Happy Reading!
Meylia melangkah keluar dari rumah mewah itu tanpa memberitahu siapapun. Entahlah, Meylia hanya ingin menenangkan diri. Jujur saja ia sedikit sakit hati, mungkin karena kehamilan membuat diriya semakin sensetif. Namun dari lubuk hatinya yang paling dalam, Meylia juga menyadari kesalahannya. Terlepas dari apa yang dilakukan oleh istri pertama suaminya, ia juga bersalah. Harusnya apapun alasannya ia tidak boleh menerima lamaran dari pria yang sudah jelas memiliki istri.
"Hahh_" Meylia menghapus air matanya lalu mengelus perutnya. Sekarang keinginannya untuk memiliki seorang anak telah terkabul. Tapi kenapa sulit sekali bagi dirinya untuk bahagia. Seakan semua yang terjadi adalah hukuman bagi dirinya yang telah mengambil jalan yang buruk.
"Mama harus bagaimana, nak?" Gumam Meylia lalu duduk di sebuah kursi panjang di samping jalan. "Rasanya begitu menyakitkan saat mendengar nenekmu menolak kehadiranmu." Ucap Meylia serak lalu memejamkan matanya. "Bahkan bukan dirimu saja, nak. Nenek juga menolak kehadiran mama." ucap Meylia dengan air mata yang kini telah membanjiri wajahnya.
"Hiks__ maafkan mama karena membuatmu diperlakukan seperti ini hiks mama benar-benar minta maaf." isak Meylia tanpa sadar bahwa tetes demi tetes air kini telah membasahi tubuhnya. Ya. Hujan turun di saat yang tepat. sepertinya alam pun turut merasakan kesedihan Meylia.
Meylia memeluk tubuhnya sendiri. Ia enggan beranjak seolah air hujan yang jatuh adalah hukuman bagi dirinya. Menjadi istri kedua? Itu jahat. Ya. Meylia akui itu. Apalagi posisinya_ saat itu Meylia mengetahui bahwa Rian telah memiliki istri.
"Hiks_ huaaa"
Hujan semakin deras membuat tangisan Meylia pun menjadi tak terdengar. Namun tiba-tiba tidak ada air lagi yang jatuh ke tubuhnya. Meylia mendongak dan menatap sang suami yang berdiri di depannya sembari memegang payung.
"Mas_" Panggil Meylia serak membuat Rian langsung membuang payung di tangannya dan memeluk tubuh istrinya.
Kini Meylia menumpahkan segala kesedihannya dipelukan sang suami. Meylia sadar, meski ia dan Rian bukan manusia sempurna tetapi cinta yang ada diantara mereka tidak bisa didustakan.
Ctarr
Petir dan kilat menyambar membuat Rian segera menggendong tubuh istrinya memasuki mobil.
"Pakai selimutnya!" Titah Rian sembari membantu sang istri untuk melilitkan selimut ke tubuhnya yang basah.
"Apa mama mengatakan sesuatu?" Tanya Rian membuat Meylia menunduk. Ia tidak mau mengatakannya. Karena Meylia tahu, jika ia mengatakannya maka hubungan antar ibu dan anak bisa saja rusak.
"Tidak mas. Aku keluar hanya ingin mencari udara segar tapi ternyata malah hujan." Jawab Meylia serak membuat Rian menghela napas.
"Tapi mama mengatakan jika dia mengusirmu." Ucap Rian membuat mata Meylia melotot. Ternyata ibu dari suaminya secara terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya.
"Mas_" panggil Meylia membuat Rian menatap istrinya. "Bagaimana jika mama tidak menerimaku?" tanya Meylia membuat Rian menggenggam tangan istrinya.
"Tidak masalah, sayang. Bukankah memang dari awal kita tidak memiliki restu dari mama." ucap Rian lalu mencium punggung tangan istrinya.
"Tapi__"
"Pssttt!" Rian mencegah istrinya untuk bicara. "Mas sudah memutuskan bahwa kita akan menetap di luar kota." ucap Rian membuat Meylia menggelengkan kepalanya. Ia tidak setuju tentang rencana itu.
"Tidak mas. Itu tidak benar. Bagaimana dengan Lia dan Adel?" tanya Meylia membuat Rian menggeleng.
"Mereka bukan anak-anak mas. Lagipula Reza tidak akan mengembalikan Lia dan Adel dan mas tidak berniat untuk merebutnya." ucap Rian membuat Meylia berpikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meylia : Istri Kedua
RomanceHarap bijak memilih bacaan! 21+ Selama ia bisa tinggal di tempat yang nyaman, kuliah di kampus yang bagus, dan kedua orang tuanya bisa mendapatkan perawatan terbaik. Meylia sungguh rela menjalani kehidupan seperti apapun. Bahkan jika itu artinya ia...