Happy Reading!
Asri menatap suaminya yang baru saja memasuki rumah.
"Kenapa tadi malam papa tidak pulang?" Tanya Asri membuat Darco menatap istrinya.
"Ada urusan kantor yang harus papa selesaikan mah." Jawab Darco seadanya lalu melangkah memasuki kamar mandi.
Sedang Asri hanya menahan napasnya. Ia tidak boleh kesal dan menunjukkan kemarahannya atau sang suami akan memiliki alasan untuk menceraikannya.
Sudah hampir satu bulan belakangan ini suaminya jarang pulang dan mengatakan alasan yang tidak jelas. Asri benar-benar sudah kehabisan akal. Padahal segala cara sudah ia lakukan untuk menarik perhatian suaminya kembali namun gagal. Bahkan ia sudah berpura-pura sakit.
'Aku harus menemui Rian. Hanya anak itu yang bisa mengamankan posisiku.' Batin Asri lalu mengambil ponselnya. Sudah hampir tiga bulan ia tidak berkomunikasi dengan anak tirinya itu. Sekarang sudah waktunya untuk berbaikan dan ia akan berpura-pura menerima istri barunya itu.
"Nomer yang anda tuju sedang berada__"
Asri memejamkan matanya. Kenapa nomer Rian tidak aktif.
"Anak itu benar-benar dikuasai oleh istri barunya." Gumam Asri lalu menyimpan ponselnya. Sebaiknya ia menanyakan keberadaan Rian pada suaminya.
Darco keluar dari kamar mandi membuat Asri segera mendekat. "Mas ada ketemu Rian?" Tanya Asri membuat Darco menggeleng.
"Tidak." jawab Darco membuat Asri melotot.
"Ke mana Rian pah? Apa Rian baik-baik saja. Kenapa setelah pergi malam itu dia tidak pernah datang lagi. Apa Rian tidak merindukan mamanya ini?" ucap Asri membuat Darco menghela napas.
"Mungkin mama yang tidak merindukan Rian." Ucap Darco membuat tubuh Asri menegang.
"Apa maksud papa? Rian adalah anak kesayangan mama. Tentu saja mama sangat merindukan Rian. Mama hanya perlu sedikit waktu menerima istri baru Rian pah. Tapi ternyata Rian tidak pernah datang lagi." ucap Asri membuat Darco mengangguk.
"Tentu saja. Mama pasti sangat menyayangi Rian." Ucap Darco lalu berjalan mengambil setelan kerjanya. Ia akan pergi ke kantor setelah tadi malam menginap di rumah Hesti.
Asri tercengang. Kenapa respon suaminya seperti itu. Tidak. Itu tidak baik. Ia harus menghubungi putra kandungnya.
Asri mencari waktu untuk menghubungi Rido, putra kandunganya setelah Darco pergi.
"Cepat cari Rian! Posisi mama di rumah ini benar-benar tidak baik." ucap Asri begitu panggilannya diangkat.
"Tapi mah_ Rido lagi sibuk ahh."
Asri melotot. "Sudah berapa kali mama bilang untuk berhenti meniduri wanita tidak jelas di luar sana." bentak Asri.
"Shhh_ iyaa bawel"
Asri berusaha menahan amarahnya. Putra kandunganya memang sama sekali tidak bisa dibanggakan. "Cari Rian atau bulan ini mama tidak akan mengirim uang." Ancam Asri membuat Rido berdecak kesal.
"Iya_iya_"
Tuutt
Asri meremas ponselnya lalu berjalan menuju dapur. Sepertinya ia perlu obat penenang.
Sedang di kota X. Tepatnya disebuah rumah terlihat seorang wanita berperut buncit sedang melakukan olahraga ringan di halaman belakang rumah.
"Perlu bantuan?" Tanya Rian yang tiba-tiba saja datang dan memeluk istrinya dari belakang.
Meylia tersenyum lalu berbalik dan berjinjit.
Cupp
"Selamat pagi, daddy." Ucap Meylia membuat Rian membalas kecupan istrinya dengan beberapa kecupan di seluruh wajah wanita itu.
"Selamat pagi mommy." Ucap Rian lalu membantu Meylia untuk duduk.
