Dylan. Pria itu benar-benar kembali. Dia mendatangiku. Aku memang sempat kecewa saat melihat Dylan yang sekarang. Aku memang rindu Dylan-ku yang dulu. Tapi setidaknya aku cukup senang Dylan masih mengingatku dengan penampilannya yang sekarang yang menurutku TAMPAN. Dylan memang tampan. Sejak dulu aku tau Dylan itu tampan. Tapi sekarang lebih dari tampan!!!!
Tanpa sadar aku terkikik sendiri memeluk guling dengan gemas. Aku bahagia. Iya, memang aku sedang bahagia. Terlebih Dylan mengantarku pulang tadi.
"Aku akan sering mengunjungi apartemenmu, Lani. Okay, selamat beristirahat."
Ahh!!! Aku memekik kecil kemudian menarik selimutku untuk menyambut mimpi indahku. Bahkan dengan gilanya aku berharap Dylan hadir lagi dalam mimpiku seperti malam-malam sebelumnya. Arg! Kurasa aku sudah gila. Dan ini semua karena Dylan.
***Cantik. Iya, aku sudah cantik dengan blazer rapi dan flatshoes dengan sedikit make up. Setidaknya itu menurutku. Aku terkikik sendiri menatap bayanganku di cermin. Siap berangkat bekerja.
"Semangat pagi." ucapku menyemangati diriku sendiri.
Aku baru saja mau membuka pintu saat terdengar bunyi bell. Siapa pagi-pagi bertamu? Tidak tau apa aku mau berangkat bekerja? gerutuku sambil membuka pintu.
"Pagi, Lani-nya Dylan."
Astaga?!! Aku terkejut mendapati sosok Dylan dengan senyum manisnya menyapaku. Dia terlihat sangat berkelas dengan setelan jas-nya. Perfecto!! Dan itu sapaan lama Dylan yang selalu ia ucapkan padaku dulu.
"Dylan? Ngapain kamu ke sini? Aku mau kerja." Itu kalimat konyol yang keluar dari mulutku. Hatiku kini merutuki mulut sialanku.
"Mengantarmu. Memang tidak boleh?" Ia terlihat memainkan alisnya.
"Tapi.."
"Ayolah, aku sangat ingin kita kembali kayak dulu lagi." Dia tak memberiku kesempatan untuk mengucap kata lagi.
Atau memang aku yang tak bisa berkata-kata saat tangan besarnya membungkus telapak tanganku menuju ke lift. Harum parfumnya dipadu dengan wangi tubuhnya memberikan sensasi panas buatku. Perasaanku sudah campur aduk dan siap menjadi adonan. Apa-apaan ini?!! Kenapa hanya aku yang merasakan kekacauan ini?! Sementara Dylan tampak tenang bahkan sangat tenang sekali. Oh Gosh!!!
"Kemana aku harus mengantarmu?" tanya Dylan sambil mengemudikan mobilnya.
"SMA kita dulu."
"Kamu kerja di sana? Guru? Aku nggak nyangka Lani-ku bisa mengajar."
Apa katanya? Aku mengerucutkan bibirku, "siapa juga yang jadi guru."
"Terus?"
"Penjaga perpustakaan." ucapku lirih.
"Oya? Pasti kamu semakin sering baca novel yang baru datang."
Dylan ternyata masih ingat kalau aku suka banget baca novel. Aku hanya meringis lebar. Dylan tertawa kecil. Mengusap tengkuknya. Suasananya menjadi sedikit canggung mungkin karena kami baru bertemu kembali setelah enam tahun lost contact. Sempat aku melihat Dylan mencuri tatapan ke arahku. Tanpa sadar aku tersenyum geli sendiri. Oh, Tuhan!! Aku seperti remaja labil yang sedang kasmaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adorable Ugly Man
أدب الهواةFahlani Azalea. Panggil saja aku Lani. Aku wanita single 24 tahun bekerja di sebuah SMA sebagai penjaga perpustakaan. Pertemuan singkat dengan seorang pria tampan di sebuah pesta pertunangan sahabatku mengingatkanku pada seseorang di masa SMA. Mata...