Heart Attack -2

45.1K 3.1K 12
                                    

Seseorang menghempaskan tubuh Lani ke tembok hingga Lani meringis nyeri. Tubuh itu mengunci rapat aksesnya untuk kabur. Lani menarik kembali kesadaran dirinya dari ketakutan itu. Pria itu mendekatkan wajahnya hingga ujung hidungnya bersentuhan. Lani segera memalingkan wajahnya. Ia mendengar pria itu terkekeh pelan.

"Aku bukan hantu yang perlu kau takuti, Lani. Aku tak akan menyakitimu. Aku malah akan membahagiakanmu lebih dari yang pria sialan itu lakukan. Aku juga akan memberikan ciuman memabukkanku. Hanya aku yang bisa memberikan semua itu, Lani. Milikku!!"

"Jangan pernah bermimpi, O'neil!!" jerit Lani dengan mata terpejam. Dalam hati ia berdoa ada seseorang yang menyelamatkannya dari pria sialan bernama O'neil.

"Semakin kau menolakku, semakin aku menginginkanmu, milikku."

"Aku bukan milikmu!!"

"Tapi kau hanya untukku, Lani. Tak akan kubiarkan siapapun mendekatimu!! Dimana dia menciummu?!! Aku akan menghilangkan bekasnya dengan bibirku sendiri!"

"Kamu gila!!"

"Aku memang gila. Itu karena kamu tak pernah menurutiku. Jauhi pria itu dan melangkahlah bersamaku!!"

"Nggak akan!!! Aku mencintainya."

"Bullshit!!! Persetan dengan cinta! Kamu cuma buat aku!!"

Lani menggigit bibirnya kuat-kuat menahan tangisnya. Sekuat tenaga ia menahan tubuhnya agar tidak roboh saat pria itu memaksa, mencium wajahnya dengan brutal.

"Kamu jahat, O'neil. Kamu brengsek!!!" teriak Lani diantara tangisnya.

"Aku brengsek?!!" O'neil tertawa keras. Tangannya kini menyentuh wajah Lani. "Aku hanya menghilangkan bekas ciuman pria sialan itu, Lani sayang. Jangan lakukan lagi. Kau hanya milikku. Hanya untukku." bisik O'neil kemudian meninggalkan Lani yang kini nampak kacau.

Tubuh Lani luruh seketika. Ia merasa jijik dengan wajahnya sendiri mengingat ciuman brutal O'neil tadi. Tangannya mengusap kasar pipinya. Lani memeluk lututnya, menenggelamkan tangisnya. Kenapa tempat yang biasanya ramai sekarang tiba-tiba sepi? Seorangpun tak ada yang lewat saat O'neil menyerangnya.

Perlahan Lani bangkit, berjalan dengan sisa-sisa tenaganya. Tubuhnya gemetar. Ia tak pernah diperlakukan sebejat ini sebelumnya oleh siapapun. Lani tak peduli dengan tatapan orang-orang bahkan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan padanya. Yang ia ingin, ia keluar dari tempat sialan itu dan tak akan pernah kembali.

Dylan menegakkan wajahnya dari laptopnya saat mencium harum tubuh Lani. Ia terkejut dengan penampilan kacau Lani. Terlebih dengan tatapan ketakutan Lani.

"Lani?! Kamu kenapa?" tanya Dylan meraih tubuh Lani dan mendudukkannya di pangkuannya. Tak peduli dengan tatapan waiter.

Lani hanya terdiam, menangis di dada Dylan.

"Kamu mau pulang?"

"Pulang. Aku mau pulang."

"Oke. Kita pulang ya?" Dylan segera membopong tubuh Lani masuk ke dalam mobilnya. Ia kembali membayar minumannya dan mengambil laptopnya.

Lani-nya diam sesekali terisak. Namun air matanya tak berhenti menetes. Ada apa dengan Lani-nya? Bukankah beberapa menit lalu ia baik-baik saja? Bukankah gadisnya beberapa menit lalu masih tersenyum lebar sangat cantik padanya?

"Pulang ke apartemenku aja ya?" ucap Dylan lirih. Tangan kosongnya mengusap kepala Lani dengan lembut.

"Apa salahku? Apa salahku lebih memilihmu? Kenapa dia jahat? Kenapa dia tega membuatku merasa jijik dengan diriku?" gumam Lani sambil memeluk tubuhnya sendiri.

Adorable Ugly ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang