung tegap yang kemudian hilang tertelan banyaknya tamu kehornatan.
Bahkan selama acara berlangsung Lani tanpa sadar tak melepaskan tatapannya dari pria itu. Lani tersentak ketika Qila sengaja menyenggol lengannya.
"Bengong aja. Lihat apa?!" tegur Qila penasaran.
"Itu.."
"Oh, dia? Namanya Brien. Dia pemilik jaringan hotel Pearl. Ia masih single. Tapi sayang, tak ada wanita yang bisa meluluhkannya. Atau mungkin ia penyuka sesama jenis? Mungkin iya." bisik Qila setengah tertawa.
Lani terperangah. Mulutnya terbuka menatap Qila. Bukan!! Semoga saja bukan Dylan-nya. Tapi mata itu sangat Lani kenali. Tatapan mata itu hanya milik Dylan.
***Teringat beberapa tahun lalu saat Lani kelas dua SMA ada penjurusan IPA atau IPS. Lani memutuskan untuk memilih IPS. Lani bukan murid yang cukup rajin seperti teman-temannya. Datang setengah jam sebelum bel berbunyi atau bahkan lebih awal lagi. Tidak! Lani lebih suka datang pas bel berbunyi atau bahkan malah sengaja terlambat beberapa menit. Itu juga yang menyebabkan Lani tak pernah mendapatkan jatah bangku lain selain di meja pojok paling belakang tepat di samping seorang cowok pendiam, berdandan sangat rapi dan berkacamata dengan bingkai tebal seperti pigura. Tak ada siswa yang mau berinteraksi dengan cowok itu. Jangankan berinteraksi, melihatnya saja sudah enggan.
Bukan masalah besar untuk Lani. Pada dasarnya Lani tak pernah membeda-bedakan teman. Lani selalu melemparkan senyum ramahnya dan menyapanya dengan riang.
"Hai, selamat pagi."
Meski hanya dijawab dengan lirikan sekilas tapi Lani tak pernah masalah. Ia duduk dengan santai di samping cowok itu tanpa ada interaksi lebih lanjut selain ucapan selamat pagi karena cowok itu lebih senang menenggelamkan dirinya pada buku managemen ekonomi-nya. Lani bukan siswa yang lemot, ia bahkan masuk kategori pandai hanya saja ia tak mau terlalu ambil pusing dengan pelajaran-pelajaran. Sikapnya membuatnya harus puas dengan hasil nilai di kisaran angka delapan pada setiap pelajaran. Tapi ia paling menonjol pada pelajaran kesenian. Nilai sempurna selalu ia dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adorable Ugly Man
FanfictionFahlani Azalea. Panggil saja aku Lani. Aku wanita single 24 tahun bekerja di sebuah SMA sebagai penjaga perpustakaan. Pertemuan singkat dengan seorang pria tampan di sebuah pesta pertunangan sahabatku mengingatkanku pada seseorang di masa SMA. Mata...