(9) Istri Kedua

57.3K 2K 49
                                    

Happy Reading!

"Mencintai seseorang tidaklah salah nak, yang salah adalah ketika kamu mencintainya tapi takut memperjuangkannya." Ucap Darco lalu mengambil sebatang rokok kemudian menyelipkannya diantara kedua bibirnya.

Rian menatap ayahnya. "Jadi ayah yang melakukannya? Ayah membunuh Elin?" tanya Rian membuat Darco tersenyum tipis.

"Menurutmu?" Tanya Darco membuat tubuh Rian menegang. "Jika kau takut maka sebaiknya jangan menikah dan memiliki anak. Karena untuk menjadi kepala rumah tangga yang harus kau miliki adalah keberanian." lanjut Darco kemudian menyalakan rokok dengan santai.

"Itu bukan keberanian tapi kejahatan. Ayah telah membunuh seseorang." Ucap Rian menyalahkan membuat Darco menggangguk.

"Kau mencintai Elin?" Tanya Darco dengan tatapan meremehkan membuat Rian melotot kaget. "Jika kau tidak mencintanya untuk apa semarah itu." Tuduh Darco membuat Rian menggeleng.

"Elin bahkan tidak pantas untuk dicintai, tapi bukan berarti ia pantas untuk mati." Ucap Rian membuat Darco mematikan rokoknya lalu berdiri.

"Kalau begitu kau pasti tidak cukup mencintai istri keduamu itu." Ucap Darco lalu berjalan ke arah pintu di mana Meylia berdiri di depan sana.

"Ayah."Tegur Rian. Ia takut jika Meylia salah paham atas perkataan ayahnya.

"Sepertinya kau tidak seistimewa itu bagi putraku." Bisik Darco saat berada tepat di samping Meylia, lalu berjalan menjauh dari sana meninggalkan Meylia dengan kekagetannya.

Melihat wajah Meylia yang menunjukkan kekagetan. Rian segera menghampiri istrinya. "Ada apa? Apa ayah mengatakan sesuatu?" Tanya Rian menarik Meylia kepelukannya.

Meylia menggeleng dipelukan Rian. Mana mungkin ia mengatakan yang sebenarnya.

"Ayah memang seperti itu tapi aslinya dia adalah pria yang sangat baik." Ucap Rian membuat Meylia diam.

Rian menggandeng lengan Meylia keluar dari hotel X. Sepertinya pertemuan tadi membuat Meylia tidak senang. Dan memang seharusnya sedari awal ia tidak harus membawa Meylia bertemu ayahnya.

"Sayang_" Panggil Rian membuat Meylia menoleh dengan pandangan bertanya.

"Kita akan bertemu dengan anak-anak. Mas harap kamu mau menerima mereka dan__"

"Dengar mas, anak-anak mu adalah anak-anakku juga. Merawat mereka adalah tanggung jawabku juga jadi mas tidak perlu khawatir." Ucap Meylia lembut membuat Rian tersenyum lega. Ia tahu Meylia akan menerima Lia, Adel dan Mia. Tapi mendengarnya langsung seperti ini dapat membuat perasaannya semakin lega.

Rian mengemudikan mobilnya pulang ke rumah. Bukan rumah yang Meylia tempati tapi rumah baru yang telah ia beli untuk keluarga kecil mereka. Ia dan Meylia serta anak-anak akan memulai cerita baru di tempat yang baru. Rian harap tidak akan ada masalah lagi dalam rumah tangganya, meskipun mungkin ia dan Meylia tidak akan memiliki anak kandung mereka sendiri.

Meylia menatap rumah mewah yang berdiri kokoh di depannya. Rumah tiga lantai dengan pekarangan yang sangat luas. Jangan lupakan taman kecil yang ditumbuhi bunga-bunga cantik di bagian samping rumah.

"Ayo sayang!" ajak Rian menggandeng lengan Meylia memasuki rumah.

"Mas tidak memberitahuku kalau mas beli rumah." Ucap Meylia begitu mereka berkeliling.

Meylia : Istri KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang