Tubuhnya melemah saat ia sudah menggapai puncak kenikmatan itu. Dikecupnya kening Lani dengan lembut sebelum ia menjatuhkan tubuhnya ke samping Lani. Tangannya kini menarik Lani yang sudah tergolek lelah dalam dekapannya dengan sisa-sisa tenaganya. Lalu membiarkan lelap menelannya saat itu juga.
***
"Dia ingin berbicara denganmu, Mister Brien," ucap seseorang dari telpon.
"Ada apa lagi?" tanya Dylan tajam. Ia menyingkirkan lengan wanitanya yang melingkari tubuhnya dalam tidurnya.
"Entah. Kurasa ia ingin menyampaikan sesuatu yang penting."
Dylan bergumam tak jelas, menyibakkan selimutnya yang menutupi tubuhnya yang setengah naked, lalu beranjak membuka pintu kamarnya, menuju ke balkon. Ia sedikit menyipitkan matanya saat sinar matahari pagi menyapanya, terasa hangat menyirami tubuhnya.
"Berikan padanya," ucap Dylan pada akhirnya sambil duduk di kursi rotan yang berlapis bantal kursi berwarna putih.
"Brien..,"
"Katakan apa masalahmu sampai kau ingin berbicara denganku, Madinal O'neil."
Terdengar tawa sendu dari pria itu.
"Kau sengaja membuangku ke sini?"
Dylan mendengus.
"Gimana kalau iya?"
"Kenapa? Takut Lani jatuh padaku?"
Dylan memejamkan matanya, berusaha mengendalikan dirinya agar tetap tenang.
"Lani tak mungkin menjatuhkan pilihannya padamu, O'neil."
"Bisa saja. Aku hanya perlu sedikit memaksanya."
"Dan mengancam atas nama keselamatanku? Berhenti bermimpi, O'neil. Karena sampai kapanpun kamu tak bisa mendapatkannya jika itu yang kamu lakukan."
Dylan terkekeh saat mendengar geraman dari O'neil. Pria itu terdengar mulai marah.
"Kenapa?!! Bagaimanapun caranya Lani harus menjadi milikku. Meski sekarang sudah menjadi istrimu tapi aku akan tetap merebutnya!"
"Oya?! Aku harap kau berpikir dua kali. Lani atau keluargamu?"
"Kau mengancamku?!!"
Dylan kembali tertawa, "aku belajar dari kamu, O'neil. Terima kasih sudah menjadi guru yang baik."
"Kenapa? Kenapa kau selalu mendapatkan apa yang kau mau? Lani, Ruli, Jabatan, Popularitas. Semuanya yang seharusnya menjadi milikku! Kau mengambil semuanya dariku, UGLY MAN!!" Suaranya terdengar penuh kesakitan dan kekecewaan.
Dylan terdiam, karena aku adalah ugly man yang beruntung. Ia menghela nafas panjangnya, membiarkan O'neil mengungkapkan ke-iri-annya padanya selama ini.
"Pada akhirnya yang sempurna kalah dengan orang yang beruntung. Aku sudah bekerja keras selama ini. Jadi wajar saja jika aku mendapatkan segalanya. Kekuasaan, kekayaaan dan wanita yang kucintai. Semuanya ada dalam genggamanku. Kau bisa apa? Merebutnya dariku? Satu hal yang perlu kau ingat kembali, aku bisa melakukan apapun padamu atau bahkan keluargamu. Tapi sayang, aku masih punya hati untuk tidak menghancurkan sisa-sisa milikmu!"
Dylan memang bisa saja mengambil alih yayasan yang menjadi kebanggaan keluarga Bachtiar, lalu membuang Rexan yang berada di bawah kekuasaannya. Tapi tidak! Dylan masih menghargainya.
"Dan untuk masalah Ruli, bukankah sudah kubilang aku sama sekali tidak tertarik dengannya?!"
"Kau merebut semua yang seharusnya menjadi milikku!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Adorable Ugly Man
FanfictionFahlani Azalea. Panggil saja aku Lani. Aku wanita single 24 tahun bekerja di sebuah SMA sebagai penjaga perpustakaan. Pertemuan singkat dengan seorang pria tampan di sebuah pesta pertunangan sahabatku mengingatkanku pada seseorang di masa SMA. Mata...