Happy Reading!
"Mas_ kita baru pulang loh, masa mas mau langsung pergi." Ucap Elin setengah kesal saat melihat sang suami mengemas pakaiannya ke dalam koper. Padahal mereka baru tiba di rumah setengah jam yang lalu.Rian menghela napas pelan lalu menatap Elin. "Kenapa hm? Bukannya kita sudah liburan."
Elin menggeleng. "Kita kan ke rumah mama dan itu bukan liburan, mas."
Rian menyerngit."Kamu kan yang ingin kita ke sana."
Elin menggeleng lalu perlahan bergerak memeluk tubuh sang suami. "Tapi mas juga bohong, katanya kita di sana dua minggu tapi setelah sepuluh hari mas sudah mengajak kami pulang." Rajuk Elin membuat Rian menyurai rambutnya lalu melepas pelukan sang istri.
"Maaf ya_ tapi ada pekerjaan yang harus mas selesaikan dan kali ini benar-benar serius." Ucap Rian membuat Elin akhirnya mengangguk.
"Tapi janji ya, mas kabarin aku terus dan jangan lama perginya. Ingat! Ada aku dan anak-anak kita di rumah yang selalu nungguin mas pulang." Ucap Elin membuat Rian mengangguk lalu kembali mengemas pakaiannya ke dalam koper.
Setelah selesai, Rian segera bersiap untuk pergi. Ia menyeret kopernya keluar dari kamar.
"Papa mau pergi lagi?"
Rian berhenti lalu menatap putri sulungnya yang berdiri di depan pintu.
"Iya sayang." ucap Rian lembut sembari mengelus kepala Lia.
"Berapa lama?" Tanya Lia kembali membuat Rian berjongkok dihadapan putrinya itu.
"Hanya sebentar_ papa janji akan pulang dan membawa banyak mainan untuk Lia dan Adel." ucap Rian memperhatikan wajah putrinya yang begitu mirip dengan Elin.
Lia mengangguk senang lalu menarik lengan sang ayah. Namun Rian malah fokus pada salah satu jari putrinya yang terluka.
"Ini apa Lia?"Tanya Rian memperhatikan jari putrinya.
Lia menunjukkan jarinya. "Kena duri bunga mawar mama, pa. Tapi nggak papa kok, ini kan cuma luka kecil."
Rian berdecak lalu mengeluarkan saput tangannya."Mama kamu itu, padahal papa sudah minta agar bunganya dibuang saja." Kesal Rian sembari membersihkan luka Lia dengan saput tangannya.
Lia tersenyum senang. Papanya memang jarang di rumah tapi tetap peduli jika putri-putrinya terluka. Karena itu, ini adalah ketiga kalinya ia sengaja terluka untuk mendapatkan perhatian kecil seperti ini dari papanya.
"Mama sama Adel, di mana?" Tanya Rian membuat Lia menunjuk ke arah dapur.
Rian menyimpan saput tangannya kemudian menggandeng Lia menuju dapur.
"Ma, tangan Lia ter__"
"Engh_ Wahh mama masak sup daging, itukan makanan kesukaan papa." Teriak Lia memotong ucapan Rian.
"Lia_ jangan teriak!" Tegur Elin membuat Lia diam dengan wajah sendu.
"Maaf ma_"
Rian tersenyum lalu mengelus kepala Lia. "Duduklah! Kita makan bersama."
Elin segera menyajikan makanan untuk suaminya sedang Rian hanya diam. Tadinya ia hanya ingin pamit tapi saat melihat Lia dan Adel ia berubah pikiran dan memutuskan untuk makan bersama.
Rian menyendok makanan sembari memperhatikan kedua putrinya yang makan dengan lahap. Sangat lahap malah seolah mereka tidak pernah makan enak.
"Papa mau langsung pergi?"tanya Elin begitu Rian selesai makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meylia : Istri Kedua
RomanceHarap bijak memilih bacaan! 21+ Selama ia bisa tinggal di tempat yang nyaman, kuliah di kampus yang bagus, dan kedua orang tuanya bisa mendapatkan perawatan terbaik. Meylia sungguh rela menjalani kehidupan seperti apapun. Bahkan jika itu artinya ia...