Menemani Dylan bekerja adalah hal yang menyenangkan sekaligus mem-bete-kan. Bagaimana tidak? Lani hanya menatap Dylan yang asyik menekuri macbook-nya sampai-sampai mungkin ia lupa kalau Lani ada di sampingnya bersandar di sofa dan sudah terserang kebosanan akut. Ini kesekian kalinya Lani menguap. Sesekali Lani mendengus ketika menilik jam dinding masih menunjuk pada angka sepuluh. Lama-lama Lani menyerah pada kantuknya.
Dylan menoleh ketika dirasa tak ada gerakan-gerakan kecil dari Lani.
"Maaf, membuatmu bosan. Ini akan lebih baik daripada aku membiarkanmu sendirian di apartemen tanpa pengawasanku. Aku takut O'neil menemuimu, sayang." bisik Dylan setelah mengecup lama kening Lani.
Ia melepas jasnya untuk menutupi tubuh Lani yang tergolek di sofa, mengatur posisi tubuh Lani dengan hati-hati di sisinya. Tanpa sadar ia tersenyum menatap wajah polos Lani yang tengah tertidur pulas.
My Beautiful Angel. Yes, youre Lani.
Terdengar ketukan pintu dua kali.
"Masuk!"
Rexan menyembulkan kepalanya kemudian melangkah masuk dengan membawa beberapa map di tangannya.
"Ini data-data laporan dari divisi keuangan."
"Okay. Ada lagi?"
"Tidak. Dan oya, Ruli cemburu melihatmu bersama Lani."
Dylan tertawa kecil kemudian membuka map dari Rexan, menelitinya lembar demi lembar.
"Aku serius, Brien."
"Aku nggak pernah menyuruhnya untuk cemburu. Dan aku juga nggak pernah menaruh harap padanya."
"Ya. Aku tau. Tapi siapapun wanita yang pernah melihatmu apalagi mendapatkan -hanya- senyumanmu pasti akan langsung jatuh cinta."
"Yang jelas aku nggak pernah dekat dengan wanita manapun selain Lani."
"Ruli?"
"Dia datang padaku menawariku catatannya setiap aku ketinggalan materi. Itu saja. Tak pernah ada yang lebih."
"Aku mengerti."
"Good. Kembali bekerja dan tolong jangan menambah jadwal dadakan untuk hari ini dan ke depannya." Dylan terkekeh melihat Rexan memonyongkan bibirnya.
Sepeninggal Rexan, Dylan termenung. Rexan lebih tua darinya dua tahun. Rexan tergolong pria yang sedikit nakal, jarang mau kuliah. Makanya kuliah di singapure-nya memerlukan waktu lima tahun sampai ia pun lulus bareng dengan Dylan.
Rexandrea Alif Bachtiar. Rexan adalah anak sulung pemilik yayasan sekolah tempatnya dulu sekolah dan sekaligus tempat Lani bekerja. Itu berarti Rexan adalah kakak O'neil. Dylan mengusap dagunya. Tapi tidak ada kemiripan sifat di antara keduanya. Wajahnya pun jauh berbeda hanya matanya yang sama-sama tajam dan legam.
"Deny, sudah kau dapat informasi itu?" tanya Dylan begitu suara menyambutnya dari seberang telfon.
"Lani tidak lagi memiliki orang tua. Orang tuanya menjadi salah satu korban dari pesawat yang hilang waktu itu."
"Bukan itu. Tentang O'neil."
"Oh, maaf. O'neil? Saya belum mendapatkan titik terang apa yang memotivasi pria itu bertindak buruk pada Lani. Untuk sementara kami masih mengikutinya."
"Oke. Terima kasih. Kabari aku secepatnya."
Dylan menghela nafasnya gusar. Ia kembali menatap Lani yang masih terlelap.
"Tunggu sebentar, Sayang. Aku akan selesai setengah jam lagi."
Dylan kembali menekuni macbook-nya yang berteriak ingin segera diselesaikan. Tepat saat Dylan menutup macbook-nya Lani menggeliatkan badannya, mengerjabkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adorable Ugly Man
FanfictionFahlani Azalea. Panggil saja aku Lani. Aku wanita single 24 tahun bekerja di sebuah SMA sebagai penjaga perpustakaan. Pertemuan singkat dengan seorang pria tampan di sebuah pesta pertunangan sahabatku mengingatkanku pada seseorang di masa SMA. Mata...