Liburan natal mereka sudah berakhir, Hogwarts sudah kembali diramaikan dengan kehadiran siswa-siswinya. Semester baru ini membawa kesan yang berbeda dari semester-semester mereka sebelumnya. Ya, pemandangan pertama yang diliat oleh mereka adalah 'pertunjukan kecil' dari si kembar Weasley.
Harry tampak menantikan pertunjukan mereka saat mendengar sekilas percakapan mereka setelah melalui gerbong mereka dikereta. Tentu saja, ia belum memberitahu hal itu pada teman-teman slytherin lainnya. Tapi, mereka tampak mencurigainya melihat Harry yang tersenyum-senyum sendiri.
"Kita tidak jadi mengerjakan tugas saat berada dirumah Draco saat itu. Kalian sudah mengerjakan nya?" tanya Blaise, memulai percakapan mereka.
"Sudah," balas Theo bersemangat.
"Tentu saja. Blaise pasti membantumu mengerjakannya, atau kau bahkan hanya menyalinnya," ujar Pansy, menatap malas temannya itu.
"Apa salahnya? Kau iri?" Theo terkekeh padanya.
"Tidak," balas Pansy datar.
"Kalian bagaimana?" tanya Blaise pada tiga lainnya.
"Sudah, Moony banyak membantuku," balas Harry.
"Moony?" tanya Theo, penasaran.
"Remus, maksudku. Itu panggilan kami padanya."
"Ooo...." Mereka ber-oh-ria.
Sisa perjalanan dihabiskan dengan percakapan tentang keseharian mereka dan ide-ide jahil mereka kedepannya. Sampai mereka akhirnya membahas tentang Prof. Quirrel, yang tak Harry sangka-sangka. Berawal dari membahas tentang tugas DADA (Defense Againts the Dark Arts) mereka, yaitu membuat essay singkat mengenai amortentia atau ramuan cinta. Mereka baru ingat mengenai reaksi kesakitan Harry yang muncul saat Prof Quirrel datang dulu dan menghujani Harry dengan berbagai pertanyaan yang lupa mereka tanyakan.
"Benar, kenapa kau seperti alergi pada Prof. Quirrel?" tanya Theo, mereka memandang tajam Harry seolah tak membiarkannya memikirkan jawaban bohongnya.
"Itu.. Aku merasakan aura Voldermort didalamnya," balas Harry dengan suara dilebih-lebihkan, seolah sedang menakut-nakuti mereka.
"Jangan menyebut namanya sembarangan," seru Pansy.
"Dan jawablah dengan serius," lanjut Theo kesal.
"Tapi itu benar loh," ujar Harry tak terima dibilang bohong.
"Dia memang payah membuat alasan, ya kan?" sahut Draco.
"Benar," setuju yang lain.
"Harry seharusnya bilang 'aku merasa dia jelek sekali sampai mataku sakit tiap melihatnya'," ejak Draco sebelum Harry sempat berbicara lagi, membuat yang lain menatap tajam ke arahnya.
"Kami lagi serius loh," balas Theo, memukul Draco main-main.
"Yah, ngapain serius-serius amat. Lebih baik membahas masalah lain yang lebih menarik," balas Draco sambil terkekeh.
"Contohnya?" tanya Pansy.
"Kau tak ada ide? Bukannya kau calon ratu gosip kita?" balas Theo.
"Siapa yang ratu gosip!?" balas Pansy tak terima.
"Sudah, sepertinya kita tak perlu menentukan topik," ujar Blaise menengahi.
"Kita sudah sampai," tambah Daphne. Bisa dilihat Hogwarts dengan jelas dijendela mereka dan beberapa saat setelahnya, kereta sudah berhenti.
"Ayo turun," ajak Harry.
Mereka lanjut mengobrol hal lain sambil berjalan masuk ke dalam aula bersama dengan rombongan murid-murid lainnya. Harry juga sempat menyapa Hermione dan Luna yang sedang mengobrol dengan rombongan ravenclaw mereka, sepertinya mereka berteman cukup akrab. Lalu ia juga melihat Ron Weasley yang menatapnya tak suka sebelum kembali mengobrol dengan rombongan gryffindornya. Si kembar Weasley sempat menariknya untuk berbisik sesuatu sebelum pergi dengan bersemangat dan mengembalikannya ke rombongan slytherin nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance to Change Life ~ Drarry
FantasySaat Harry memutuskan untuk kembali ke masa lalu sebagai hadiah atas takdir yang salah, ia memutuskan untuk memperbaiki segalanya. Ia juga berjanji untuk melindungi orang-orang yang benar-benar menyayanginya. Dengan cara apapun! Membuat jiwa Slythe...