Hampir setiap saat Dylan hanya menghabiskan waktunya untuk menatap Lani. Ia sudah dua hari ini menghabiskan waktunya di apartemen Dylan. Ia tak bernafsu untuk jalan-jalan menghirup udara luar seperti biasanya setelah kejadian itu. Dylan memahaminya. Ia juga memindahkan kantornya sementara di apartemennya. Tak peduli dengan Lani yang bersikeras untuk sendiri di apartemen. -Aku baik-baik saja-. Dylan tak begitu yakin dengan kalimat itu seberapapun sering Lani mengucapkannya untuk meyakinkan Dylan.
Sore ini gadis itu mengenakan celana training abu-abunya dengan kaus putihnya. Ia menikmati sorenya dengan earphone yang tersumpal di kedua telinganya. Mulutnya ikut bersenandung lirih seiring lagu yang ia dengar sambil memotong beberapa kentang dan wortel. Ia tak menyadari Dylan menatapnya sejak tadi, bersandar santai di ambang pintu. Ia pikir Dylan masih setia di depan Macbooknya melanjutkan pekerjaan sialannya.
Lani semakin tenggelam dalam sauted pottato-nya. Tangannya kembali memasukkan potongan wortel tadi lalu mengaduknya dengan spatula. Harum minyak zaitun bersama kentang dan wortel itu kini memenuhi dapur itu. Ia menaburkan sedikit cincangan halus daun parsley, mengaduknya sebentar lalu mengangkat pan itu, menuangnya dalam dua piring lebar.
Ia kemudian beralih pada dua potong salmon yang sudah ia marinade, memanggangnya sebentar di atas api kecil. Setelahnya ia meletakkan salmon steaknya itu di atas saute potato tadi. Ia kemudian meraih saus lemon di mangkuk dan mengaduknya sebentar lalu menuangnya dengan sangat hati-hati di atas salmon steak.
"Yuhuuu!!" seru Lani setelah ia menyelesaikan dua porsi mahakarya-nya.
"O-ow." Lani menghentikan selebrasi konyolnya. Meringis kaku saat melihat Dylan tersenyum lebar bersandar di pintu. Mendadak ia tak bisa mengontrol dirinya untuk tetap terlihat biasa-biasa saja. Lani menatap wajah tampan itu. Manic mata kelabunya seolah bersinar jenaka ke arahnya menutupi lingkaran kantung mata yang menghitam. Bibir itu mengukir senyuman tipis tapi sangat menawan. Tubuh sempurnanya membuat Lani ingin segera melebur di dalam pelukannya, menghirup wangi yang sangat ia sukai. Tanpa sadar Lani menggigit kuku jempolnya, menurunkan tatapannya ke lantai dapur. -Tidak!!- Batinnya menyuruhnya untuk tidak menatap pria yang menggoda imannya itu.
Lani tersentak saat melihat sepasang kaki menapak sempurna di hadapannya. Ia menegakkan wajahnya, mendapati wajah Dylan dengan kening berkerut. Pria itu memiringkan wajahnya menatap Lani penuh tanya. Lani menggerak-gerakkan bola matanya menghindari kontak mata dengan Dylan.
"Lihat aku!" ucap Dylan sedikit memerintah.
"Nggak!" tolak Lani dengan suara tak jelasnya.
"Hei?" Lani mundur beberapa langkah saat Dylan maju satu langkah. Dylan memicingkan matanya. Sudut bibirnya naik ke atas, menyeringai. Dalam satu sentakan Lani sudah terjatuh dalam dekapan Dylan. Serangan yang Lani tidak perkirakan sebelumnya.
"Kamu mencoba buat menghindariku, Sayang?" Dylan berdesis, menaikkan sebelah alisnya.
"Memang harus," sahut Lani menantang.
"Kenapa?" Dylan memiringkan wajahnya.
Lani kembali menggerak-gerakkan bola matanya, membuat pria itu mendengus tak suka. Ini bukan Dylan! Ini Brien! Sesuatu dalam diri Lani mencoba mengingatkannya.
"Ada yang salah denganku?" Satu tangan Dylan menahan pinggang Lani agar tetap merekat padanya. Dan satu lagi merangkum dagu Lani agar menatap lurus padanya.
"Kamu begitu mudah untukku kagumi tanpa alasan..." Lani melotot. Ia segera membungkam mulut lancangnya. Pria itu melebarkan matanya, penuh binar. Senyumnya sangat menggoda. Lani menundukkan wajahnya tapi tangan itu menahan dagunya.
"Kenapa harus malu? Aku suka mulut cerdasmu. Aku juga suka wajahmu merona. Kamu tau? Aku adalah pria bodoh yang paling beruntung karena dicintai gadis sepertimu," ucap Dylan tanpa keraguan sedikitpun. Ia menggesekkan hidung mancungnya pada hidung Lani. Lani bisa merasakan harum nafasnya. Ia merasakan Dylan memiringkan sedikit wajahnya, menyentuhkan bibirnya pada bibir Lani, memaksa masuk celah bibir itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adorable Ugly Man
FanfictionFahlani Azalea. Panggil saja aku Lani. Aku wanita single 24 tahun bekerja di sebuah SMA sebagai penjaga perpustakaan. Pertemuan singkat dengan seorang pria tampan di sebuah pesta pertunangan sahabatku mengingatkanku pada seseorang di masa SMA. Mata...