Qila masih heboh menanyakan sosok Brien yang super ganteng di mata Qila sambil sesekali melirik Brien yang tengah mengobrol dengan Rexan. Lani hanya menjawab singkat semua pertanyaan Qila. Sementara Rumi hanya tersenyum maklum.
"Astaga, Qila. Kamu nggak capek apa nanyain Brien mulu?" gerutu Rumi sambil menggosok daun telinganya sendiri dengan gemas.
Qila mengerucutkan bibirnya, "Rumi, aku kan cuma pengen tau aja. Jangan sampai Lani salah pilih. Kamu kan tau gimana reputasi para pria berdasi."
Lani meringis singkat. Ia tau maksud Qila. Ia pun tau bagaimana reputasi para pria berdasi. Selalu ada para wanita bayaran yang melingkupi hidup para pria berdasi dan semuanya berkelas.
"Aku ngerti, Qila. Tapi aku rasa Brien beda kok. Iya nggak, Lani?" ucap Rumi bijak.
"Mungkin." Jawab Lani singkat.
Sejujurnya kalimat Qila membuat hatinya sedikit ragu. Bagaimana kalau iya? Oh, astaga!! Bukankah Lani tau bagaimana laki-laki itu? Tapi kehidupan singapure jauh berbeda bukan? Bisa saja Dylan sedikit terpengaruh. Selama enam tahun bayangkan! Dan Lani kehilangan informasi selama itu, haruskah Lani percaya bahwa Dylan masih sama lurusnya dengan yang dulu? Lani menggelengkan kepalanya lalu kembali menyesap minumannya.
Lani melirik jam yang melingkar di tangannya. Pukul 18.27. Ia beralih melirik Dylan yang sepertinya masih asyik mengobrol dengan Rexan.
"Lani, kamu benar-benar resign?" tanya Qila. Dan ini sudah kesekian kalinya Qila menanyakannya. Dan untuk kesekian kalinya pula Lani mengangguk.
"Kamu serius?" Kali ini Rumi memastikan keputusan Lani. "Bukannya apa-apa, Lan. Aku tau banget kamu. Pasti ada sesuatu alasan yang membuat kamu ngambil keputusan besar ini dalam waktu singkat."
"Nggak ada, Rumi. Aku ada kerjaan baru aja."
"Oya? Apa? Di mana?"
Nada Rumi memang jauh lebih lembut dari Qila tapi itu yang membuat Lani diam tak berkutik. Sama persis seperti almarhum ibunya jika Lani berbuat sesuatu yang diluar nalar seorang Lani.
"Aku nggak mungkin cerita ini, Rumi."
Mengingat O'neil adalah calon adik iparmu. Aku nggak mungkin cerita bagaimana bejatnya O'neil. Aku nggak mau pertunangan Rumi bermasalah hanya karena cerita tentang O'neil.
"Lani, diammu bikin aku tambah yakin kalau ada something." ucap Rumi dengan tatapan tajamnya.
"Kamu nggak tau apa O'neil nyariin kamu dari kemarin Sabtu." celetuk Qila.
"O'neil?" Rumi menaikkan alisnya sebelah yang dijawab dengan anggukan dari Qila.
"Dinal? Madinal O'neil?" tanya Rumi memastikan.
"Kurasa hanya dia yang memiliki nama aneh -O'neil- seperti itu."
"Kenapa dengannya?"
Demi Tuhan!! Lani menutup matanya rapat-rapat berharap Dylan menghampirinya mengajaknya pergi dari tempat ini sebelum pembicaraan semakin tak jelas dan hanya akan membuat Lani mengingat kejadian menjijikkan tempo hari.
"Kurasa O'neil terobsesi dengan Lani."
Demi apapun!! Lani menghembuskan nafasnya keras. Ia sudah tidak nyaman dengan obrolan ini. Berkali-kali Lani melemparkan tatapannya pada Dylan. Namun sayang pria itu seolah tak menyadari tatapan Lani. Akhirnya Lani menyerah. Ia hanya terdiam menatap cangkirnya. Jemarinya mengetuk-ngetuk alas cangkir hingga berbunyi sedikit nyaring.
"Ish! Kamu! Kalau cangkir Rumi pecah gimana?" Qila menyenggol lengan Lani.
"Beli lagi lah."
"Ayo kamu belum jawab pertanyaanku." kejar Rumi membuat Lani meringis tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adorable Ugly Man
FanfictionFahlani Azalea. Panggil saja aku Lani. Aku wanita single 24 tahun bekerja di sebuah SMA sebagai penjaga perpustakaan. Pertemuan singkat dengan seorang pria tampan di sebuah pesta pertunangan sahabatku mengingatkanku pada seseorang di masa SMA. Mata...