Mereka sepakat memanggil daddy dan mommy karena anak mereka sebentar lagi akan lahir. Apalagi ada Mia yang harus dilatih mendengar panggilan daddy dan mommy.
"Mas nggak pergi kerja?" Tanya Meylia lalu jongkok dan mengalungkan lengannya ke leher sang suami.
Rian memegang kedua sisi pinggang istrinya. "Hari ini hari minggu, mommy." Ucap Rian gemas lalu mencuri kecupan di bibir istrinya.
Meylia tersenyum tipis lalu memeluk tubuh sang suami.
"Mau melakukan sesuatu yang bermanfaat?" tanya Meylia membuat Rian tersenyum lalu mencolek hidung istrinya gemas.
"Bagaimana jika kita lakukan di sini?" Usul Rian membuat Meylia membelalak.
"Mas gila!" Tolak Meylia membuat Rian menggeleng lalu menggendong tubuh istrinya menuju kursi yang ada di taman.
"Tidak akan ada yang melihat, mommy." Ucap Rian lalu menurunkan celananya hingga nampaklah kejantanan besarnya. Sebenarnya sedari tadi ia sudah sangat bernafsu saat melihat istrinya berolahraga dengan perut buncit.
"Mas_ ih nggak malu apa?" Tegur Meylia saat melihat kejantanan besar suaminya.
Rian terkekeh. "Malu apa sih? Kan cuma kamu yang lihat. Sini mommy!" Titah Rian membuat Meylia mendekat.
Rian segera menurunkan celana karet khusus ibu hamil yang istrinya kenakan lalu meminta Meylia duduk dipangkuannya.
"Kamu udah basah?" Kaget Rian lalu menatap wajah sang istri yang memerah malu.
"Nakal banget sih." Goda Rian lalu segera memasukkan kejantanan besarnya.
"aahhh" Desah keduanya. Beberapa saat kemudian, Rian dengan lembut membantu istrinya bergerak.
"Shhh_ hhh" Desah Meylia sembari memejamkan matanya. Sedang Rian mengalihkan perhatiannya pada perut buncit sang istri. Sengaja agar nafsunya untuk bergerak kasar bisa sedikit diminimalisir jika ia mengingat kandungan Meylia.
"Ughhs" Meylia memegang perutnya dan secara naluri mempercepat gerakan turun naik tubuhnya.
"Shh_ daddy lebih cepatt ahh" pinta Meylia membuat Rian tersenyum cerah.
Rian langsung menahan tubuh Meylia lalu menghujam dari bawah dengan sedikit kasar.
"Akhhh_akhh_iyaa daddy." Desah Meylia keenakan. Meylia bahkan kini juga ikut menggerakkan tubuhnya ke bawah membuat hujaman sang suami masuk lebih dalam.
"Ughhh_hhhh" Meylia merintih nikmat begitupun dengan Rian yang juga sangat menikmati permainan mereka di pagi hari seperti ini.
Gerakan keduanya semakin menjadi saat dirasa hampir mencapai pelepasannya. Rian menghujam ke atas dengan kuat dan Meylia bergerak ke bawah membuat percintaan mereka sangat menggebu.
"Askhhh_ masssssss_" Tubuh Meylia mengejang diiringi cairan hangat yang keluar dari kewanitaannya. Sedang Rian masih bergerak cepat hingga kejantanannya terasa membesar dan_
Crottttt
"Akhhhh_" keduanya mendesah panjang dan saling berpelukan.
Rian memeluk tubuh istrinya kuat hingga perut Meylia sedikit tertekan. Sedang Meylia hanya pasrah dan menjatuhkan kepalanya di bahu sang suami.
"Hahh_ sangat luar biasa." Puji Rian membuat Meylia tersenyum namun senyum itu langsung hilang saat ia menatap ke arah jendela.
Di sana ada Laras, baby sitter baby Mia yang menatap ke arah mereka di jendela kamar.
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
Meylia : Istri Kedua
RomanceHarap bijak memilih bacaan! 21+ Selama ia bisa tinggal di tempat yang nyaman, kuliah di kampus yang bagus, dan kedua orang tuanya bisa mendapatkan perawatan terbaik. Meylia sungguh rela menjalani kehidupan seperti apapun. Bahkan jika itu artinya ia...