6 - The Great Hall

10.2K 1.2K 77
                                    

"So, kau darimana saja," tanya Draco setelah Harry sudah mengumpulkan tenaga yang habis akibat tertawa tadi.

"Aku? Hanya berkeliling," jawabnya santai.

"Darimana kau keluar? Aku tak melihatmu?" tanya Draco lebih spesifik.

"Lewat ruang tamu tentu saja. Memang lewat mana lagi?" balas Harry, bagaimanapun ia benar kan? Walau ia tidak lewat dengan wujud manusianya.

"What?" tambahnya ketika melihat wajah Draco yang kesal.

Bocah platina itu juga meninggalkan Harry dengan memanyunkan bibirnya dan tidak bertanya apa-apa lagi. Sementara Harry menganggapnya sudah lapar dan pergi ke aula besar. Ya, sekarang sudah hampir jam makan sih.

.

Didalam aula makan, terlihat Draco dan beberapa slytherin sedang mengejek anak-anak gryfindor. Beberapa orang yang Harry kenal juga ada disana. Seperti Draco dan Theo yang memimpin ejekan itu dengan Pansy dan Blaise yang duduk dan terkekeh, lebih tepatnya memandang rendah anak-anak gryfindor. Lalu Ron, Seamus, dan anak-anak gryfindor yang tersulut amarah dan berteriak tak jelas.

Itu pemandangan baru untuknya. Biasanya ia akan berada disebelah Ron dan menjadi sasaran anak-anak slytherin. Tapi sekarang, dia berada dipihak slytherin. Bahkan Blaise yang melihat kehadirannya, melambaikan tangan dan menyuruhnya duduk disebelahnya. Juga memberitahu Draco keberadaannya.

"Have fun? Huh?" ujar Harry dengan smirknya begitu sampai disana. Ia duduk bersebelah dengan Draco dan Pansy, juga Theo dan Blaise didepannya.

"Oh, apa kau keberatan?" tanya Theo pura-pura Tekerjut.

"No, why?" jawab Harry, sebelum memasukan makanan ke mulutnya.

"Cause you can be a gryfindor too. And be like them," balasnya santai.

"But, sekarang sudah tidak akan terjadi," Draco juga sudah duduk dan mulai memakan makanannya.

"He's right. I'm a slytherin," Harry menjawab setelah selesai mengunyah.

"And we're glad for that," Theo tersenyum menatapnya.

"Thanks," saat Harry melihat ke arah meja gryffindor, ia melihat banyak tatapan tak suka ke arahnya. Ia cukup memakluminya. Ada juga yang melihatnya demgan tatapan bersahabat, dan ia mengenal mereka, George dan Fred.

Melihat Fred membuatnya sangat senang, ia terlihat.. hidup. Ya, memang seharusnya begitu sih. Tapi mengingat bahwa terakhir kali ia berjumpa adalah saat kematiannya, bertemu dengan dirinya yang hidup membuatnya senang. Tapi perasaan senangnya sedikit terganggu dengan tatapan mereka yang berubah jahil. Ia menjadi sedikit waspada.

"Ada apa?" tanya Blaise yang membuatnya kembali mengalihkan pandangannya ke meja slytherin.

"Nothing," balas Harry, lalu lanjut memakan makan malamnya. Mereka juga berbincang dan Harry menjadi tau bahwa slytherin tidak sejahat yang dikatakan Ron. Walaupun mungkin karna mereka masih berusia 11 tahun dan baru masuk sekolah.

.

Keesokan harinya, Blaise berusaha membangunkan teman-temannya yang tertidur nyenyak. Butuh beberapa menit sebelum ia berhasil melakukannya.

Note : Mereka hanya berempat di satu kamar.

"Nan.. ti. Lima menit lagi," balas Theo dengan nada malas. Draco kembali menutupi wajahnya dengan selimut, sementara Harry sudah berjalan ke kamar mandi dengan langkah gontai.

Hingga kesabaran Blaise habis dan ia menggunakan mantra 'aguamenti' (mantra untuk menyemburkan air dari tongkat sihir) ke Draco dan Theo. Yang tentu saja mendapat pandangan marah mereka. Ia tersenyum puas.

Second Chance to Change Life ~ DrarryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang